jika semua orang berkata bahwa satya adalah seonggok pemuda mati rasa yang tidak bisa merasakan sakit hati maupun resah, maka jawabannya adalah karena mereka tidak benar benar mengenal siapa itu sosok satya yang sebenarnya.
satya tidak seperti itu, mungkin iya kelihatan dari tampang luarnya satya memang begitu apa adanya. tapi apa mereka pernah berfikir, bahwa satya hanyalah remaja biasa yang masih terjebak dalam fase denialnya. selama ini ia selalu sendiri, tidak ada yang menuntunnya membedakan perbuatan benar ataupun salah
sedari dulu satya selalu hidup dalam ekspetasi akan pandangan orang lain. si sulung yang menjadi panutan masyarakat sekitar sma angkasa. mau dilihat dari segi manapun, pemuda itu begitu sempurna dari segala aspek. wajahnya tampan, tubuhnya semampai, otaknya pintar, sifatnya sopan, tutur katanya baik, dan ia pekerja keras.
siapa yang tidak ingin mempunyai anak seperti satya? oh tentu saja hanya orang tuanya.
menyandarkan tubuhnya ke kursi jok pengemudi, selepas mengantar mahesa dan rendy pulang dengan selamat ke depan rumahnya, satya berhenti tepat ditaman komplek perumahannya. berdiam diri dalam dentungan jarum jam yang menunjukkan pukul 10 malam, tidak berniat melajukan kembali kendaraannya hingga memasuki pekarangan rumahnya.
berulang kali pemuda bersurai coklat tua itu menghembuskan nafasnya berat, ntah kenapa rasanya ia selalu menanggung banyak beban dipundaknya, padahal selama ini orang tuanya bahkan tidak peduli. semuanya hanya berasal dari tekanan akan diri sendiri.
satya hanya tidak mau lagi membuat orang lain kecewa, padahal kenyataannya ia selalu membuat orang yang peduli padanya kecewa berulang kali.
netra hitam legamnya menatap lekat beberapa bubble pesan yang dikirim beberapa jam lalu, hanya sekedar ia baca, jemarinya enggan mengetik di ruang pesan itu. karena mau mengetikpun, rasanya gengsi sudah terlanjur melambung tinggi.
"kenapa lo harus jadi adik gue sih..." ia menghalangi matanya dengan satu lengan yang ia taruh diatas kedua netranya yang terpejam erat.
"padahal banyak yang berharap lo jadi adik mereka, tapi kenapa harus gue... gue bahkan gak tau ini bisa disebut beruntung atau bukan." ia menggumam pelan, suaranya melirih.
mendengarkan alunan radio yang samar menemani suasana walau hasilnya tetap sunyi. nihil, sekencang apapun suara yang di timbulkan dari sekitarnya, tetap saja bagi satya semuanya terasa senyap.
satya kembali menghela nafasnya, lantas ia menginjak gas kendaraan beroda empat itu perlahan menuju rumahnya, memarkirkan didepan pagar tanpa repot memasukkannya kedalam, karena sudah terlalu larut, ia takut membangunkan orang orang dirumah.
satya selalu mengkhawatirkan hal yang tidak seharusnya dikhawatirkan.
mematikan mesin mobil dan beranjak memasuki rumahnya, dapat ia lihat di langkah pertama bahwa seluruh lampu ruangan sudah padam, hanya ada cahaya dari lampu dapur yang memang tidak pernah dimatikan saat menjelang malam.
tanpa berbicara sepatah katapun lagi pemuda itu melangkahkan kakinya sepelan mungkin ke lantai dua, kamarnya yang bersebrangan dengan kamar sang adik. niat yang tadinya ingin segera merebahkan tubuh dikasur seketika lenyap kala melihat pintu kamar sang adik yang terbuka sedikit.
satya melangkahkan kembali kedua kakinya, membuka pintu berwarna putih pucat tersebut tanpa suara, menatap lamat wajah pulas jaydan yang terbaring asal diatas kasurnya.
lagi, ia berinisiatif menarik selimut bermotif pokemon itu untuk menutupi tubuh yang lebih muda hingga pangkal leher. terduduk ditepian kasur sembari terfokus memperhatikan sang objek dan tanpa sadar menaikan satu tangannya.
jemarinya menelusuri surai hitam pekat itu perlahan, mengelusnya lembut selama beberapa saat. hingga akhirnya ia tersadar dengan perbuatannya sendiri dan berdiam ditempatnya.
sudah keberapa kali ia melakukan hal seperti ini? menghampiri layaknya pengecut dan memperhatikan dalam diamnya.
mengulas senyum tipis, sekali lagi jemari sang kakak mengelus rambut adiknya sekilas. setelahnya keluar begitu saja dari kamar bertuliskan nama sang pemilik didepan pintunya, tepat setelah mengucapkan selamat malam.
satu hal yang tidak pernah jaydan ketahui, bahwa hampir setiap malam satya selalu diam diam menyelinap kedalam kamar miliknya dan memperhatikan wajah pemuda itu dari kursi meja belajarnya.
pada kenyataannya, satya tetaplah seorang pemuda yang mempunyai naluri seorang kakak, walau jelas ia tidak pernah menunjukkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Fate || 2sung
Fanfiction❝ dan? bandung dan segala isinya... itu semua gak berarti kalau gak ada kamu disini. segala keindahannya tertutup dengan renungan kehadiran kamu, semua tempat serasa kosong hanya karena karena kehilangan sosok mataharinya. ❞ [[ sudah dirombak ]] ﹫xy...