BAB 4

1.1K 107 3
                                    

Tiba tiba saja perasaan mereka aneh banget, New yang merasa kan itu langsung pergi meninggalkan Tay, dia berjalan sedikit sempoyongan menuju keluar dari tempat yang berisik itu.

Tay masih disana, dia melihat bagaimana New berjalan meninggalkannya, tubuhnya sempoyongan, wajahnya yang berkulit putih itu memerah, dan sial bagian belakang New begitu indah dan mengiyurkan Tay. Tay pun menyusul New, berjalan dibelakangnya.

New hampir saja terjatuh ke lantai jika Tay tidak menahannya. Sehingga sekarang posisinya New merangkul leher Tay, dan Tay menahan tubuh New, memegang pinggang New erat.

Mereka saling berpandangan, Tay melihat mata New yang sayu, pipi dan hidung yang memerah, kemudian turun ke bibirnya yang merah, tebal, dan merekah, sungguh sempurna.

Begitu juga New, melihat wajah Tay, matanya juga sama sayunya dengannya, kulit Tay sedikit coklat, dan kumis yang sangat tipis tumbuh diatas bibirnya yang menggoda, ah jangan lupakan wajah Tay yang sangat jantan ini.

Jantung Tay dan New berdebar kencang, mereka masih bertahan diposisi itu, hingga entah siapa yang memulai, mereka mendekatkan wajah mereka dan akhirnya berciuman.

Ciuman yang klasik, keduanya menutup matanya, kemudian Tay merasakan bibir New yang sangat manis, dia akhirnya mulai mengecup bibir atas dan bawah New bergantian, begitu juga New.

Bau Tay benar benar segar, dan maskulin, membuatnya setengah gila mengimbangi gerakan Tay yang sedikit panas itu.

Beberapa menit mereka berciuman panas, di lorong yang sepi itu, Tay pun tak tinggal diam dia meremas pinggang New, New pun tak mau kalah, dia meremas rambut Tay, tinggi mereka yang sama membuat posisinya terasa nyaman.

Mereka melepaskan ciuman itu, nafas mereka terengah engah. Tay lumayan frustasi melihat wajah New yang menurutnya sangat menggoda, dia bahkan terlihat lebih seksi daripada wanita di tempat ini.

Bibirnya semakin membengkak karna ciuman tadi. Mereka bertatapan kembali.

Tay pun langsung merapatkan tubuh New ke dia. New merasakan sesuatu mengganjal disana. Dan New tidak memungkiri bahwa dia sama.

"apakah kamu merasakan itu ?. Bukankah kamu merasakan hal yang sama" tanya Tay dengan tatapan sayu, suara Tay sedikit serak membuat New benar benar hilang kendali.

"what do you want ?" tanya New dengan senyum manisnya, tangannya masih di leher Tay, sesekali membelai rambut dan leher belakang Tay.

"i want you. I'm really want you, sweetheart" kata Tay frustasi

New tersenyum mendengar itu "then, you got it"

One TeamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang