jaydan
|kak satya
|kakak dimana?brisik|
bkn urusan km|. . .
"datar bener muka, kayak triplek."
merasa tersindir pemuda itu mengalihkan pandangannya pada sosok berkalung salib dihadapannya. baru saja terduduk, ntah darimana asalnya, bukan urusan satya.
"mahes lo darimana? gue sama satya udah selesai setengah bab lo baru dateng. niat numpang nama doang, mau gue coret nama lo? biar gak usah bagi nilai sekalian, lo lebih cocok remedi kalo kerjaanya gak pernah totalitas." rendy berucap tanpa mengalihkan pandangannya. satya abai, namun mahesa yang menjadi target perkataan rendy hanya bisa meruntuk dalam hati.
"macet ren, macet." ucapnya memelas.
"potong nilai." tanpa berbelas kasih rendy mengeluarkan tiga tumpuk buku ke meja mahesa, "baca semua, rangkum jadi satu bab terus kirimin file nya ke gue." setelahnya seolah tidak peduli dengan ekspresi sahabatnya ia kembali mengetik dengan santai.
berdecak tak habis fikir, mahesa langsung memasukkan buku rendy kedalam tasnya. menumpu kedua tangannya sembari mencondongkan sedikit tubuhnya kedepan, mahesa menatap dua sahabatnya yang nampak fokus menugas.
"break dulu kenapa sih, berasa mahasiswa aja sibuk banget."
"otw."
"tutup laptopnya atau gue tutup paksa?"
"diem atau mau gue keluarin paksa?" kali ini rendy menolehkan pandangannya. tatapan tajam layaknya rubah itu menyorot malas, satu alisnya terangkat dengan jemari yang terulur membenarkan kacamatanya yang melorot di perpangkalan hidung.
"break." satya menyahut sembari meregangkan lehernya.
"oke."
mahesa sudah tidak mampu berkata kata, kalo bahasa gaulnya speechless, alias terserah rendy. mahesa mah bisa apa kalo dihadapkan dengan pemuda mungil bermulut cabai itu.
rendy meminum minumannya sekilas, netra cokelatnya teralih pada satya yang fokus memandangi ponselnya. sudah jelas apa alasannya, karena yang mampu membuat satya terlihat seserius itu hanya satu orang.
"jaydan?"
satya mendongkak, menatap rendy bingung dengan satu alis terangkat.
memutar bola matanya malas, ia kembali membuka suara, "selain jaydan siapa sih yang bisa bikin lo sefokus itu?"
"ngaco."
"tapi bener kan?"
satya hanya terdiam, menganggap perkataan rendy sebagai angin lalu.
setelahnya keheningan melanda, hanya terdengar alunan musik delapan kata yang sedang naik daun beberapa minggu terakhir ini. jujur mahesa bingung, kenapa ia bisa betah bersahabat dengan kedua manusia dihadapannya ini, yang jelas jelas kepribadiannya sangat tumpang tindih dengan dirinya.
yang satu mulutnya pedas, yang satu hanya bicara kalau dibutuhkan. intinya yang waras seperti remaja normal pada umumnya disini hanya dirinya- kata mahesa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Fate || 2sung
Fanfiction❝ dan? bandung dan segala isinya... itu semua gak berarti kalau gak ada kamu disini. segala keindahannya tertutup dengan renungan kehadiran kamu, semua tempat serasa kosong hanya karena karena kehilangan sosok mataharinya. ❞ [[ sudah dirombak ]] ﹫xy...