Prolog

6K 649 41
                                    

Brukk

"Aduh!", pekik Haechan setelah jatuh tersungkur di ruang tengah. Badannya seketika menjadi sakit. Apalagi ada Mark Lee di atasnya.

"Cepetan bangun", makinya.

"Eh?", Mark mengerjapkan matanya bingung, tapi tetap mengikuti perkataan sang teman. "Pantes nggak sakit. Gue kira udah pindah alam".

"Mati beneran tau rasa lo", celetuk Yuta yang entah sejak kapan berdiri di hadapan keduanya.

Mark mendengus. "Doa lo jelek amat".

"Tadi katanya pindah alam", Haechan ikut mengompori

"Maksudnya pingsan atau gimana gitu. Bukan mati. Mana bahasanya nggak elit banget gitu. Manusia kok dimati-matiin. Meninggal kek",

"Suka-suka gue lah. Situ ngapain sewot",

"Heh, tapi-",

"Udah belum debatnya? Tetua mau ngomong nih", ketiganya menoleh dan mendapati seluruh penghuni asrama telah berkumpul di sekeliling mereka. Ngomong-ngomong yang bilang kayak gitu Lucas.

Pletak

"Awh, sakit Kak", pekik pria berdarah China tersebut ketika merasakan jitakan mendarat mulus di kepalanya.

"Gue nggak setua itu", sewot Taeil tak terima.

"Tapi kan lo yang paling tua",

"Nggak usah diperjelas juga kali",

"Biarin dong. Biar semua orang tau kalau lo memang tua",

"Dasar nggak ada akhlak",

"Suka-suka gue",

Seketika Mark, Haechan, dan Yuta dibuat menganga dengan perdebatan antara Lucas dan Taeil. Sebenarnya perdebatan seperti ini sudah biasa terjadi di dalam asrama mereka. Tapi tadi kan katanya suruh diam.

"Udah dong debatnya", lerai Johnny yang mulai jengah dengan drama yang dibuat oleh temannya sendiri.

"Iya, tujuan lo nyuruh kita kumpul disini apa?", Jungwoo ikut menyahut. Oh ya, tadi Taeil meminta mereka semua berkumpul di ruang tengah. Entah apa yang ingin dia bicarakan. Sepertinya hal yang penting.

"Gue tadi dikasih tau sama Kepala Asrama. Katanya ada anak baru yang bakal masuk ke asrama kita", paparnya.

Asrama tempat mereka tinggal memang tidak menyatu, tapi dibagi menjadi beberapa rumah. Setiap rumah berisi kurang lebih 20 anak dan menyebar di seluruh penjuru desa. Alasannya simpel, agar mereka dapat berbaur dengan warga sekitar.

"Berapa anak?", tanya Kun penasaran.

"Lima kayaknya",

"Kok kayaknya sih. Jawaban pasti dong", seru Lucas menyela.

"Situ siapa? Mulut-mulut gue",

Baru saja Lucas akan membuka mukut, bel pintu terdengar. Sudah dipastikan itu adalah anak baru yang dibicarakan Taeil tadi.

"Buka sana", Mark memerintah entah kepada siapa.

"Lah, kok lo nyuruh-nyuruh", sewot Winwin

"Gue nggak nyuruh lo",

"Terus nyuruh siapa?",

"Ya siapa aja yang mau",

"Sayangnya nggak ada yang mau",

Ten menghembuskan nafas kasar. Kalau dibiarkan terus menerus, teman-temannya akan berdebat sampai malam. Atau bahkan sampai subuh.

Akhirnya, pemuda blasteran itu melangkah. Menghiraukan perdebatan yang tengah terjadi juga tatapan berterimakasih yang tertuju padanya. Kebanyakan para kaum rebahan dengan tingkat kemageran tinggi yang menatapnya seperti itu.

Beberapa saat kemudian, Ten kembali le ruang tengah dengan lima anak lelaki dibelakangnya.

Kelimanya memandang mantap ke depan dengan tatapan yang bermacam-macam. Tidak menundukkan kepala seperti kebanyakan orang yang baru saja bertemu.

"Oh, jadi kalian anak baru itu?", Jaehyun yang sejak tadi diam mulai bersuara.

"Iya kita anak baru. Kepala asrama bilang kita disuruh dateng ke rumah nomor 13. Benerkan ini rumahnya? Katanya ada beberapa kamar kosong yang bisa kita tempati. Terus-", ucapan lelaki berwajah tampan ini terhenti karena cubitan teman di sampingnya.

"Maafkan temanku yang terlalu banyak bicara",

Taeyong terkekeh pelan. "Santai aja. Btw Siapa nama kalian?", tanyanya.

"Aku Lee Jeno. Dan temanku yang banyak bicara tadi adalah Na Jaemin",

"Nggak usah terlalu formal gitu. Aneh gue dengernya", ungkap Haechan.

"Setuju! Gue juga nggak suka ngomong formal kayak gitu. Btw nama gue Chenle. Gue anak sultan loh",

"Lo sombong juga ya. Tapi nggak papa", ucap Mark.

"Dan kalian berdua?", tanya Kun pada dua orang yang berdiri berdampingan.

"Gue Renjun dan ini adek sepupu gue, Jisung. Dia bisa seangkatan sama gue karena waktu itu pernah lompat kelas", paparnya diikuti senyuman manis Jisung.

Kemudian mereka semua saling berkenalan. Mendekatkan diri satu sama lain. Hingga ada sosok yang menyamarkan senyum sinisnya, menatap seluruh teman yang sepertinya tampak bahagia




















"Permainan dimulai",






♣︎♣︎♣︎♣︎♣︎

Hai guys
Aku kembali lagi dengan cerita baru nihh
Ada yang nungguin nggak? Hehe

Baca terus sampai selesai ya
Jangan bosen-bosen

Papayy:)




Save Me || NCT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang