28. Jealous

452 81 40
                                    

Selamat Membaca!




Dentingan sendok dan garpu mengenai piring yang tersimpan dengan cantik di atas meja makan terdengar. Keluarga Chou tengah hikmat menikmati masakan yang disajikan oleh koki handalan mereka di rumah.

Tania sibuk memotong daging sapi yang diolah menjadi lembut, serta cita rasa yang khas. Gadis itu tak berani menatap kedua orangtuanya yang terlihat sangat marah.

Ting!

Pantulan suara antara meja yang terbuat dari kaca, dengan sendok yang tersimpan di atasnya membuat Tania mengangkat kepalanya. Menatap sang ayah yang sedari tadi menatapnya.

"Kita batalkan soal perjodohan, papah gak mau kamu sama mereka."

Sang ibu terlihat tak percaya mendengar penuturan suaminya itu. Matanya membulat, seketika pisau dan garpunya ia simpan di pinggir piring. "Terus kerja sama antar perusahaan kita sama mereka gimana?! Pikirin dulu kalo ngomong!"

"Masa bodoh soal itu, kita bisa kerja sama tanpa ikatan pernikahan antara Tania dengan Kasaga atau Jevan. Kamu pikirin perasaan anak kamu dong!"

Seperti biasa, tiada hari tanpa mendengar perseteruan antara kedua orangtuanya. Tania sudah biasa dengan ini. Telinganya selalu menerima teriakan-teriakan dari kedua orang yang berada di hadapannya ini.

"Gak ngejamin hubungan kerja sama kita langgeng kalo kaya gitu pah! Pasti nanti ada cek cok nya, kalo udah gak satu pemikiran dan milih buat stop kerja sama gimana?!"

Hening. Bahkan para pembantu di rumah itu dapat mendengar penuturan majikannya yang terlihat naik darah.

"Kalo nanti ditengah-tengah mereka mikir kita gak cocok, atau mau stop. Setidaknya mereka mikir sama hubungan cucu mereka sama anak kita, jadi semuanya gak berakhir. Inget pah, perusahaan kita ada di ujung tanduk, cuma mereka yang bisa nolong kita. Papah mau kita bangkrut? Kalo mamah sih gak siap ya buat itu!"

"Ya tapi gak harus sama pernikahan, mah."

"Papah duluan yang nyaranin cara ini, kenapa tiba-tiba berubah pikiran? Labil banget!"

"Tania, ngantuk. Tania ke kamar dulu ya, selamat malam." Tanpa mau berlama-lama di meja makan, dengan mendengar penuturan tak dimengerti dari kedua orang tuanya. Tania memilih untuk pergi saja, meskipun perutnya masih merasa lapar mau tidak mau ia harus berbohong. Lagi pula, siapa yang bisa tidur sehabis makan seperti ini.

"Selamat malam, sayang. Tidur nyenyak ya." ucap sang ibu. Membuat Tania yang memunggunginya memutar kedua bola matanya.






🍭


"Masuk dulu aja."

Kasaga dan Theo baru saja tiba, di rumah Senna. Gadis itu mengajak keduanya masuk kedalam rumah yang cukup besar itu, mengarahkan keduanya untuk mengikuti dirinya.

Kasaga dan Theo sampai, di mana tempat mereka akan mengerjakan tugas kelompok. Di sana ada sofa panjang, meja, serta televisi yang menyala. Tak lupa di sofa panjang ada Jessi yang asik memakan snack, sambil menonton film dari televisi Senna.

"Ini tinggal Jingga sama Karel?" Tanya Theo, memastikan.

Jessi menoleh mendengar Theo yang bertanya entah padanya, atau Senna. Gadis itu turun dari sofa, lalu bergabung duduk di atas lantai yang sudah dialasi karpet berbulu tebal. "Iya, Jingga sama Karel lagi beli makanan di supermarket depan."

Be With You [Doyoung x Sana]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang