18 : anonymous

23 0 0
                                    

sinar hangat sang mentari menembus celah jendela bagian barat kamar jaydan. pemuda berusia nyaris 17 tahun itu mengusak rambut legamnya menggunakan handuk yang tersampir melingkari lehernya, menimang nimang apa yang akan dilakukannya hari ini sebelum pergi ke rumah si kembar pukul lima nanti.

menduduki kursi belajarnya sembari menyalakan laptopnya, jaydan mengedarkan pandangannya menuju pintu kamar yang tidak tertutup rapat, menemukan sang kakak yang sekilas menatap ke arahnya sebelum pergi ke lantai bawah.

"aneh." gumamnya.

ting!

pandangannya beralih, menatap notif dari nomor anonim yang berjumlah delapan pesan beruntun.

jemarinya bergerak membuka roomchat dengan nomor asing itu, detik kemudiannya dahi jaydan berkerut samar, bingung.

. . .

0826xxxxxxxx

|lo
|manusia terbodoh yang
|pernah gue kenal
|lo itu sebenernya kenapa sih?
|waras kan?
|jangan buat gue merasa
|bersalah terus
|gue gak suka
|lo bodoh
|banget

hah?|

/you've been blocked by this user's

harusnya gue yang nanya|
gak sih? 😀|
lo waras?|
jlema lieur kalo kata naresh mah|

. . .

menggelengkan kepalanya pelan, jaydan pun memilih untuk bersiap menuju ke rumah naresh dan jevano.

"agak sinting, tapi yaudahlah." entah darimana anonim itu mendapat nomornya, tapi jaydan memilih untuk acuh, toh siapa tau salah sambung.

ah iya, sebenarnya janjinya memang pukul lima, namun jaydan memilih untuk berangkat sekarang saja, diakibatkan karena bosan sendiri dirumah dan stok makanannya di kulkas sudah habis, ia ingin menumpang makan juga dikediaman si kembar. lumayan, rumah mereka tidak pernah kehabisan stok jajanan.

melirik arloji yang menunjukkan pukul tiga lebih empat puluh lima menit, jaydan memakai kemeja merahnya lalu melangkahkan kakinya menuju lantai bawah. menatap sekeliling yang tentu saja kosong. ayahnya sedang keluar kota bersama bundanya, sedangkan kakaknya sendiri tidak diketahui keberadaannya.

sejak kejadian semalam, jaydan sedikit acuh pada kakaknya, buktinya saja pagi ini ia tidak mengirim pesan berisi ucapan ampas pada kakaknya. suatu kemajuan, bukan? tapi tidak tau kalau besok. jaydan kan tidak teguh pendirian.

menggelengkan kepalanya pelan, ia pun keluar dari kediamannya, tidak lupa mengunci pintu depan. dan melangkah menuju garasi.

membuka pintu garasi dengan perlahan, tepat disaat itu pula pandangan jaydan dengan sang kakak bertemu. kedua onyx legam itu bersitatap selama beberapa detik, sampai yang lebih tua terlebih dahulu menghampiri jaydan, menyodorkan tangannya.

"kunci."

tegas, tidak dapat dibantah. satu kata yang mampu membuat jaydan tersadar dari lamunannya, ia pun refleks menaruh kunci pada telapak tangan satya. setelahnya tanpa berpamitan satya masuk kembali kedalam rumahnya.

menghembuskan nafasnya sembari memegang dadanya, jaydan sedikit melebarkan matanya, "kaget anjing, kirain lagi keluar." ucapnya lirih, menoleh ke belakang.

memilih untuk bergegas, jaydan menaiki motor sportnya, mencoba mengabaikan sosok satya yang ternyata masih satu rumah dengannya sedari tadi, walau sejujurnya setelah mengetahui kakaknya berada dirumah ia ingin kembali memasuki rumahnya dan melanjutkan acara cari perhatian dadakannya, namun tentu saja ia urungkan. ia masih menjalankan misi mengacuhkan satya untuk satu hari, seperti saran naresh kemarin sore.

jarak rumah jaydan kerumah naresh dan jevano tidak terlalu jauh, hanya terbatas beberapa perempatan dan tiga lampu merah. tapi sepanjang perjalanan fokusnya beberapa kali teralihkan, membuatnya beberapa kali mendapat klakson protes dari kendaraan dibelakangnya. dan lagi lagi jaydan memilih untuk abai.

memarkirkan motornya begitu saja di garasi rumah sahabatnya- faktor sudah terlalu terbiasa menumpang diri disana, jaydan pun memencet brutal bel rumah mereka, tidak memperdulikan teriakan naresh dari dalam yang mengancam akan melapor pada satpam penjaga komplek. mood jaydan sudah terlanjur menurun.

entah apa yang membuat moodnya menjadi buruk, namun setelah bersitatap dengan satya digarasi rumahnya tadi perasaannya menjadi campuraduk.

bisa dibilang labil, tapi jaydan sendiri tidak tau labil dibagian mananya.

"agak goblok." umpat jaydan tepat setelah naresh membuka pintu dengan penampilan amburadulnya, terlihat jelas baru bangun dari tidur panjangnya.

naresh mengerutkan kening bingung, "apasih, dateng dateng ngatain goblok." protesnya sembari menoyor kening jaydan pelan, lalu setelahnya membukakan pintu untuk dilewati oleh si bungsu, "masuk aja, si jeje lagi mandi."

jaydan mengangguk, sudah paham aturan dirumah mereka, jika diluar naresh dan jevano memiliki aura maskulin, maka dirumah mereka akan menunjukkan sisinya yang lain. naresh yang harus dipanggil nana, dan jevano yang harus dipanggil jeje. sebenarnya karena perintah dari mama mereka.

jaydan langsung melangkahkan kakinya menuju kamar si kembar, lalu merebahkan tubuhnya begitu saja di kasur jevano. membuat jevano yang baru saja keluar dari kamar mandi menatap jaydan seolah mengatakan, "darimana ni demit satu, gak diundang tiba tiba nemplok di kasur gue."

tapi tentu saja niatannya diurungkan kala naresh turut masuk kedalam kamar dan merebahkan tubuhnya disamping jaydan, memeluk tubuh si bongsor yang hanya diam tanpa menolak. bisa bisa jevano ditendang dari balkon kalau tau kesayangan sang kembara ia usir.

"yang lain belom sampe?" tanya jaydan tanpa membuka mata.

"ya lo liat sendiri lah, ada yang lain selain kita disini?" jevano menyahut sedikit sarkas. habisnya ia baru saja merapikan kasurnya yang nyaris tidak pernah ia bereskan seminggu penuh, namun sekarang acak acakan lagi karena dua sejoli yang bergelung diatas kasurnya.

"o bangsat, kesel." gumamnya, mengetikkan pesan pada haikal agar cepat datang.

netra tajamnya melirik pada jaydan yang hanya terdiam. tidak biasanya, jadi jevano dengan inisiatif membawakan beberapa cemilan untuk jaydan, menyodorkan dengan tujuan menyogok pemuda itu agar bercerita.

jaydan menghela nafasnya, "gak ah, males ngomonginnya juga, bingung." ucapnya, meminta naresh membukakan bungkus keripik yang dibawakan jevano.

well, sepertinya akan sedikit lebih susah dari dugaannya.

Our Fate || 2sungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang