0.9

1.8K 383 44
                                    

Dua hari. Sudah dua hari Haechan tidak keluar dari kamar Renjun. Sudah dua hari pula dia tidak mau bicara kepada siapapun kecuali Renjun. Hah, untuk apa bertindak kalau pada akhirnya dia yang akan disalahkan. Lagipula Haechan juga sudah bersumpah tidak akan memberitahu satu petunjuk pun kepada orang lain.

"Kak Johnny~",

Monolog Haechan. Dia menatap lurus keluar jendela. Terpancar kesedihan yang nyata di dalam matanya.

"Gue kangen",

Suara Haechan melirih. Kepalanya menunduk menatap halaman lantai 1 di bawahnya. Tunggu sebentar-

Haechan menajamkan pandangan. Sial. Lagi-lagi dia melihat pelaku itu beraksi tepat di depan matanya. Sekarang apa yang harus dia lakukan?

Bodo amatlah, Haechan tak mau ambil pusing lagi. Tapi.... tatapan itu. Tidak! Dia tidak bisa membiarkan temannya menjadi korban lagi. Tidak setelah melihat tatapan hangat sang teman yang selama ini selalu menghiburnya.

Apapun yang terjadi Haechan harus menyelamatkan nyawa Moon Taeil.

Tapi saat sampai di bawah, dia terlambat. Temannya sudah tiada. Lagi-lagi dia gagal.



































































Jaemin berjalan sambil bersenandung kecil menyusuri jalan setapak menuju asramanya. Asrama mereka letaknya memang paling belakang, jadi maklum saja kalau hanya ada jalan-jalan kecil di sekitarnya.

Sesekali dia menajamkan pandangan. Maklum saja, jalan menuju asramanya hanya diterangi beberapa lampu yang remang-remang.

Dug

"Asfkekdiswk",

Jaemin ingin mengumpat, kakinya seperti menginjak sesuatu yang membuatnya hampir terjengkang. Untung saja tidak jadi jatuh.

"Apaan sih. Nggak mungkin kalau cuma batu", lirihnya pelan. Setelah itu badannya membungkuk, mengambil benda yang tadi dia injak.

"Baut?", Jaemin heran. Benda itu adalah sebuah baut kecil. Tapi bagaimana bisa ada baut di tengah ladang seperti ini? Tidak mungkin ada kendaraan yang lewat sini.

Yang membuatnya curiga adalah, baut itu masih kelihatan baru. Tidak ada karat sedikitpun. Lalu ada noda merah-merah disana. Jangan bilang itu darah.

Okelah, Jaemin akan mencaritahu tentang hal ini nanti. Sekarang dia ingin pulang.

Namun, baru beberapa langkah dia kembali terhenti. Di depannya ada tubuh Moon Taeil yang berlumuran darah, dan juga Haechan yang berlutut di sampingnya.

Saat melihat kehadiran Jaemin, Haechan langsung berdiri tegak. Dia menatap nyalang Jaemin dengan matanya yang sembab.

"Apa! Mau nyalahin gue lagi? Salahin aja terus! Biarin pelakunya berkeliaran bebas! Tunggu sampe dia bunuh kita semua! Gue nggak peduli", ucap Haechan marah. Tidak, dia tidak marah kepada Jaemin tapi kepada dirinya sendiri. Lagi-lagi dia gagal....

Setelah mengatakan hal itu Haechan meninggalkan Jaemin sen- berdua dengan mayat Taeil. Jaemin ingin memanggilnya kembali, tapi dia tidak bisa. Alhasil dia hanya diam saja.

Perlahan Jaemin berlutut di samping mayat Taeil. Dia tidak menyentuhnya, hanya mengawasinya dari dekat. Sebenernya Jaemin merasa ada keanehan pada mayat Taeil, juga mayat Johnny dan Jisung. Tapi semuanya masih abu-abu di kepala Jaemin.







































Save Me || NCT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang