0.4

2.2K 413 90
                                    

Renjun tersenyum menatap sosok yang kini terbaring lemah di atas kasur. Biasanya Jisung akan bertingkah untuk membangkitkan suasana. Seperti bulan yang bersinar di gelapnya malam. Namun sekarang mata yang biasanya memantulkan cahaya itu tertutup.

10 menit yang lalu mimisan Jisung sudah berhenti dan satu persatu temannya mulai melangkah keluar. Kini hanya tinggal dirinya disini. Taeil hyung juga dia suruh untuk tidur di kamarnya sementara.

"Engh",

Lenguhan dari bibir mungil tersebut menyita perhatian Renjun. Mata yang sejak tadi terpejam sedikit demi sedikit mulai terbuka.

"Kak", Panggil Jisung pelan. Sesekali dia memegang kepalanya yang masih berdenyut.

"Iya? Syukurlah lo udah sadar", balas Renjun. Kemudian dia membantu Jisung yang sejak tadi berusaha mendudukkan diri.

"Gue dimana?", tanya Jisung bingung dengan desain kamar yang ditempatinya. Bukan seleranya sekali.

"Kamarnya Kak Taeil. Lo tadi pingsan",

Jisung menganggukkan kepala. Mulai paham dengan apa yang terjadi.

"Lo..... Dapat penglihatan lagi ya?", tanya Renjun ragu-ragu.

Jisung tersenyum tipis. "Cuma sedikit", balasnya.

"Pasti berat banget ya sampe lo pingsan dan mimisan gitu",

"Gue mimisan?", Jisung mengernyit bingung.

Renjun menganggukkan kepala. "Iya, lo pingsan selama 35 menit dan mimisan selama 15 menit", paparnya yang hanya dibalas gumaman oleh sang lawan bicara.

"Jisung", panggil Renjun.

Jisung menoleh, menatap bingung sang sepupu. "Iya?",

"Lo nggak dapet penglihatan yang bikin lo tertekan kan? Soalnya terakhir kali lo dapat penglihatan kayak gitu lo sampai masuk rumah sakit. Mimisan parah sampai hampir kehabisan darah", ujar Renjun khawatir. Bagaimana tidak? Jisung adalah satu-satunya keluarga yang paling dekat dengannya. Bahkan sudah dia anggap sebagai saudara kandung.

Jisung tersenyum tipis, kemudian menggeleng. "Gue nggak papa kok Kak. Lo tenang aja",

"Gimana gue bisa tenang? Lo tiba-tiba pingsan kayak gitu. Untung nggak sampai masuk rumah sakit lagi", sungut Renjun, mulai emosi dengan perangai adiknya.

"I'm okay",

Renjun menghembuskan napas kasar. Selalu saja seperti ini. Dia tidak bisa menang jika berdebat dengan Jisung.

"Terserah", ujarnya kesal. Kemudian berdiri, hendak keluar dari kamar itu.

"Mau kemana Kak?", tanya Jisung bingung.

"Gue mau tidur di kamar atas aja. Lo istirahat", ucapnya tanpa berbalik.

"Tunggu", cegah Jisung, menghentikan langkah Renjun yang sudah diambang pintu.

Jisung menghela napas pelan. Sepertinya Renjun benar-benar marah padanya. Bahkan sekarang sepupunya itu tidak mau menatapnya.

"Gue cuma mau bilang....... Gue sayang sama lo. Jangan pernah sedih. Juga jangan hilang kepercayaan apapun yang terjadi nanti",

Renjun membeku di tempat. Entah kenapa hatinya merasa takut mendengar ucapan Jisung barusan. Ingin rasanya dia berbalik dan memeluk sang adik. Namun egonya yang terlalu besar malah membuatnya kembali melangkah tanpa mengucapkan sepatah katapun.













































Save Me || NCT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang