Caution: If you follow me on Instagram, you know that I'm in the middle of writing a new story. Yup, kali ini main-main di teenlit. But it's not just boy-meet-girl story.
Jadi, sesuai hasil polling di Instagram kemarin, here's a sneak peek from my new story. The full version will be publish on Storial, June (if I can finish it as soon as possible hehe).
Enjoy!
**
"Fotonya sambil minum, biar kelihatan."
Aku membuka tutup botol jus kemasan itu dan memasang pose meminumnya, sesuai arahan Mama.
"Jarimu jangan nutupin mereknya, dong," protes Mama lagi.
Aku menurunkan peganganku di botol itu, agar mereknya terlihat jelas. Siapa pun yang melihat hasil fotonya pasti akan tertawa. Mana ada yang minum dengan pose kayak gini? Namun itu enggak penting, selama merek barang terlihat dan itu artinya klien senang.
Sambil memegang botol jus, aku mengikuti arahan Mas Dewa. Dia fotografer yang dibayar Mama untuk mendokumentasikan semua kegiatanku, juga foto-foto untuk kebutuhan endorse.
"Mas Dewa, jangan angle kiri," ujarku ketika Mas Dewa bergerak ke arah kiriku. "Kelihatan gendut."
"Dia boleh," bantah Mas Dewa.
Aku mengikuti arah telunjuk Mas Dewa, dan mendapati Ansel menyengir dari balik lensa kameranya.
"Fotonya Ansel, kan, bukan buat di-post."
Pesta ulang tahunku belum dimulai, tapi aku sudah berada di tempat demi memenuhi kewajibanku memproduksi foto yang nantinya harus dipajang di Instagram. Jus ini barang terakhir, dan aku sudah kehilangan hitungan sudah berpose dengan barang apa saja.
Urusan mencari sponsor, Mama memang jago. Untuk pesta ulang tahun saja, Mama bisa mendapatkan banyak sponsor. Bahkan aku enggak keluar uang seperser pun untuk pesta ini. Venue, dekorasi, makanan, dokumentasi, semuanya dibayar dengan exposure. Gaun yang kupakai, juga makeup, semuanya dari sponsor. Belum barang yang sebenarnya enggak nyambung dengan konsep pesta, tapi dipaksa masuk karena sudah kepalang janji.
Contohnya jus botolan ini.
Sementara Mama mengecek hasil foto Mas Dewa, aku menghampiri Ansel.
"Mau mengecek hasil foto? Banyak angle kiri, sih," ledeknya.
"Nashila mana?" Bukannya meladeni ledekannya, aku malah bertanya.
Nashila Ruzana, yang sudah enam bulan ini menjadi pacarnya Ansel, dan diam-diam menjadi objek cemburuku.
"Gue bilangin pestanya jam 8, paling masih di jalan."
"Lo kenapa datang kecepetan?" tanyaku lagi.
"Mau foto," sahutnya enteng sambil mengangkat kameranya.
Aku mengulurkan tangan. "Sini lihat fotonya."
"Enggak perlu, kan cuma buat koleksi gue, bukan buat dipajang di Instagram lo," sahutnya.
Aku menatap Ansel dengan mata menyipit. "Sejak kapan lo hobi koleksi foto cewek?"
"Enggak sembarang cewek, cuma yang followers-nya jutaan. Siapa tahu bisa dijual," ledeknya.
Ansel melompat mundur saat aku mengambil ancang-ancang akan menyikutnya. Dia tertawa lepas, dan seperti biasa, tawa Ansel selalu menular kepadaku, membuatku ikut tertawa bersamanya.
Satu hal yang kusuka dari Ansel, dia selalu bisa membuat suasana hatiku jadi riang. Ansel enggak pernah melucu, malah jujur saja, leluconnya kadang garing, tapi dia memiliki pembawaan yang menyenangkan, sehingga membuat siapa saja betah menghabiskan waktu dengannya. Aku salah satunya. Sepedaan setiap sore atau sekadar menemani Ansel menjaga toko miliknya membuatku betah. Jauh lebih nyaman ketimbang hangout di tempat hype bareng teman-temanku atau bareng Dafa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Mistake: A Short Story Collection
Short StoryBuku ini dikhususkan untuk kumpulan cerpen yang saling berdiri sendiri. Kadang, bisa menceritakan tentang kisah di buku lainnya, atau tokoh pendamping yang muncul di buku lainnya. Bisa juga, cerita yang murni berdiri sendiri. Enjoy!!!