29 | First Piece of Love

217 30 2
                                    

Gilaaa cepat sekali jadi 100 readers, emang minta di tampar vote saya biar cepet beralih ke Yoongi dari pada bapak Vincenzo Casano.. (Duda memang menawan. Asikiwir, ulala)

(🐱: lu minta di tabok pakek gitar?) (😭: nggk deh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(🐱: lu minta di tabok pakek gitar?)
(😭: nggk deh.. Mianhaeyoo Yoongi-ssi)

Tinggal satu chapter + epilog nih.. Mau kebut juga ahh.. Palli.. Palli.. Palli..

VOTE DULU LAHHH... (*mian capslook jebol wkwk)

Happy reading :)

Happy reading :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌾

Semuanya terasa sesak di dadanya. Menyadari betapa dirinya yang terlalu menginginkan hal yang paling indah. Iya--bersama Yoongi adalah hal paling indah dan sederhana yang Hera inginkan. Benar memang mereka sudah bersama, namun Hera lupa jika sesuatu pasti akan terjadi.

Mendengar pria itu hendak kembali ke Paris guna meneruskan study magisternya tampak menjadi resah. Itu pasti lama mengingat fakultas yang diambil pria itu sungguh tidak main-main.

"Ah Sial.."

Hera sungguh tidak ingin merasa ragu dan cemas kendati Yoongi telah mengatakan tidak mungkin berpaling darinya. Jujur saja pria itu terkadang tak acuh pada wanita cantik, tapi namanya juga manusia pasti juga memiliki nafsu. Hera tidak pernah bilang jika Yoongi adalah malaikat. Profesor cabul sudah cukup mendedikasi bahwa pria Min itu memang dari golongan manusia.

Menatap pantulan diri di cermin. Hera kagum dengan kalung bandul Ruby yang cantik. Menawan dan manis. Terkesan pas dengan lehernya yang putih resik. Hera suka sekali pemberian pria itu, terlihat bagaimana dia mengusap beberapa kali berlian Rubynya.

"Aku percaya kau akan kembali, menemaniku disini Yoon." monolognya. Hera jadi teringat saat Yoongi berjanji akan selalu menemaninya di kota ini. Jika diingat Hera masih membenci Esdoornblad karena telah menyakiti hatinya.

Mengusap mukanya berulang kali Hera ingin melupakan sejenak kejadian ini. Mengendalikan emosinya yang tiba-tiba ingin berontak.

Pintu kamarnya sayup-sayup di ketuk. Itu membuat atensi dirinya teralihkan dengan sosok Sora yang membawakan dua cangkir teh hangat. Hera tidak memesan teh hangat pada siapapun, saat ini.

A Puzzle Pieces✔️ [REVISION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang