S2#19

2.9K 200 82
                                    

Biasakan vote sebelum baca! Happy Reading....





##########























Pagi ini Nabilah dipindahkan ke ruang rawat. Kondisi nya benar-benar membaik setelah kejadian semalam.

Kini mereka menemani Nabilah, tak membiarkan Nabilah sendirian barang sedetik pun. Mereka hanya takut kejadian itu terulang kembali.

Mengingat kejadian itu. Setelah hari dimana Kai tau Nabilah masuk ICU, Kai langsung mendatangi Nathan di apartemen nya dan langsung memukuli Nathan seperti orang kesetanan.

Jika saja saat itu Nabil tidak datang, mungkin Nathan bisa mati di tangan Kai. Nabil pun menyerahkan Nathan ke pihak yang berwajib. Kemudian menenangkan Kai yang saat itu benar-benar dikuasai emosi.

Meskipun Nabilah sudah sadar, namun tubuhnya terasa kaku karna terlalu lama tak di gerakan. Bahkan mulutnya sangat sulit untuk mengucapkan satu kata saja.

Sebenarnya Nabilah sedang menahan sakit yang teramat di bagian dada nya. Dadanya terasa sangat nyeri saat ini, seperti ditusuk ribuan jarum. Namun sekali lagi ia berusaha menjadi kuat. Tak ingin membuat semua orang lebih khawatir.

"Kalo ada yang sakit bilang aja dek, kakak disini buat jagain kamu bukan cuma sekedar nemenin kamu doang" Ucap Ayana.

"Ada yang sakit? "

"D-dada aku s-sakit kak"

Hanya mengucapkan kalimat itu saja butuh banyak energi bagi Nabilah. Selain dadanya yang terasa nyeri, nafasnya juga sesak. Seperti ada sesuatu yang menghalangi nya untuk bernafas.

Ayana pun langsung menyuntikkan obat pereda rasa sakit di lengan Nabilah. Sesaat Nabilah meringis merasakan jarum itu menembus kulitnya.

"Sakit banget ya dek? "

Gracia disana, duduk disamping ranjang Nabilah dan menggengam tangannya yang terbebas dari infus.

Nabilah menanggapinya dengan tersenyum. Nabilah menatap setiap pasang mata disana. Semua sama. Memancarkan sorot kesedihan yang begitu mendalam disetiap tatapannya.

"Kamu....Ngga akan nyerah kan?" Kali ini Melody lah yang bertanya

Jujur, sejak Nabilah kembali masuk ICU, perasaannya sama sekali tak tenang. Melody takut adik bungsunya meninggalkan mereka.

"Engga kak. Aku udah pernah bilang, aku cuma akan nyerah kalo kalian yang minta"

Nabilah tersenyum menatap kakak-kakak nya. Kemudian berubah sendu kala melihat air mata menggenang disana.

"Dan aku juga pernah bilang, aku ngga suka liat orang nangis. Apalagi karna aku" Sontak mereka langsung menghapus air mata mereka. Hal itu membuat Nabilah terkekeh.

...

Malam ini Shani dan Ve yang menjaga Nabilah. Mereka menyuruh yang lain untuk pulang dan beristirahat dirumah.

Dua orang ini sudah terlelap sejak beberapa jam yang lalu. Mereka tidur dengan nyenyak meskipun harus tertidur dengan posisi duduk di sofa. Sepertinya mereka kelelahan setelah beberapa hari begadang menunggui si bungsu.

Ditengah tidur nya, Shani terbangun karna merasa haus. Ia bangkit dan meraih air mineral di meja.

Saat hendak tidur kembali, matanya tak sengaja menangkap hal janggal dari tubuh Nabilah. Ia bangkit dan berjalan mendekati Nabilah.

Setelah ia disamping Nabilah, Shani dapat melihat dengan jelas bagaimana Nabilah tidur dengan tak nyaman nya.

Raut wajahnya menggambarkan kesakitan. Tubuhnya berkeringat, kelopak matanya memerah, suhu tubuhnya juga tinggi. Juga setitik air mata di ujung matanya.

My Story With My FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang