25. Teman

354 83 92
                                    

Selamat Membaca!




"Jessi, Jingga liat akhir akhir ini ketawa ketawa terus, senyum senyum juga kalo liat handphone. Ada apa nih? Ga mau cerita?"

Sambil menaiki anak tangga, lalu mendorong pintu yang terbuat dari kaca. Jingga bertanya pada satu sahabatnya itu. Keduanya kini tengah berada di cafe, Senna menyusul katanya.

"Gak papa kok, ya cuma seneng aja. Gak ada hal lain" jawab Jessi.

Keduanya menyusuri meja, lalu memilih tempat yang cocok untuk ditempati.

Jingga terlihat memasang wajah masamnya. Jessi terlihat menutupi sesuatu darinya. "Gimana? Jessi udah bisa renang sekarang?"

"Dikit-dikit, untung kak Sehan ngajarin gue penuh dengan rasa sabar."

Jingga tersenyum jahil menanggapi pernyataan Jessi. "Jessi beneran cuma belajar berenang kan? Gak lakuin yang aneh-aneh sama kak Sehan?"

Jessi mendecih. "Apaan sih lo! Kagak ada yang aneh diantara kita berdua, lo tuh mikir jangan kemana-mana Ji. Nyebelin banget"

Jingga tertawa kemudian, lalu matanya menatap barista yang menghadapi keduanya. "Americano satu, kopi hazelnut satu, emmm satu lagi..."

"Latte!" Sambung Senna yang tiba tiba sudah berada di samping barista tersebut.

Jingga tersenyum lalu mengangguk. "Makanannya nyusul deh, kita mikir mikir dulu."

"Oke, ditunggu ya mbak" ujar barista tersebut.

Senna menggeser kursi lalu duduk dihadapan kedua sahabatnya. Gadis itu terlihat cantik dengan make up di wajahnya.

"Abis dari mana?"

"Acara syukuran rumah Tante gue. Ada apa nih, tiba tiba minta kumpul di sini?" Tanya Senna.

"Gue mau minta pendapat kalian berdua." Ujar Jessi.

"Apa tuh?"

"Mamah udah punya pacar baru." Kata Jessi sedikit malu.

"Apa?! Seriusan?!" Tanya Jingga dan Senna bersamaan.

"Dua rius malah. Tapi gue bingung, gue masih ngerasa ngeganjel sama calon papah gue. Dia baik, royal abis, perhatian juga. Pokoknya keliatan banget sama gue, kalo dia itu sayang." Jelas Jessi.

"Terus, apa pendapat yang Jessi minta dari kita?" Tanya Jingga.

Jessi menatap kedua sahabatnya ragu. "Gue takut"

"Takut kenapa? Tante Ratna berhak bahagia juga kan Jes, bukan lo doang. Coba lo pikir lagi udah berapa lama nyokap lo sendirian ngurusin lo?"

"Senna, lo tuh ga paham."

"Ya makanya lo jelasin ke kita, biar kita paham" terus Senna.

"Kopinya mbak!"

Suara pria kisaran berumur 20an tersebut mengantarkan pesanan ketiganya. "Selamat menikmati, dibawa santai aja mbak-mbaknya. Ga usah tegang kaya gitu. Kaya mau ujian aja."

Senna, Jessi, dan Jingga menatap pelayan itu dengan wajah tak bisa diartikan.

"Waduh, salah ngomong nih kayanya saya. Permisi mbak."

Jessi, Senna, dan Jingga menggelengkan kepalanya. Lalu kembali ke topik awal, Jessi menarik Americano miliknya, lalu menyecapnya sesaat.

"Gue bimbang, Sen, Ji. Gue takut." Ucap Jessi.

Jingga mengulurkan lengannya lalu menepuk pundak Jessi sekejap dan memeluknya. "Jingga tau, ini pasti sulit buat Jessi. Tapi kalo Jessi sadar, apa yang dilakuin sama calon papah Jessi itu gak mengarah ke hal negatif, ya berarti dia orang yang tepat buat Tante Ratna. Apalagi kata Jessi tadi, calon papah Jessi perhatian banget, penyayang, dan royal abis. Ga ada salahnya Jessi nerima dia buat jadi papah Jessi. Jadi, gak usah takut."

Be With You [Doyoung x Sana]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang