≡2≡

973 65 8
                                    

Gapapa,  Sudah Biasa.

•••••••••••••••••••••••••••••••••••

Dentingan suara sendok dan piring menyelimuti ruang makan saat ini.  Ya, larangan berbicara saat makan ayah terapkan. Dan kita semua hanya bisa mengiyakan saja tanpa protes sedikitpun.  Sapa juga,  mau protes. Yang ada malah kena siraman rohani yang dibumbui cabe ditambah boncabe level 30 iya.  Ahh,  tidak sudah, lebih baik diam walau tidak suka.  Ya tau lah,  boring.

"Aku ga habis. Aku buru-buru jam setengah 7 ada praktikum. Aku duluan ya yah? Naik bangjek apa angkutan umum ya..." pinta kakak ku dengan muka gelisah. Aku melirik jam tanganku. Jam 5.35 WIB.

Ayah melirik jam tangannya.  "Habiskan.  Ayah antar. " titahnya dengan aura dingin yang menyeruak. Kakakku hanya bisa menghela nafas. Pasrah.

"Ma, tolong carikan berkas map biru dan hijau diatas meja kerja apa laci di kamar." ucap ayah sedikit teriak karna mama berada di dapur.

"Bentar yah,  nanggung dikit lagi ini selesai. " teriak mama sembari menyelesaikan cuci piring.  Aku melihat ke arah wastafel. Lumayan piringnya banyak.  Aku bantu kali ya,  sarapanku sudah habis.

"Arley bantu mama.  Ma biar Arley. " perintah mulai dikeluarkan. Jadi ga mood bantu kalau disuruh. Haaah.... hanya bisa menghela nafas. Aku beranjak dari kursiku dan menuju wastafel.

Banyak amat kora an. Udah pake seragam lagi.  Basah semua ya ampuunnn...  Aku menggulung lengan bajuku.  Baru ingat.  Sekarang hari senin,  wah aku harus awasi adek osis ku menyiapkan upacara nih.
Ayo cepettt.  Pak jurus dong arley. Ahh,  bodo amat masih kotor. Pokok selesai. Duh jam 5.50 lagi.

"Arley" panggil ayah. "kamu naik angkutan umum ya. Ga nutut waktunya kalau ayah antar ke sekolah semua. Ayah juga ada pertemuan pagi ini. " ucap ayah sembari melihat dokumen yang dicarinya tadi.

Aku terdiam. Berpikir. 
Sekarang jam 5.53. Jalan cari angkutan umum sampe jam 6. Ke sekolah pake angkutan umum butuh 30-45 menit, itu kalau abangnya ga kaya siput. Hari senin,  gerbang sekolah jam 6.35 ditutup.
YANG ADA GUE TELAT ANJIIRR!!!

Aku protes. "Aku telat ayah kalo sekarang baru berangkat.  Gamau.  Kenapa ga adek yang disuruh naik angkutan umum.  Kan sekolahnya deket adek daripada aku. "

Ayah menatapku. "Adek kan masih kecil. Masih sd. Jalan ke sekolahnya juga sedikit jauh. Kasihan. "  Hello!  Gua naik angkutan umum dari sd kelas 1. Haho, Nyasar gitu,  ga dikasihani?Jalan jauh katanya. 30 langkah udah sampe sekolah kali. Percuma protes. Ujungnya sama aja ley. Berangkat sendiri.

Langsung aku ambil tas ku dengan kasar dan menuju rak sepatu. Bodo amatlah. Cuci piring belom selesai.

"Arley!  Uang naik angkot leyy.. Uang jajanmu juga! " teriak mama dari dalam rumah. Tauk ah,  ga denger.  Udah terlanjur ga mood. Pake duit sendiri dahh..

Aku sedikit berlari menuju halte. Oh iyaa!  Nanti kan lewat barak abang bujang ya.  Siip.  Minta anter abang abang aja.

Senyuman terbit di wajahku.  Abang-Abang sedang bergurau ria. "Abanggg... " teriak ku dari luar barak. 

Semua langsung berpusat padaku.  "Eh,  mbak arley.  Pagi mbak.. " sapa bang Rendy.  Aku tersenyum.

Bang Ubet tersenyum jail. "Buah Sirsak, Buah kiwi. Mbak Arley cantik, Ada apa kemari?"goda bang ubet yang langsung di sorak dengan teman-temannya.

"Ubet, ingat anak sapa bet"

"Bening dikit,  sikat bet!! "

"Jangan jadi pedofil deh bet"

Aku tertawa kecil. "Bang,  anterin kedepan.  Ke provost dongg.  Ada yang bisa gaa? Plisss. Telat aku nih. " mohonku dengan menyatukan kedua tanganku bertanda memohon.

"Waa,  kita mau siap upacara nih mbak." ucap bang rendy dengan membenarkan letak kopel di pinggangnya.

Duh,  iya ya.  Lupaa. Gimana nihh... Ga mungkin maksa. Kasian abang nya nanti dihukum.

Aku berpikir, melihat sekitar.  SEPEDA ONTHEL!

"bang, pinjam sepedanya ya... Nanti aku taruh di belakang pos." izinku langsung cepat menaiki sepeda onthel entah milik siapa.

Aku menggoes dengan sekuat tenaga. Semoga abang angkot yang ku kenal, Menungguku.

Aku melambaikan tanganku. "BANGKOT!!  TUNGGUINN BENTARR" teriak ku memanggil abang angkot yang sudah mau melaju. 

Aku merapikan rambutku. Mengatur deru nafasku. Lelah. "Permisi,  om nitip sepeda ya,  nanti kalau ga abang abang bujang, saya yang ambil. Makasih om" ucapku dengan mencium tangan om penjaga.

Abang angkot menghidupkan mobil lamborgininya kalau pake kamera 360. "Yuk neng!"ucapnya setelah aku duduk tepat dibelakangny. Aku menyeka keringat di keningku.  Dan meneguk sebotol air.

"kesiangan ya neng? " abang angkot melirikku lewat kaca spion. "Engga, abang kesiangan ya? " tanyaku balik.  "iya neng,  tadi malam begadang liat bola."aku menganggukkan kepala tanda mengerti.
"Lama ga naek angkot neng. Katanya sering diantar sama ayah ya. Ga dianter neng? "

Hahh,  aku menghela nafas

"Ooh,  Ayah neng lagi dinas lu-- lah neng itu ayah neng, "abang angkot menunjuk mobil yang biasa keluargaku pakai. Aku melihat sekilas.  Kak Nikty sama Albi sedang tertawa.  Entah menertawakan apa.  Miris sekali hidupku.

"Neng? "

"Bang cepetan dong.  Telat nih. " kupaksakan tersenyum manis. Rasanya ingin ku menangis. Cengeng banget sih aku ini. Ayo yang kuat dong.  Senyum ley. Senyum. Gapapa sudah biasa kan?  Kamu nangis ga guna ley. Ga nyelesaikan masalah. Aku menghela nafas.

"Neng lain kali jangan panggil bangkot dong,  abang ga setua itu sampe di panggil bangkot" rajuk abang angkot. Yah biasa sudah kami bergurau. Katanya abang ga suka kalo suasana angkot sepi. Mulutnya gatal kalau tak bicara katanya.

Aku tertawa. " Ya ampun,  bang. Ya maap tadi kan refleks.  Bangkot kan kepanjangan abang angkot bukan yang lain kok!" aku mengacungkan  jari telunjuk dan tengah tanda peece. "Bang,  kuy lah putar dangdut!  Awali hari dengan bergoyang! "


INI FULL IMAJINASI ( ˘ ³˘)
SEMOGA SUKA:)
VOTE 🌟





HARTLEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang