S2#18

1.6K 158 16
                                    

Biasakan Vote sebelum Baca! Happy Reading....













#############







Keadaan Nabilah semakin hari semakin kritis. Tubuhnya seolah menolak semua obat yang rumah sakit berikan. Hal ini tentu membuat dokter dan keluarga nya bingung harus berbuat apa.

Vera dan Ve sedang berdiskusi dengan Stella lewat panggilan video. Terbatasnya jarak membuat mereka kesulitan untuk sekedar bertukar informasi terkini tentang kondisi Nabilah.

"Aku udah nemu donor jantung disini, dan presentasi kecocokan nya 98,88%. Kita bisa lakukan operasi setelah kondisi Nabilah membaik. Donor itu sedang dalam perjalanan, aku belum bisa pulang sekarang karna aku juga masih cari pengobatan buat tumor itu. "

Kabar gembira dari Stella tentu membuat kedua dokter itu sedikit lega. Satu masalah teratasi, tinggal menyelesaikan satu masalah lagi. Dan menunggu apakah tubuh Nabilah merespon organ baru itu dengan baik atau justru malah menolak nya.

"Kalo diliat dari kondisinya yang terus menurun akhir-akhir ini, kemungkinan dia sadar 2 minggu lagi. Dan itu pun kalo ngga ada penurunan yang drastis. "

Kondisi Nabilah memang menurun setiap harinya. Membuat mereka kebingungan antara melakukan operasi besar ini atau tidak.

Ditengah percakapan mereka, pintu ruangan diketok dari luar. Setelah Vera mempersilahkan masuk, seorang suster pun masuk dengan sebuah map ditangannya.

"Maaf dok mengganggu, ini hasil pemeriksaan pasien atas nama Nabilah"

Setelah menyerahkan map tersebut, suster itu kemudian pamit keluar untuk melanjutkan tugasnya.

Ve membuka map itu. Kemudian membaca rentetan huruf yang tertera pada hasil pemeriksaan Nabilah. Kepalanya seperti ingin meledak setelah membaca tulisan di kertas putih itu. Ditambah sebuah foto rongen yang juga berada di dalam map tersebut.

Disitu tertulis dengan jelas bahwa Tumor yang bersarang ditubuh Nabilah telah menyebar ke organ tubuh yang lain. Menyebabkan komplikasi pada paru-paru dan juga ginjal Nabilah. Tak sampai disitu, hidup Ve semakin dibuat hancur dengan kondisi jantung Nabilah yang semakin melemah dan terancam tak bisa berfungsi kembali.

Hidupnya benar-benar hancur mengetahui fakta itu. Jika dirinya saja sehancur ini, lalu bagaimana reaksi saudarinya yang lain jika tahu akan hal ini. Sungguh, Ve bahkan tak pernah memimpikan hal buruk ini terjadi pada keluarganya.

"Kalo seperti ini terus, kita terpaksa harus melakukan operasi transpaltasi jantung itu sebelum jantung didalam tubuh Nabilah kehilangan fungsinya" Ucap Ve tiba-tiba membuat Vera dan Stella terkejut.

"Kamu gila?! Kamu mau bunuh adik kamu sendiri?! Tubuhnya ngga akan sanggup kalo dipaksa Ve" Vera sangat frustasi menghadapi situasi ini, apalagi jika Ve berubah menjadi orang yang ambisius.

"Tapi Nabilah bisa pergi kalo kita ngga nglakuin operasi ini"

"Sesuatu yang dipaksakan ngga akan berakhir baik, Ve" Stella sangat prihatin melihat kondisi keluarga sahabatnya ini.

"Kalian bisa handle operasi itu kan? Kalo seandainya aku belum bisa pulang saat itu, kalian harus ambil alih posisi aku disana. Dan kamu Ve, tolong lebih kuat lagi. Kamu harus bisa selamatin nyawa adik kamu"

Ucap Stella diseberang sana. Ve mengangguk lemah menanggapi ucapan Stella. Jujur saja Ve tak sanggup melihat adiknya kesakitan, namun ia juga harus berusaha menghilangkan rasa sakit yang terus memeluk adiknya.






























My Story With My FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang