"Ke sini lagi? Musiknya enggak begitu asyik padahal."
Aku hanya mengangkat bahu meningkahi protes yang dilancarkan Calista. Lihat saja, sebentar lagi dia sudah asyik di dance floor, sekalipun katanya musik di kelab ini kurang asyik.
Mataku berkelana ke sekeliling kelab, mencari sosok yang menjadi alasanku berulang kali mengajak temanku untuk ke sini. Aku melihatnya bulan lalu, tidak sengaja bertemu di dance floor. We danced for a couple of songs sebelum dia meninggalkanku untuk dance dengan orang lain.
There he is. Di meja bar, tampak bercengkrama dengan bartender.
"Be right back," ujarku, dan meninggalkanku teman-temanku.
Sekilas, aku memperhatikan penampilanku. Not bad, setidaknya sequin dress ini berhasil menipu penjaga kelab ini dan tidak memperhatikan fake ID yang menjadi tiket remaja di bawah umur sepertiku untuk masuk kelab.
Beruntung Calista mau mendandaniku malam ini, sehingga aku tidak perlu takut ditendang keluar karena ketahuan belum punya KTP.
"Hi, martini please," ujarku ke bartender. "With ice."
Aku melirik laki-laki di sampingku. Kebetulan, dia juga tengah menatapku. Aku menegakkan tubuh dan siap memasang senyum terbaikku, sebelum menatapnya.
"Hi, ketemu lagi," ujarnya.
Hatiku berbunga-bunga saat menyadari dia masih mengingatku. Sekuat tenaga aku mempertahankan ekspresi agar tidak terlihat semringah.
Malam ini, aku harus berkenalan dengannya.
Aku menerima martini yang diserahkan bartender, dan meneguknya.
"Temanmu waktu itu, datang juga?"
Hampir saja aku menyemburkan martini itu saat mendengar pertanyaannya. Aku pun pura-pura bodoh dengan tidak mengetahui siapa yang dia maksud, padahal aku seratus persen bisa menebak siapa yang dimaksudnya.
"Siapa?"
"The pretty one. I danced with her last week."
Meski wajahku tersenyum, sejujurnya darahku mendidih saat mendengar pernyataannya.
Tentu saja, dia meninggalkanku untuk dance bareng Calista sialan itu minggu lalu.
"She's here. Maybe she's dancing with her boyfriend."
Bohong, tapi siapa tahu Calista sudah bertemu laki-laki bodoh yang memohon untuk dance bersamanya? Dia bisa mendapatkan laki-laki manapun.
"Belum rezeki."
Setelah tersenyum, dia pun meninggalkanku sambil membawa minumannya. Lagi, aku gagal mengetahui namanya.
Aku menenggak minumanku sampai habis. Hatiku mendidih saat menyadari kalau aku lagi-lagi dikalahkan oleh Calista.
**
I hate her. Dia mendapatkan semua yang aku inginkan, padahal dia tidak pernah menginginkan hal itu.
Cinta pertamaku malah menjadikanku sebagai tukang pos saat ingin mendekati Calista. Walaupun Calista tahu aku menyukai Reno, dia malah cuek pacaran dengan Reno. Hanya satu bulan, setelah itu dia bosan dan mendepak Reno.
Aku capek terus menerus menjadi orang yang didekati, tapi bukan aku yang mereka inginkan. Mereka hanya menginginkan Calista, tapi terlalu pengecut untuk mendekatinya sehingga menjadikanku sebagai perantara.
Dia hanya beruntung. Yes, dia cantik. Titel pemenang GADIS Sampul itu juga membuatnya hits, bukan hanya di sekolahku. Walaupun tidak rela, aku harus mengakui kalau dia baik ke semua orang. Ketika ayahku dipenjara, Calista yang pertama menolongku, membuatku berutang budi kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Mistake: A Short Story Collection
Historia CortaBuku ini dikhususkan untuk kumpulan cerpen yang saling berdiri sendiri. Kadang, bisa menceritakan tentang kisah di buku lainnya, atau tokoh pendamping yang muncul di buku lainnya. Bisa juga, cerita yang murni berdiri sendiri. Enjoy!!!