09. Sebuah Ungkapan

363 77 18
                                    

Namanya juga manusia. Kadang menyenangkan, kadang menyedihkan, dan kadang menyeramkan.







Selamat Membaca!







Jingga terus berlari secepat mungkin. Matanya berkaca-kaca, ia takut diikuti oleh Karel dan teman-temannya. Sampai ujung jalan ia terhenti dan mengatur nafasnya agar kembali normal. Hingga ia menyadari jika Karel dan teman-temannya tidak ada.

"Ya ampun! Tau gini Jingga ga akan nyamperin Karel"

Jingga masih mengatur nafasnya pelan-pelan. Gadis itu berjongkok lalu kembali berdiri tegak. Ia kini dihadapkan ke jalan raya yang semula. Dimana suara kendaraan mengisi keheningan malam.

Gadis itu mengikat rambutnya tinggi-tinggi, lalu memakai topi Hoodie sebagai penutup kepala agar tidak merasakan dingin. Jingga mengeluh saat ponselnya menyala tiba tiba dan berakhir mati.

"Jingga ga bisa minta siapa-siapa kalo gini" ujarnya. Mata Jingga kini tak mau diam mencari keberadaan taksi. Mahal pun tak apa, biar kakak-kakaknya yang membayar.

Tak jauh dari apa yang Jingga lihat, kini matanya menangkap sosok laki-laki yang ia tau betul itu siapa. Jingga menyengir, dan tersenyum senang. Gadis itu menyebrang jalan dan menghampirinya.

"Katanya jodoh itu pasti sering bertemu. Dulu Jingga ga percaya. Tapi setelah lihat dan bukti-bukti di sekeliling Jingga terpampang nyata, Jingga percaya. Kenapa bisa percaya? Ya contohnya kita. Setiap hari ketemu di sekolah, sekarang ketemu di jalanan. Sudah jelas, kalo kita berdua jodoh. Secara kita sering ketemu"

Jingga tersenyum manis, menatap laki-laki yang terlihat tak bergeming sedari tadi. Laki-laki yang duduk disebuah kursi tua. Kasaga.

"Gue lagi ga mau di ganggu"

Kasaga bersandar pada kursi, ia menatap kosong pada langit. Ia terus menerus menghembuskan nafas berat.

Jingga mengerutkan dahinya, lalu memiringkan kepalanya menatap lelaki itu dengan rasa ingin tahu yang banyak. Bibirnya mengerucut, lalu bibir atasnya ia tarik kedalam. Bodoh, Jingga tidak tau melakukan apa sekarang. Yang jelas, Jingga peka dengan keadaan Kasaga sekarang. Lelaki itu tengah bersedih, apa yang harus Jingga lakukan agar Kasaga tersenyum sekarang?

"Kasaga sedih ya?"

Kasaga menarik tangannya yang berada didalam saku jaket denim nya. Tangan kanannya terangkat, lalu memberikan gerakan telapak tangan mengayun cepat. Ia memberi bahasa tubuh pada Jingga, agar pergi.

Jingga tersenyum tipis, ia menggelengkan kepalanya. "G.A.K M.A.U" ujarnya dengan ejaan.

"Jingga mau temenin Kasaga, Jingga ga tega liat Kasaga kaya gini" jawab Jingga lagi.

Kasaga menatap pasrah pada gadis itu. Ia kini kembali menatap langit-langit malam dengan bersandar pada kursi.

Melihat pergerakan Kasaga yang tak seperti biasanya, Jingga memutuskan untuk duduk disebelah Kasaga.

"Ngapain?"

"Duduk"

Kasaga menghela nafas pelan "Ck! Iya gue tau. Maksudnya, ngapain duduk disini?"

Be With You [Doyoung x Sana]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang