1. Lelucon di Hari Jadi Kelima
Perayaan hari jadi yang mundur sehari.
Olivia harus maklum, kesibukan Benjamin memang membutuhkan banyak kompromi. Khusus hari ini, suaminya sudah berjanji untuk pulang lebih awal. Olivia yakin Ben pasti akan menepatinya. Tapi kali ini kekhawatiran merambati Olivia, Ben bisa memenuhi permintaannya, tetapi bagaimana dengan dirinya sendiri?
Tidak biasanya Bran terlambat tidur siang. Semua karena Claudia, adiknya yang datang berkunjung untuk curhat panjang tentang tunangannya. Waktu yang Olivia persiapkan untuk memasak istimewa pun harus mau terpotong. Sampai jam segini, dia masih berkutat di dapur, menyelesaikan kreasi terakhir. Sementara itu, putranya sudah rapi dan wangi, kini sedang asik mewarnai. Olivia melirik jam dinding sambil terburu-buru memasukkan loyang kaca berisi adonan macaroni schotel ke dalam oven.
Olivia menarik napas panjang. Dia mulai membereskan peralataan dapurnya. Semua harus segera beres sebelum Ben tiba. Di tengah kesibukannya, pandangannya jatuh kepada Bran yang memiliki rambut ikal cokelat sebahunya bergoyang seirama dengan gerakan tangan Bran memulas warna. Senyum tipis mewarnai wajah Olivia, menarik otot-otot sekitar mukanya yang sedari tadi kaku hingga terasa agak relaks. Anak lelaki itu kini sudah menjadi seluruh dunianya, sebentar lagi akan lengkap bersama Ben.
Lima tahun lalu, Olivia bahkan tidak pernah membayangkan bisa tersenyum seperti ini di dapur besar ini. Putih adalah favoritnya. Tapi di awal keberadaannya di sini, warna itu bagaikan penjara, perampas mimpi-mimpinya. Padahal dapur ini sudah begitu lengkap, didesain khusus untuk mengakomodasi keahliannya memasak dan membuat kue. Rumah ini dibangun setelah pernikahan mereka dan dapur ini menjadi salah satu saksi bagaimana mereka saling jatuh cinta. Ben kadang-kadang sangat mengejutkan Olivia, bahkan setelah sekian tahun mereka tinggal seatap. Dulu, Olivia pikir Ben, seperti halnya lelaki workaholic dan pebisnis lainnya adalah tipe-tipe yang membosankan. Olivia harus mengubur banyak mimpinya ketika keputusan menikah dengan Ben dibuat oleh orangtuanya. Akan tetapi, Olivia salah, tidak semua hal yang dilihat dengan mata menyiratkan makna yang sebenarnya.
Macaroni schotel itu matang tepat ketika Olivia melihat sedan hitam milik suaminya memasuki halaman rumah. Rencananya Olivia akan menyambut Ben dalam keadaan tidak awut-awutan dan wangi macaroni schotel seperti sekarang. Olivia tidak punya waktu untuk membenahi diri lagi. Setelah menaruh loyang di atas meja, dia melepas celemek dan berjalan cepat ke depan. Olivia membisikkan kepada Bran kalau papanya sudah pulang, tapi Bran malah meneruskan menggambar. Oliva tersenyum dan mengacak rambut anak lelaki tiga tahun itu dengan gemas, lalu berjalan ke pintu depan.
Di hari jadi pernikahan Olivia yang kelima, semua terasa lengkap. Semalam ketika Ben menanyakan apa yang diinginkan Olivia, dia tak bisa menjawabnya. Semua sudah terasa sempurna, Olivia tidak membutuhkan hadiah atau kejutan lainnya.
"Aku cuma butuh kamu. Aku ingin kamu selalu mencintaiku, maka semua akan baik-baik saja," jawab Olivia. "You and me, we are the right combination."
Olivia menarik daun pintu, menatap sosok familier suaminya dalam balutan jas yang Olivia pilihkan tadi pagi. Dia maju selangkah mendekat, tepat ketika suaminya berbalik. Raut muka Olivia berhias senyum semringah saat menatap pemilik wajah bertulang pipi tinggi yang sangat dikaguminya itu. Pandangan keduanya bertemu, tetapi sama-sama terdiam di tempat masing-masing. Perlahan, senyum Olivia memudar, sementara Ben malah melakukan hal sebaliknya.
Jantung Olivia berdetak cepat. Urat di sekitar pelipisnya kembali menegang. Ia menyadari ketika Bran lari melewatinya, menuju kepada Ben. Tatapan Olivia belum beralih saat Ben mengangkat Bran ke dekapannya. Sosok suaminya itu kembali menatap Olivia sekilas, lalu membisikkan sesuatu kepada Bran yang tak bisa didengar Olivia. Senyum masih menetap di roman muka Ben, sedangkan Olivia terpaku di tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Mistake: A Short Story Collection
KurzgeschichtenBuku ini dikhususkan untuk kumpulan cerpen yang saling berdiri sendiri. Kadang, bisa menceritakan tentang kisah di buku lainnya, atau tokoh pendamping yang muncul di buku lainnya. Bisa juga, cerita yang murni berdiri sendiri. Enjoy!!!