24. Alasan, kenapa Karel...

398 85 128
                                    

[Selamat Membaca]






Sinar matahari terik menyinari hari yang banyak disumpah serapahi oleh kebanyakan orang. Hari Senin.

Padahal jam baru menunjukkan pukul 7.20 pagi. Dan sialnya, Jingga harus kesiangan hari ini. Bukan hanya Jingga, kedua kakaknya— Jenius dan Sehan juga ikut kesiangan. Ketiganya datang ke sekolah terlambat, dan lagi apesnya, sekolah telah melaksanakan upacara.

Alasan ketiganya terlambat adalah Bunda. Pagi tadi, tepat pukul 3 pagi bunda dilarikan ke rumah sakit. Jingga, Jenius, dan Sehan tidak tau jelasnya seperti apa. Kata ayah, bunda sedang mengambil air minum di dapur. Lalu tiba tiba pingsan. Sepertinya bunda kelelahan.

Pagi itu seisi rumah terbangun dengan rasa cemas. Maka dari itu Jenius, Sehan, dan Jingga ikut ke RS. Lalu kembali pulang dan tidur. Niat ketiganya untuk tidur sekejap, eh malah kesiangan.

Jika kalian mempertanyakan keberadaan Sultan, anak pertama dari keluarga renjana itu sedang tidak di rumah.

"Telat! Masuk barisan cepet!"

Jingga menahan malu ketika banyak mata melihat ke arahnya. Sementara Sehan dan Jenius terlihat biasa saja di barisan kelas 12.

"Mana dasi?!"

"Loh ini kaos kaki berwarna! Kenapa?"

"Kamu, kenapa ga bawa topi?!"

Tanya Pak Adi pada anak kelas 12, yang dapat Jingga dengar.

Jingga membulatkan matanya, menatap dirinya sendiri. Sudah terlambat, atribut tidak lengkap. Tamat sudah dirinya.

"Ga tau" jawab Jingga tanpa suara, pada Jessi yang di mana jarak diantara keduanya berjauhan.

"Ini sudah kesekian kalinya, saya sudah wanti-wanti sama kalian semua. Taati peraturan sekolah! Apa susah?!"

"..."

Pertanyaan Pak Rahman di depan semua murid membuat Jingga memejamkan matanya. Pak Rahman sangat menakutkan, jika seperti ini.

"Kenapa diem?! Jawab saya."

"Engga Pak." Jawab siswa siswi serentak.

"Tau kan gak susah? Terus kenapa masih ada aja yang ngelanggar? Pakai dasi, topi, sepatu hitam, rambut tidak terlalu panjang dan berwarna, kaos kaki putih, baju di ke dalamkan. Susah?!"

"..."

Jingga memejamkan matanya. Menggigit bibir bawahnya pelan, ia memikirkan hal yang bisa membuatnya selamat dari tatapan maut Pak Rahman. Cukup Pak Rahman memberikan kesempatan terakhirnya di BK dengan tidak memarahinya, jangan sampai hanya karena atribut Jingga kena semprot juga.

"Karel, Jingga gak enak badan. Boleh ke UKS ga?"

Karel yang tengah berjaga di belakang barisannya, berjalan cepat ke arah Jingga. Menatap khawatir, lelaki itu cepat-cepat memegang dahi Jingga.

"Panas, Ji. Ya udah, biar gue anter ke UKS terus gue ijinin ke yang lain nanti."

Ternyata ga sia-sia berdiri kepanasan. Sekarang beneran dikira sakit. Aduh sorry ya Karel, gak lagi deh nanti. Janji ini yang terakhir.

"Ji, beneran? Mau dianter ga?"

Jingga menyadarkan lamunannya. Ia tersenyum diam diam. Lalu mengangguk.

Gadis itu terkekeh saat mendapati tatapan protes dari Jessi dan Senna. Jingga tau, dan Jessi bersama Senna juga tau. Ketiganya tau, bahwa Jingga hanya membual saja.

Be With You [Doyoung x Sana]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang