≡10≡

703 42 15
                                    

Aku pernah tertipu,
Buka kaleng khong guan,
Isinya renginang.
Buka botol sprite di dalam kulkas,
Isinya air putih.
Buka hati kamu, isinya orang lain.

--------------------

"Ley, surat izin orang tua sudah?"

"Arley, fotocopy susunan acara tambah 10 lagi."

"Ley, print penunjuk jalan cepetan! Mau ditempel nih"

"Arley--"

"STOP! Anak humas kesini semua bantuin gue! Gila kali ya, gue ngerjain semua." arley mulai frustasi dengan tugasnya yang mulai menumpuk.

Aleta menggeser tubuh arley agar ia bisa melihat file yang ada di komputer. "Anak humas kan di lapangan semua. Eh ada sih, tapi tinggal yang katanya lo sih mantan musuh bebuyutan lo."

Arley memutar bola matanya malas. "Suruh sini. Ga akan gue makan ko."

"Iya dianya ga enak sama lo." Arley jengah. Masa lalu ya masa lalu kenapa dibawa sampai sekarang sih? Jadi tambah ribet kan.

"ANINDYA!" panggil arley dari dalam ruang osis melihat si pemilik nama berjalan menuju gerbang.

"I-iya?" tanya nya lemah lembut dengan sedikit rasa ketakutan.

"Bantuin gue dong! Yang profesional gitu." ujar arley santai.

"Maaf. Mau dibantu apa?" anindya menunduk takut menatap arley.

"Tolong kertas buat adik kelas itu di lipat rapi." ujar arley tanpa melihat anindya yang sibuk menahan tangan nya yang mulai gemetar.

Aleta keluar dari ruang osis. Meninggalkan suasana mencekam di dalamnya. Arley terus menimang-nimang apakah dia harus mengatakannya atau tidak?  Di lain sisi, anindya terus merasa bersalah pada arley. 

"Nin, maafin gue." singkat, padat dan jelas. Wajahnya memang datar tapi jantungnya---

Hiks

Hiks

"Gue ga terbuka dari awal sama lo. Gue diem aja waktu tau lo diam-diam liatin kak akbar. Dan ternyata lo suka kak akbar. Gue selalu dukung lo dan tanpa lo tau kak akbar sering chat sama gue. Dan ya su--ya gitulah. Dan pasti itu nyakitin lo. Okey, gue akuin gue salah. Sorry." Arley terus bicara tanpa mengalihkan perhatiannya pada komputer.

Arley menghadap ke arah anindya. "Tapi serius. Gue ga pacaran sama kak akbar. Karena gue tau dia fuckboy. Gue gamau sakit hati. Tapi udah berbulan-bulan, kak akbar ga nyerah. akhirnya gue juga luluh. Tapi waktu gue mulai buka hati, dia ternyata deket sama lo juga. Jujur, sakit. Mangkanya gue jauhin lo. Dan lo juga jadi in gue buat bahan pembicaraan sama kak akbar. Kesel kuadrat gue.

Anindya masih menangis. "Gabisa kita gausah berantem? Kalo emang gabisa sedeket kaya dulu. It's okay. Tapi pliss jangan musuhan dan lo bawa temen baru lo buat musuhin gue juga. Gue gasuka. Gue juga capek." Arley menghela nafas pasrah.

Tanpa di duga, anindya memeluk arley dari belakang. Kepalanya dia taruh di bahu arley. Dengan sesegukan, "Maaf ley, gue cemburu. Gue kesel sama lo, Iri. Lo selalu dapet apa yang gabisa gue dapet. Gue salah. Gue egois. Gue ga pernah dengerin cerita lo, gue selalu ingin didengar."

HARTLEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang