PS: Selamat berjumpa kembali dengan abang Alan. Sejujurnya, cerita ini kepikiran sejak bulan puasa dan sudah siap upload pas lebaran, tapi baru ada waktu sekarang. Kepada para pilot yang rela enggak pulang demi nganterin orang lain pulang kampung pas lebaran, I owe you so much.
**
PSS: Soal timeline, sedikit butuh dijelasin biar engak bingung. Ini sebelum Alan-Nana ketemu Mikha dan Lisa (di L&AH) karena di sana Nana udah hamil. Dan... Mikha masih sama Bayu. Belum ada main sama Donny. Hahaha.
Jadi urutannya: ini dulu, baru adegan di L&AH, baru deh Mikha main sama Donny.
Semoga membantu.
**Di sebelahku, Alan menghela napas berat.
Aku mengalihkan perhatian dari majalah yang kubaca dan meliriknya. Dia tengah menatap laptop dengan dahi berkerut. Wajahnya tampak serius, sama seperti ketika dia menonton pertandingan bola favoritnya.
"Hei, what's up."
Alan balas melirikku dan menggeleng lemah. "Jadwalku bulan depan sudah keluar."
Aku menutup majalah dan menggeser tubuh hingga berada di sebelahnya. Aku mencondongkan wajah, ikut menatap layar laptop. Setelah sekian lama, aku masih belum paham cara membaca jadwal pekerjaan Alan.
"So?"
Alan mengangkat laptop itu dari pangkuannya dan meletakkannya di atas meja. Sebagai gantinya, dia meraih tanganku dan mengajakku untuk duduk di pangkuannya.
Dia bernapas berat sembari memainkan jari-jariku.
"Sepertinya, kita enggak bisa lebaran bareng tahun ini."
Kali ini giliranku yang menghela napas berat.
"I'm sorry. Kamu enggak apa-apa, kan, pulang sendiri?"
"Sejujurnya?" Aku menggeleng. "Ini lebaran pertama kita."
"I know..."
"Aku pikir kamu udah request jadwal."
"Ada sedikit kesalahpahaman." Alan mengenggam tanganku dan menatapku dengan wajah sangat bersalah. "I'm sorry."
Aku menutup mata sambil berusaha meredam emosi. Jelas saja aku kecewa. Ini lebaran pertamaku dengannya, tapi kami malah tidak bisa merayakannya bersama-sama.
"Aku bakal usahain buat ganti jadwal. Tapi, kalau kemungkinan terburuk enggak bisa ganti jadwal, kamu enggak keberatan, kan, pulang sendiri?"
Aku membuka mata dan mengangguk perlahan. "Kecewa, sih, tapi mau gimana lagi. Lagian, aku lebih mikirin ibu. Beliau berharap banget lebaran tahun ini kamu pulang. Sudah lama juga kamu enggak ngerayain lebaran di rumah."
Alan tertunduk. Di wajahnya terlihat jelas raut bersalah dan menyesal yang tidak bisa ditutup-tutupinya.
Aku melepaskan tangan dari genggamannya dan membelai rambutnya. "But, it's okay. Ibu pasti bakal ngerti. Gimanapun, ini kan tanggung jawab kamu."
Alan menggeleng lemah. "Kalau aja aku enggak anggap sepele masalah ini."
Aku memaksakan diri untuk tersenyum, sekadar menghiburnya. Dibanding kekecewaan yang aku rasakan, aku mengerti bahwa kekecewaan yang dia rasakan jauh lebih besar. Setelah bertahun-tahun dia merayakan lebaran sendiri, mengantarkan orang lain ke kampung halaman sementara dia sendiri tidak bisa bersama keluarganya.
Alan sudah lama menginginkan hal ini, kami pulang bersama ke Jakarta dan kembali merasakan lebaran bersama keluarga besarnya. Ternyata, keinginannya tidak bisa terwujud.
Aku menangkup wajahnya dan mengangkatnya agar sejajar dengan mataku. "Kamu doain aja aku enggak dicecar apa-apa sama tante-tante kamu," ujarku sambil tertawa kecil, berusaha menenangkan Alan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Mistake: A Short Story Collection
Short StoryBuku ini dikhususkan untuk kumpulan cerpen yang saling berdiri sendiri. Kadang, bisa menceritakan tentang kisah di buku lainnya, atau tokoh pendamping yang muncul di buku lainnya. Bisa juga, cerita yang murni berdiri sendiri. Enjoy!!!