2. Blind Date

57.5K 2.9K 68
                                    

PS: This is about Jim. If you read Autopilot series, you'll know about him. Enjoy his story.


"Be good to your grandma, okay?"

Tania memutar bola matanya dan mendengung asal-asalan. Dia berdiri sambil memangku tangan di hadapanku dan memasang wajah serius. Melihatnya seperti ini membuatku teringat kepada ibunya. Mereka terlihat mirip, bukan hanya fisik, tapi Tania juga menurunkan sifat keras kepala ibunya.

"It's okay, Jim. Just enjoy your date."

Tania mengacungkan ibu jarinya ke arahku lalu bersitatap dengan neneknya, ibuku. Mereka tertawa geli sambil menatapku.

"In case you forget, it's you who asked me to do this." Aku mendecak sebal.

Selama sembilan tahun sendiri setelah pernikahanku gagal dan Meredith, mantan istriku meninggalkanku dengan Tania, ibu tidak pernah henti-hentinya menyuruhku untuk kembali berkencan. Awalnya aku masih bisa mengelak dengan menjadikan Tania sebagai alasan. Tahun-tahun awal menjadi single parent tidaklah mudah. Tania benar-benar menyita seluruh perhatianku, sehingga aku tidak punya waktu untuk memikirkan hal lain.

Setelah Tania beranjak remaja, ibu kembali menyuruhku berkencan. Bagi beliau, Tania sudah cukup mengerti dengan statusku. Namun, anak itu lagi-lagi berulah ketika Meredith kembali datang ke kehidupan kami dan memaksa untuk menghabiskan waktu bersama Tania, setelah bertahun-tahun dia seperti hilang ditelan bumi. Tania yang sangat merindukan ibunya langsung menyambut niat itu. Dia memaksa agar diizinkan ke New York, tempat tinggal Meredith. Namun, aku cukup mengerti Meredith dan tidak mengizinkan Tania pergi. Meredith tidak bisa dipercaya. Dia perempuan paling egois yang pernah kukenal. Meski aku tidak tahu apa motifnya kembali menghubungi Tania, aku yakin dia tidak akan bertahan lama sampai akhirnya ambisinya kembali mengambil alih hidupnya dan meninggalkan Tania sendiri.

Oleh karena itu, Tania mulai bertingkah. Dia sengaja membuat masalah di sekolah agar dikeluarkan, sehingga dia punya dalih untuk pindah ke New York. Akhirnya, ibu menyuruhku membawa Tania ke New York, agar dia bisa bertemu Meredith dan menilai sendiri bagaimana sikap ibunya. Aku mengikuti saran ibu sehingga kami menghabiskan waktu dua minggu di New York, menghabiskan jatah cuti yang tidak pernah kuambil.

Dugaanku terbukti. Meredith memangkas jadwal liburan tanpa pemberitahuan karena dia harus bertolak ke Seattle untuk pertunjukan teaternya. Dia tidak peduli meski Tania menangis, dan yang membuatku murka adalah ketika dia menganggap Tania sebagai beban dan keputusannya untuk meninggalkan Tania bersamaku adalah hal yang tepat.

Kejadian itu sangat memengaruhi Tania. Dia berubah jadi murung. Butuh waktu lama hingga akhirnya dia mau terbuka kepadaku, setelah melewati sesi konseling dengan gurunya yang sangat membantu.

"Because you deserve it, Dad." Tania mendukung neneknya.

Kejadian itu juga mendekatkan Tania dengan ibuku. Tanpa campur tangan ibu, mungkin Tania tidak bisa kembali ceria seperti sekarang.

Namun, kedekatan itu membuat ibu memiliki ide gila. Tanpa sepengetahuanku, mereka merancang ide kencan buta yang harus kujalani. Kalau saja aku tidak memergoki Tania, anak itu sudah mendaftarkanku di aplikasi kencan online.

Tentu saja aku menolak. Rasanya seperti kembali menjadi pria berumur tanggung yang tidak laku sehingga harus mengikuti blind date.

Well, sepertinya ibu melihatku seperti itu. Kesibukan bekerja dan mengurus Tania membuat aspek percintaan di kehidupanku jadi kering kerontang.

Selama tiga bulan terakhir, ibu dan Tania semakin gencar. Mereka sukses memaksaku melakukan kencan buta setiap akhir pekan. Meski tidak ingin, aku tetap pergi demi menghormati ibu dan anakku, walaupun setiap kali kencan itu terjadi, aku harus menghabiskan dua jam penuh kecanggungan bersama pasangan kencanku, lalu pulang ke rumah untuk mengabarkan kencan itu gagal.

Beautiful Mistake: A Short Story CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang