1. Pretend Kiss

88.6K 3.7K 142
                                    

Please jangan aku!

Berkali-kali aku merapal mantra itu, sementara botol di tengah meja terus berputar. Kian lama kian pelan dan akhirnya bergerak sangat pelan, berbanding terbalik dengan jantungku yang berdebar kian kencang ketika perlahan ujung botol itu menuju ke arahku.

Lalu, berhenti tepat di depanku.

God damn it.

"Mikha..."

Berbanding terbalik denganku, teman-temanku malah bersorak kencang. Mereka bahkan berteriak dan membuat suara-suara aneh yang di telingaku terdengar seperti bunyi lonceng kematian.

Seharusnya Nadine memutar botol itu lebih kencang, sehingga tidak berhenti di depanku.

Tidak, seharusnya aku tidak mengikuti ajakan Nadine datang ke sini. Aku cukup paham dengan tingkah liar Nadine semenjak SMA dulu, tapi aku tidak menyangka jika dia masih membawa ide gila di kepalanya, bukannya meninggalkannya ketika kami lulus SMA.

"Congratulations!" seru Nadine heboh sambil bertepuk tangan.

Aku hanya mendengus.

Sekarang sudah 2019 dan teman-temanku masih saja suka bermain putar botol yang sangat ketinggalan zaman ini. Padukan dengan ide gila Nadine yang tidak pernah ada obatnya, permainan putar botol ini sama saja dengan tiket kereta ekspres menuju neraka.

Korban pertama Nadine adalah Audy. Dia baru saja selesai kuliah di London dan baru kembali ke Jakarta, sehingga Nadine mengajak teman-teman lama membuat welcoming party untuk Audy. Sebenarnya aku enggan, karena pekerjaanku sudah menumpuk. Lagipula, begitu kami terpisah setamatnya dari SMA, aku tidak lagi sedekat dulu dengan Audy. Namun, dia dan Nadine sengaja menjemput ke kantor sehingga mau tidak mau aku pun mengikuti mereka ke sini.

Di club ini, sudah ada Maria, Deasy, Irish, dan Belle, teman-teman SMA-ku dulu. Kami selalu bertujuh selama tiga tahun, menamakan diri Lucky Seven. Namun, jarak dan kesibukan akhirnya menggerus pertemanan ini.

Balik ke permainan konyol ini, Audy ditantang Nadine untuk menari di tiang yang ada di tengah club. Audy dengan senang hati menerimanya. Tidak lama waktu yang kami butuhkan untuk menyadari bahwa Audy sangat jago pole dance.

Selanjutnya, Nadine kemakan permainannya sendiri. Ingin balas dendam, Audy menyuruh Nadine untuk flirting dengan cewek. Can you imagine it? She's flirting with a girl. Dengan cueknya Nadine mengikuti tantangan Audy. Dia bahkan berciuman dengan perempuan itu, padahal kami semua tahu jika Nadine itu straight.

Setelah terpisah sekian lama, aku baru sadar jika kadar kegilaan teman-temanku ini semakin parah.

Sekarang, aku hanya bisa pasrah mengikuti tantangan yang mereka berikan. Jangan coba-coba mengelak, karena mereka akan memaksa, bagaimanapun caranya.

"Pick any guy and kiss him."

"What?" Aku menatap Nadine dengan tampang melongo.

Nadine mendecak kesal. Dia memonyongkan bibirnya. "Unless you want to kiss a girl too."

Buru-buru aku menggelengkan kepala.

"How about him?"

Aku mengikuti arah tunjuk Belle ke sekelompok pria yang duduk di meja tidak jauh dari meja kami.

"Yang pakai kaos hitam cakep tuh." Nadine menyenggol lenganku. "Gini-gini gue masih baik sama lo. Makanya gue cariin yang cakep."

Baik ndasmu, ingin rasanya mengumpat.

Mencium orang asing sama sekali tidak ada dalam kamusku. Bahkan, aku butuh beberapa kali kencan dan benar-benar yakin dengan pasanganku sebelum akhirnya aku membolehkan dia menciumku. Nadine tahu soal hal itu, makanya aku sudah bisa menebak dia akan memberikan hukuman yang bertolak belakang dengan prinsip yang kupegang.

Beautiful Mistake: A Short Story CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang