≡16≡

491 33 10
                                    

Jangan meremehkan hal-hal kecil.
Karena kecil itu kau tumpuk
Dia akan membesar.

Arley.

—————

***

"Awas Ayah ya..." Cicit Mama Arley yang terdengar Abraham.

Arley duduk di depan mamanya dan Abraham, "Alhamdulillah, Terima kasih ya Abraham. Sudah mau mengantarkan Arley. Ini dimakan dulu..."

"Makasih bro!" ujar Arley santai. Abraham menganggukkan kepalanya.

"Ma, Abraham ini a---"

"Assalamualaikum." salam seseorang yang sontak membuat Arley terperanjat.

***
Mama Arley berdiri dan segera menuju pintu, "Wa'alaikumsalam."

"Ada apa mbak Tika?" sontak Arley langsung menghela napasnya.

Abraham yang melihat Arley menghela napas panjang tertawa, "Sebegitu takutnya?"

Arley membenarkan posisi duduknya, "Mau coba jadi anak ayah gue? Apa mau tukar bokap? Boleh deh sini, kapan?" tantang Arley yang kesal melihat Abraham menertawakannya.

"Yakali bisa, ini kan sudah rencana tuhan yang maha esa. Wajah lo itu keliatan banget paniknya, padahal kalo disekolah lempeng, santuy gitu hidup lo. " jawab Abraham yang masih menertawakan Arley.

Arley menatap Abraham tajam, "Ya masa gue mau koar-koar ke orang, kalo gue punya masalah hidup berat banget." cibir Arley.

"Ga gitu juga konsepnya, ya kan–"

"Loh, ada tamu ta?" secara bersamaan Arley dan Abraham menoleh ke sumber suara.

Arley menyenderkan kepalanya ke tangan kursi, "Ayah..." cicit Arley pasrah.

Abraham langsung berdiri dan mencium punggung ayah, "Om..." sapa ramah Abraham.

"Temennya Arley?" tanya ayah dengan senyuman yang ramah tetapi matanya seakan menginterogasi Arley.

"Iya om, jadi tadi–"

"Nak, Abraham maaf ya. Ini sudah jam berapa, nanti dicari sama orang tuanya malahan. Nanti biar tante aja yang menjelaskan ke ayahnya Arley. Tenang aja, gapapa." ujar mama sembari membelai rambut Abraham.

Abraham menggangguk, "Baik tante, terima kasih. Saya pamit pulang dulu." Abraham mencium punggung mama Arley.

"Loh, cepat sekali mau pulang?" Tanya ayah Arley sembari meletakkan sepatu pdh nya.

Abraham mulai merasakan atmosfer ketegangan, "ini om, sudah malam."

Ayah Arley menganggukkan kepala, "Tidak ada yang perlu dicurigai bukan?" Tanya ayah Arley yang diakhiri tawa.

Abraham kikuk, "Apasih Ayah, Abraham mau pulang udah malam juga." Bela Arley.

"Saya pamit om, Assalamualaikum." Pamit Abraham setelah mencium punggung tangan Ayah Arley.

Arley mengantarkan Abraham, "Jangan lupa besok ulangan matematika."

"Ya lupa lah!" Jawab Abraham yang diakhiri gelak tawa.

"Ya gue ingetin, biar belajar."

Abraham memasang helm, "yakan ada Lo."

Arley memutar bola matanya malas, "sapa lo sapa gue."

HARTLEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang