≡11≡

613 42 12
                                    

Selamat Membaca ^ˇ^

Pertarungan ego antara anak dan ayah masih belum berakhir. Yap, semenjak perkataan ayah yang masuk hingga ke relung hati paling dalam dan arley merasa tersindir sakit hati. Satu minggu sudah Arley tak bertegur sapa pada sang paduka raja nyinyir, Sebutan baru untuk ayahnya.

Sang paduka raja nyinyir pun sama halnya, tak ingin bertegur sapa sebelum putri pencilakan nya sadar akan kesalahan yang dibuat akan keputusannya nanti.

"Ini teh nya yah." mama memberikan secangkir teh untuk menghangatkan badan karena diluar sedang hujan.

"Terima kasih mama sayang." goda ayah yang dibales wajah geli oleh mama.

"Mamaaa... Ma..." Teriak arley yang menutup pintu kamarnya.

"Apa! Gausah teriak-teriak arley."

Arley menuju rak sepatu dan jas hujan. "Ma, aku mau kerja kelompok dirumah Aleta." ujar arley yang masih mencari jas hujannya.

"Ga lihat hujan?" Tanya mama heran. Anaknya ini tak bisa melihat situasi dan kondisi. Kalau sudah janji pasti mau hujan panas badai menerjang tak akan menjadi penghalang.

Arley mengerucutkan bibirnya. "Ah, mama. Udah janji sama yang lainnya. Enak aja dibatalin. Kena hujan ga akan mati kali ma."

Arley berjalan ke mama yang ternyata di ruang tamu. "Berangkaa--ttt" Arley membelalakkan matanya terkejut melihat ayahnya ternyata sudah pulang dan daritadi ia teriak-teriak, mati sudah.

"Dibilang perempuan jangan suka teriak-teriak. Kaya tarzan saja." Kan, kan nyinyir sudah..

Arley hanya bergumam tak jelas. Dan langsung meraih tangan mama dan ayah dengan cepat. "Pamit,Assalamualai--"

"Siapa yang ngijinin berangkat? " Suara bariton pertanyaan dengan nada dingin menghentikan langkah arley.

Arley membalikkan badannya dengan wajah menahan kesal. "Ya ampun, ini cuma kerkel lo. Kerja kelompok. Belajar juga. Ga main, Ga pacaran. Ga aneh-aneh. Masa---"

"Berani bantah?"

Masya allah

Sabar ley, sabar. Orang sabar sawahnya lebar.

"Kaahhhh..." Gerutu arley yang di dengar ayah.

Brakk

Suara pukulan antara kedua benda yang bertemu. Ya apalagi,  kalo ga tangan ketemu meja.

Arley terkesiap. Sudah 1 minggu ia tidak uji ketahanan jantung akan serangan kejut. Ah, sekarang udah langsung gass poll aja. Untung terlatih. Bisa bisa dag di dug sampe turun ke usus.

Dengan ilmu kode yang biasa diajarkan mama. Arley langsung menuju ke kamarnya menghindari amukan masa.

Masa bodoh dengan ayah yang meraung-raung di luar. Arley segera menghubungi aleta dan melobi agar kerkel dibatalkan atau diundur setelah hujan.

Dan benar saja teman-temannya masih terjebak hujan di jalan katanya. Syukur Arley tak perlu berbohong menutup-nutupi kegalakan ayahnya pada teman-teman nya.

Arley menggerutu dalam hati. Menyalahkan hujan dikira tak bersyukur nikmat tuhan. Tak disalahkan ia kesal karena tak tepat waktu dan mendapat imbas serangan bom.

Cklek

"Ayo, ayah antar naik mobil."

Habis Riwayatku

Siap-siap untuk mengenang jasa para pahlawan, mengheningkan cipta mulai nihh.

"Ga, gausah. Berangkat sendiri aja." tolak arley sebelum ayah benar-benar akan mengantarnya.

HARTLEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang