≡18≡

486 28 6
                                    

"Dek, bangun shalat isya." Bang Tugas membangunkan Arley yang terlelap meringkuk dibawah kolong tempat tidur.

Arley mengerjapkan matanya dan meregangkan otot-otot tubuhnya, "Hoaaam...."

Arley beranjak keluar dengan tangan bang Tugas yang melindungi kepalanya, "Enak bukan tidur di bawah kolong?" Sapa bang tugas tepat saat Arley keluar dari kolong tempat tidurnya.

Arley memukul lengan bang Tugas, "Nih, pegang tangan Arley. Dingin kan?" Arley menggenggam tangan bang Tugas menunjukkan bahwa ia kedinginan tertidur di bawah kolong tempat tidurnya.

"Ih, padahal kau nih enak dik. Lah abang pendidikan tidur di---"

"Stop!Abang sama Arley udah jelas beda ya..."

Bang tugas tertawa dan mengacak-acak rambut Arley, "Kamu shalat dulu terus kita makan di luar."

Mata Arley langsung terbuka dengan sempurna, "Abang bayarin ya?"

"Cepat shalat dulu." Bang Tugas beranjak keluar dari kamar Arley.

"Bang, Ayah?" Tanya Arley berbisik.

Bang Tugas menyeringai, "Pajak ditanggung pemenang." Melewati Arley dan menutup pintu kamar Arley.

Sudah jangan ditanya, bang tugas lepas tangan akan hukuman Arley. Berarti bang Tugas sedang tidak memihak Arley, pasti ini kesalahan fatal.

Arley berhenti di depan cermin, "Yuk bisa yuk..."

***
"Arley!" Panggil bang Tugas dari ruang tengah.

"Apa bang?!" Sahut Arley yang baru saja merebahkan tubuhnya di tempat tidur tercinta.

"Ayo! Sini." Arley bangun dari tidurnya dan beranjak menuju bang Tugas.

"Apasi bang? Arley ga ikut deh, gamau jadi pemenang." decak Arley kesal.

"Ih, marah. Masa abang sendirian keluar nih? Besok waktunya abang sama temen-temen abang. Nikty sibuk tugas, Albi main sama kawannya gamau di ganggu. Kamu? Jomblo juga," Bang Tugas menowel hidung Arley.

Arley melirik sinis abangnya, "Bang, butuh cermin ga?" Tanya arley yang membuat Bang Tugas tertawa.

"Cepat, ganti baju yang bagus dikit gitu dek. Jangan jadi gembel kamu," ledek Bang Tugas.

Arley menatap tajam bang Tugas,  "Duel bang?" Tantang Arley maju berhadapan dengan Bang Tugas.

Bang tugas menyentuh dahi Arley dengan telunjuknya, "Gausah banyak gaya, cepat ganti baju Arley..."

***
Muka kusut terpampang jelas di wajah Arley. Sedari tadi mulutnya diam seribu bahasa. Dan jangan lupa matanya yang terus menatap tajam Abangnya.

Bang Tugas tertawa kecil, "Udah kali ngambeknya ya,"

"Nye Nye Nye," ejek Arley tak ingin mendengarkan ucapan abangnya.

"Abang kan rindu bakso sini dek," Bang Tugas menyuapi Arley dengan senyuman manisnya.

Arley melahap pentol yang di berikan abangnya, "ABANGGG!! panas,"

Bang Tugas tertawa terbahak-bahak. Dia memang suka menjahili Arley yang gampang di bohongi ini, "Salah siapa?"

Arley membelalakkan matanya, "Bang, abang mendingan cepet balik pendidikan. Arley sudah darting ini," gerutu Arley kesal.

"Baguslah kau darting, jadi ga usah tuh repot-repot penambah darah buat orang darah rendah," jawab bang Tugas sembari melahap baksonya.

Arley menghiraukan bang Tugas, "Bang diem dulu deh, bau gas ga sih bang?" Arley mencoba mencari darimana asal bau gas itu.

Dan matanya terbelalak. "TOLONGG!!! KEBAKARANNN!!" Teriak ibu pemilik warung bakso sambil berlari keluar.

Sontak Abangnya langsung tersedak dan berdiri berlari menyelamatkan para pembeli bakso yang berada di dalam.

"ARLEY!NGAPAIN DUDUK DI SANA?!! KELUAR CEPAT!!!" Seru bang Tugas yang menyadarkan Arley.

Sontak Arley langsung berdiri dan berlari ke dalam, "ARLEY!!!" pekik bang Tugas terkejut melihat Arley yang malah masuk ke dalam. Bang Tugas menurunkan dua balita yang ada di dekapannya dan memberikannya kepada sang ibu.

"ARLEY!!" Teriak bang tugas yang baru masuk beberapa langkah.

"AWAS ABANGG!!! FIRE!" Seru Arley yang berlari keluar sembari membawa tabung gas dengan taplak meja yang sudah basah.

Piangg

Gluduk

Gluduk

Arley melemparkan tabung gasnya ke sebelah warung yang tanah lapang.

"Fiuuhh," Arley menghela nafasnya dalam dan membersihkan tangannya yang kotor.

Bang Tugas menghampiri Arley, "Dek?"

"Bentar bang, capek nih,"

"Haduhh, Mbak Arley gapapa mbak?" Ibu pemilik warung bakso datang dengan wajah yang panik, "Alhamdulillah selamat, Makasih mbak Arley warung Ibu jadi ga rusak seluruhnya. Ya Allah, makasih. Mbak Arley Makasih," ujarnya sembari menjabat erat tangan Arley.

Arley tersenyum dan mengeluarkan tisu yang ada di saku celananya dan memberikannya kepada Ibu pemilik warung bakso, "Ibu tenang dulu ya, tarik nafas terus hembuskan. Sekali lagi," titah Arley yang sudah seperti bidan yang akan membantu proses persalinan.

"Sudah? Sekarang ibu bisa berpikir lebih jernih kan? Hp ibu dimana? Coba telfon suami ibu dulu. Ini sudah ya, terserah ibu mau bagaimana. Tapi sepertinya tidak perlu sampai manggil pemadam kebakaran sih. Ya bang?" Tanya Arley memastikan yang dibalas anggukan kepala.

"Oh iya, saya bicarakan sama suami saya saja. Untung hp saya di saku," bu pemilik warung bakso mengeluarkan handphonenya dan menghubungi suaminya.

Arley meninggalkan ibu pemilik warung bakso dan menuju abangnya. "Dek, abang inget-inget kamu lucu juga ya," ujar bang Tugas di iringi tawa renyah.

Arley mengernyitkan dahi, "Apaan yang lucu abang?"

"Waktu kamu lempar tuh tabung gas, kenapa teriak Fire coba?" Tanya bang tugas dengan sedikit memperagakan Arley membuang tabung gas.

Arley terdiam mengingat kejadian tadi, "Emang iya ya?"

Seperkian detik, "OH IYA YA ABANGG!!!"

Bang Tugas tertawa, "kamu pikir lagi mainan mobile legend?"

"Abang... Malu ihh, Arley kan lagi les bahasa inggris," Arley menutup pipinya yang merah karena malu.

"Lah, bisa gitu ya? Mencoba menerapkan dalam kehidupan sehari-hari?" Tanya bang Tugas dengan tawa yang tiada henti.

"Abang! Diem ga?! Arley ngambek nih. Tauk ah, pulang aja. Capek. Abang ngeledekin terus," gerutu Arley sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Ih, ga boleh ngambek an ya,"
.
.
.
Hello gaiss!!
Lama tidak berjumpaaa
Maaf yaa gabisa sering up dan ceritanya ga panjang....
Tapi semoga menghibur!
Bahagia selalu teman-temancuuu...

HARTLEYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang