38. Kupu-kupu

311 53 11
                                    

Selamat Membaca





Kelimanya sudah di Villa sekarang. Jevan tengah mengambil obat-obatan seadanya. Beruntungnya Jingga dan Tania tidak terluka parah.

"Lo sih pake bilang gitu segala, pada jatuh kan nih cewek dua." Tuduh Theo pada Jevan.

"Ya gue mana tau mereka berdua bakal jatuh."

"Udah, lo berdua mau bacot sampe berbusa ga bakal ngaruh ke mereka. Mereka tetep jatuh ga ada yang berubah." Kata Kasaga panjang.

Kaki Tania, Jevan yang obati. Sementara kaki kiri Jingga yang terkilir masih belum diberi tindakan apapun. Diantara mereka semua, tidak ada yang bisa membantu. Karena takutnya ada kesalahan.

"Sama pak Otto aja diurut, mau?" Tawar Jevan.

Jingga mengangguk mengiyakan. Ia rasa ini tidak parah, jadi jika diurut pun mungkin tidak akan sesakit itu. Yang penting ia cepat sembuh.

"Biar gue yang panggilin pak Otto." Tawar Theo, lalu pergi menuju ke luar Villa, menghampiri pak Otto yang tengah berbincang dengan istrinya lewat telpon.

"Pak Otto jago ngeurut, Ji. Jadi ga usah ragu, gue juga waktu SMP jatuh diurutnya sama pak Otto." Jelas Tania, menenangkan Jingga.

"Kalian jatuhnya gimana sih, ga ngerti gue." Tanya Jevan setelah menempelkan kassa pada luka basah Tania.

"Gue ga liat liat ada batu gede, jadi ketendang terus jatuh. Eh Jingga ikut jatuh juga." Jelas Tania dengan menyengir.

"Lagian, kenapa harus pegangan tangan segala sih. Kaya mau nyebrang aja." Tungkas Kasaga sedikit kesal.

Aslinya Kasaga khawatir, tapi ia tidak mau menunjukkan itu pada Jingga.

"Siapa yang terkilir teh?"

Suara berat khas milik pak Otto terdengar keras, membuat keempatnya menoleh. Kasaga menunjuk Jingga.

"Jingga, pak"

Pak Otto menggelengkan kepalanya, ia tersenyum tipis. "Neng geulis, udah gede gini kenapa bisa jatuh pas lari? Mau punya adik lagi?"

Jingga menggerutu kesal. "Engga pak, ya namanya kecelakaan. Ga ada yang tau, itu emang Jingganya agak ceroboh."

Pak Otto tak menjawab, pria berusia kepala lima itu fokus menekan pelan pergelangan kaki kiri Jingga. "Ini ya neng yang sakit?"

"Aw, iya itu pak."

"Bismillahirrahmanirrahim" celetuk pak Otto.

Krek!

"AWW!" Tanpa aba-aba, pak Otto menekan dan menarik kaki Jingga. Membuat gadis itu berteriak merasakan sakit yang terasa sekali.

Spontan tangannya menarik baju Kasaga, yang berada di sebelahnya. Seolah menahan rasa sakit dan meminta kekuatan. Kasaga tidak keberatan dengan itu. 

"Sekali lagi neng, sebentar ya tahan" Pak Otto berancang-ancang, pria itu kembali hendak memijat dan menarik kaki Jingga.

Jingga menggigit bibirnya tak lupa memejamkan matanya. Kasaga yang melihat itu merasa gemas. Tak bisa ia sembunyikan senyum di bibirnya.

Be With You [Doyoung x Sana]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang