12 : things

18 0 0
                                    

"si jepan tolol anying, malu maluin."

naresh membuka pembicaraan begitu menduduki salah satu kursi di meja kantin berisikan total 6 bangku. jevano terduduk disamping naresh tanpa ada orang dihadapannya, mengerutkan keningnya heran karena namanya tiba tiba terpanggil oleh sang kembara.

"kenapa?" tanya jaydan sebelum menyuap makanannya.

haikal pula yang baru saja datang turut menyuarakan pertanyaan dengan logat sunda andalannya, "aya naon ieu barudak?" ia mengangkat kedua alisnya, menatap naresh dan jevano bergantian.

menghela nafas pelan sembari menyendok makanannya, naresh menatap malas sang kakak beda 15 menit disampingnya, "masa si jepan kemaren maghrib rek sholat ke masjid terus ketemu sama bang jepri, malah main cepret cepretan sarung sampe nyepret pantatnya ustad. jadi we gue ikutan diusir dari masjid." naresh menjelaskan dengan menggebu, "terus kan jalan lagi nyari masjid baru, eh pas udah nyampe nyepret motor batur sampe jatoh ngegelinding. tolol anying ah boga kembaran teh kaya bocah bulan puasa mau tarawehan."

sontak setelahnya tawa para penghuni di meja itu meledak, "ASU AHAHAHAHAHAHA!" haikal terpingkal, memegangi perutnya yang terasa keram.

"lo juga ikutan ya bangsat." tuding jevano balik, tidak terima dijelekan sendirian.

dilain sisi, chetta mengerucutkan bibirnya lesu, "rame kayaknya, chetta gak boleh keluar sama bunda... soalnya kemaren mau makan malem sama rekan kerja papa." guratan sedih nampak jelas di wajah manisnya.

lalu tanpa segan haikal merangkul bahu yang lebih muda itu, "kabur hayu, ikal boncengin naik otok otok." kata katanya mungkin asal ceplos, namun chetta sendiri dibuat kembali tersenyum karena ajakan random itu. jujur, terkadang chetta memang tidak bisa ikut berkumpul bersama teman temannya. diakibatkan latar keluarganya yang merupakan seorang konglomerat dan pebisnis terkemuka, chetta harus selalu hadir dalam perjamuan makan malam ataupun pesta dari para rekan papa nya.

kadang, chetta berharap bahwa seandainya ia hanya seorang remaja biasa dari orang tua yang sederhana.

"istighfar sia teh kal, anak sultan diajakin naik otok otok." naresh menengahi, menoyor kepala si kulit tan itu pelan.

"bodo, jual aja kembaran lo noh. stress kan maneh sama kelakuan si jevan?" haikal memberi saran yang sebenarnya jika terdengar oleh ibunda si kembara maka mereka akan kena potong uang jajan seminggu, tapi karena mereka sedang disekolah dan kebetulan bunda mereka tidak ada, saran dari haikal terdengar menarik untuk dicoba.

naresh berdiri dari duduknya, ia berdehem sembari membenarkan seragamnya, lantas berteriak lumayan kencang membuat atensi penghuni kantin menyorot padanya, "JUAL KEMBARAN! yang mau dm aja ya. siapa cepat dia dapat, kebetulan gratis juga, ayo lelang dimulai dari sekarang." setelahnya ia duduk kembali tanpa mempedulikan wajah jevano yang mencebik kesal.

"gue tendang dari balkon tau rasa lo." sinisnya, dibalas ejekan oleh naresh, "tinggal bilangin bunda aja." ledeknya sembari menjulurkan lidah.

"dasar anak mamah."

"daripada lo, anak setan."

"alhamdulillah temen minus akhlak berkurang satu, sisa dua." gumam haikal diam diam dengan senyum lega.

"pindah circle aja lah gue, lama lama ketularan sinting ntar..." jaydan yang baru saja menyelesaikan acara makannya menggeleng heran. di keluarga jaydan memang membiasakan makan tanpa berbicara, karena menurut ayahnya makan sambil berbicara menghilangkan etiket saat di meja makan dan mengurangi rasa bersyukur atas makanan yang mereka nikmati. jadi kebiasaan itu terbawa hingga kemanapun pemuda itu berada.

haikal mendengus geli, "please, deh dan. lo kira bakal ada yang tahan sama galauan gak jelas lo selain kita?"

"gak usah sok famous, temen lo cuma kita doang kalo lo lupa." naresh turut menimpali.

jaydan yang menjadi target bulian baru teman temannya hanya bisa menghela nafas sembari tersenyum pias, "nyesek sial." gumamnya pelan.

obrolan random mereka seketika terhenti karena bel sekolah berbunyi nyaring menandakan jam istirahat telah berakhir. maka diakhiri dengan menyimpan nampan ditempat kotor, kelima pemuda berbeda tingkah itu berpamitan diujung pintu kantin setelah berjanjian terlebih dahulu untuk pulang bersama nanti sore.

Our Fate || 2sungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang