23 : slowly

55 5 0
                                    

kabut tebal disekitaran lereng bukit menutupi luasnya pemandangan hamparan kebun teh disekitar villa tempat dimana jaydan menginap bersama teman temannya. aroma selepas guyuran hujan tadi malam seolah mendukung diiringi suhu rendah membelai kulit dengan lembut, membuat empunya yang merasakan mendadak meremang, menarik kembali selimutnya hingga batas leher.

saat ini mereka sedang melakukan perjalanan wisata dari pihak sekolah menuju ke daerah istimewa yogyakarta, tepatnya di puncak pegunungan sejak satu hari yang lalu.

perjalanan ini hanya dikhususkan untuk kelas 11 dan 12. sejujurnya satya mengatur liburan ini hanya untuk 3 hari 3 malam, namun karena protesan seluruh murid yang tidak terima jika waktunya sangat sebentar dan terbatas mengajukan banding agar liburan mereka diperpanjang menjadi satu minggu penuh. para orang tua pula setuju setuju saja, itung itung melepas beban dirumah mereka, maka dengan senang hati para orang tua itu mendukung penuh keputusan anaknya.

tetesan rintik hujan senantiasa berjatuhan dari atap villa, beberapa menimbulkan bunyi kecipak air ditengah heningnya suasana dengan jarum jam menunjuk tepat diarah pukul 7 pagi. dikamar jaydan yang berjumlah lima- seharusnya empat orang, tertampak sesosok pemuda semampai bersurai legam yang menatap kosong kolam renang yang seharusnya menjadi salah satu tempat agenda mereka hari ini. dataran cair itu berangsur tenang membuat jaydan hanya terdiam menatapnya.

entah mengapa suasana hening seperti ini membuat jaydan seolah sendiri, tanpa ada siapapun yang dapat mengintrupsinya, seolah ia hanya hidup sendiri dalam dunia yang ia ciptakan secara mendadak.

tok tok tok.

atensinya teralih kala mendengar suara pintu terbuka, netra obsidiannya menatap sesosok pemuda yang lebih tinggi darinya sedang bersandar diambang pintu. mengulas senyum tipis yang nyaris tidak pernah jaydan lihat sebelumnya, "mau keliling?" pemilik suara bass itu berbicara, tepatnya mengajak.

jaydan kembali bungkam sesaat, namun setelahnya mengangguk, "cuci muka dulu." gumam yang lebih muda, dibalas sekedar deheman kecil oleh si pengajak.

satya mengedarkan pandangannya pada seisi ruangan kamar adiknya, lantas terhenti di kasur paling pojok dimana tiga onggok pemuda saling berpelukan satu sama lain, yang satya ketahui namanya adalah jevano, naresh dan haikal.

tadi malam saat satya membagikan pembagian kamar, mereka berlima memohon untuk disatukan. dan karena adiknya turut memohon dengan raut memelasnya, maka satya mengalah dengan mudah, sehingga kamar yang digunakan oleh satya hanya terisi tiga orang, tentu saja dengan rendy di kasur tunggalnya. sejujurnya satya tidak mengerti, seharusnya haikal satu kamar dengan mereka, namun pemuda itu tetap bersikeras agar disatukan dengan para sahabatnya dengan alasan ada sesuatu yang menempeli satya dan rendy.

dan saat itu pula mahesa yang biasanya turut tertawa hanya terdiam sembari menatap lekat haikal beserta seribu alasannya. tentu saja jaydan, satya, beserta rombongannya merasa aneh, malah ketika dengan cepat naresh menebak bahwa yang sosok yang haikal bilang menempeli satya dan rendy adalah mahesa, pemuda itu langsung tertawa sembari mengiyakan tanpa ragu. sesaat setelahnya mahesa langsung bergegas menuju kamarnya tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

"kak."

jaydan muncul dengan tampilan yang lebih segar, mengkode lewat matanya untuk keluar dari kamar dan langsung dituruti oleh yang lebih tua. dikala pintunya kembali ditutup, jaydan melewati lorong beriringan dengan satya yang setia membungkam bibirnya, malas berbicara karena suaranya masih belum stabil.

"kak." jaydan memanggil untuk kedua kalinya, yang langsung mendapatkan atensi satya tanpa iringan kata tambahan. pemuda itu sedikit mendongkak menatap wajah bareface sang kakak, lalu mengalihkannya pada aliran sungai dangkal dibawahnya. tangannya bertumpu ada pagar jembatan, membuat satya mengerutkan keningnya bingung, "apa?" tanyanya pada akhirnya.

"ini," jaydan menggumam, fokusnya masih berada pada aliran air dibawah pandangannya, sesekali ia menghembuskan nafas beruap dari belah bibirnya, "sepi, ya?" tanyanya.

satya menghela pelan, lalu turut mengalihkan pandangannya, "hm."

jaydan tersenyum kecil, lantas menggeleng pelan, "nggak kak," ujarnya lagi membuat satya terdiam, sebenarnya adiknya kenapa sedari pagi? dimulai saat subuh ia menemukan jaydan di balkon kamarnya sedang melamun sembari menatap kosong kolam di villa mereka, lalu saat pemuda yang biasanya bersemangat itu tampak linglung kala satya menghampirinya. dan kini, ia melantur sembari menatap sungai, apa adiknya sangat menyukai air?

jaydan menunjuk kepalanya sendiri, "disini rame kak, berisik." sang adik kini menatap lekat kearah kedua mata kakaknya, pandangannya berbeda, bukan seperti jaydan yang satya kenal.

"semuanya berdebat, gak ada yang mau kalah. akal, logika, hati," pemuda itu tersenyum tipis, "semuanya berisik, hanya sekedar memperdebatkan satu orang. satya namanya." untaian kalimat ambigu itu bersarang dikepala satya, namun sebelum sempat untuk membalas justru sang adik terlebih dahulu yang berdesis pelan menyuruh untuk tetap bungkam.

"kakak tau? walau selama ini jaydan ngemis kasih sayang sama kak satya, tetep aja semua ini gak masuk di akal buat jaydan. logika jaydan nolak buat nyerna fakta kalau kak satya berusaha berubah, hati jaydan juga walau seneng bukan kepalang, tetep aja ada setitik keraguan disana. aneh, kan? secara, gak memungkinkan bahwa seseorang yang jaydan anggap benci sama jaydan dalam sekejap mata berubah jadi penuh kasih sayang." ia lagi lagi mengembangkan senyumnya ke arah satya, hingga kedua netra seluas cakrawala itu hilang dibalik kelopak matanya yang melengkung indah bagai bulan sabit di sepertiga malam.

manis sekali.

"mengharapkan cinta dari orang lain itu gak enak, jaydan tau kakak faham."

satya turut mengulum kedua bibirnya pelan, menahan senyum yang seakan membuncah mengetahui apa isi dari fikiran yang lebih muda. mendengus geli, satu tangannya ia ulurkan guna menepuk pelan pemuda bersurai pekat itu, "iya, tau." balasnya.

kali ini satya turut menatap sungai dibawahnya, membiarkan sinar mentari menyentuh permukaan kulit pucatnya perlahan dari balik pepohonan rindang disekitar mereka, menembus celah dedaunan membuat helaian coklat hazel itu seolah bergradasi dengan warna emas terang.

"semuanya, kakak faham." jaydan mendadak terkaku saat suara kakaknya menembus indra pendengarannya, "disaat semuanya seakan berperang memperjelas alasan yang gak semestinya diambil hati, mengharapkan cinta dari orang itu sia sia, dan. kalau seseorang aja gak perlu buat ngambil keputusan akan dirinya, maka gak semestinya dia mengambil keputusan akan orang lain. cinta itu bullshit, kasih sayang itu cuma sementara. mereka cuma hinggap sesaat sebelum akhirnya berakhir jadi rasa asing."

sang kakak terkekeh pelan, "kakak udah merasakan gimana semua itu terjadi. kakak harap lain kali kamu gak semudah itu menaruh harapan akan cinta sama seseorang. gak ada istilah 'orang yang tepat' bahkan untuk orang terdekat kamu sekalipun. jangan jadi naif, cara kerja dunia gak semudah itu." setelah menyuarakan utasan kata kata yang menurut jaydan sangat realistis, pemuda itu benar benar dibuat bungkam oleh kakaknya. lagi dan lagi.

"sebentar lagi anak anak bakal bangun, ayo"

satya melangkahi jaydan yang masih terdiam sesaat ditempatnya, menatap punggung tegap yang perlahan menjauh dari pandangannya.

iya, itu alasannya.

alasan kenapa jaydan selalu mengejar cinta satya, walau kenyataannya ia tidak sebodoh itu untuk faham dengan cepat apa yang satya maksudkan pada jaydan kala mengatakan ucapan sindiran telak dihadapannya.

satya selalu menuntunnya tanpa disadari. seakan nalurinya sebagai seorang kakak. pemikiran lugas dan dewasa, suara tegas dengan intonasi datar yang selalu menghujam berbagai sindiran pedas dan menusuk. jaydan suka, disaat satya selalu memperingatinya dengan keras. jaydan suka semua yang ada pada satya. mengharapkan cintanya tanpa alasan, membuatnya terlihat bodoh karena memang itu kenyataanya.

lagi, hanya dia yang mampu membuatnya bertekuk lutut tanpa perlawanan, yang tak lain adalah satya seorang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 17, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our Fate || 2sungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang