Dirumah Bang Yedam
Tampak pintu rumah Yedam terus diketuk tanpa henti, setelah dibuka Jae Hyuk dan Jung Hwan di sambut oleh asisten Rumah Tangga Yedam.
"Oo. Kalian di sini?" Sapa Yedam dari lantai dua.
Tanpa kata apa pun Jae Hyuk langsung berlari kelantai dua, Yedam yang bingung dengan sikap Jae Hyuk hanya bisa melihat ke arah Jung Hwan. Dan dari belakang Jae Hyuk, Jung Hwan hanya memberi kode bahwa dia juga tidak mengetahui apa-apa.
"Ada apa?" Tanya Yedam saat Jae Hyuk tiba-tiba memeluk Yedam dengan erat.
Tanpa berkata-kata Yedam dan Jung Hwan saling melempar pandang, akhirnya mereka membawa Jae Hyuk kedalam kamar Yedam. Mereka berdua hanya bisa diam menunggu Jae Hyuk sedikit tenang, Jae Hyuk hanya bisa meneteskan air matanya sambil menatap keluar jendela kamar Yedam. Hingga akhirnya dia mulai tenang dan membalikkan badannya, dan mengusap air matanya dengan tisu yang Jung Hwan berikan.
"Yoon y/n selama ini dekat denganku, tapi aku tidak mengenalnya." Ungkap Jae Hyuk dan membuat 2 sahabatnya cukup terkejut.
"Yoon Jae Hyuk~ kau sedang tidak bercandakan?" Tanya Yedam dengan nada sedikit terkejut.
"Hyeong, jangan bilang Noona swalayan itu." Ungkap Jung Hwan.
"Aku harus menemuinya." Jae Hyuk pun segera berlari keluar kamar, disusul Yedam dan Jung Hwan.
Jae Hyuk terus berlari sekencang mungkin, tanpa mempedulikan Yedam dan Jung Hwan yang ikut berlari dibelakangnya. Hingga tanpa sengaja menabrak orang didepannya, Jae Hyuk dan orang tersebut jatuh bersamaan. Dan...
"Yoon y/n apa kau baik-baik saja?" Tanya Jae Hyuk dengan panik.
"Iya aku baik-baik saja Oppa...." Y/n seketika tersadar saat lawan bicaranya adalah Jae Hyuk.
Dengan panik y/n langsung berdiri dan wajah panik, y/n hanya bisa menundukkan kepalanya. Namun tiba-tiba Jae Hyuk memeluk y/n dengan erat, pemandangan itu membuat Yedam dan Jung Hwan hanya tertegun diam tanpa sepatah kata pun. Dengan cepat y/n mendorong tubuh Jae Hyuk dan segera masuk kedalam bus yang baru saja berhenti, Jae Hyuk tak tinggal diam dia pun ikut masuk di susul oleh 2 sahabatnya. Saat mereka berada di dalam bus, ternyata y/n sudah berada diluar Bus. Namun bus sudah berjalan meninggalkan halte, dengan setengah berlari y/n meninggalkan halte dengan air mata yang mengalir.
"Yoon y/n! Y/n!" Jerit Jae Hyuk dengan mata berkaca-kaca melihat y/n setengah berlari meninggalkan halte.
"Jae Hyuk Hyeong tenanglah, kita sedang diperhatikan orang-orang." Ungkap Jung Hwan.
"Jae Hyuk, tenang sedikit." Bujuk Yedam.
Langkah y/n akhirnya terhenti, air matanya masih mengalir begitu saja. Y/n berusaha untuk menenangkan dirinya, sesekali ia memukul dadanya untuk menghentikan air matanya dan rasa frustasinya. Tiba-tiba tangan y/n di tahan seseorang, melihat orang tersebut y/n langsung memeluk orang tersebut hingga tangisnya pecah.
"Aku harus bagaimana? Aku tidak mau bertemu dengannya lagi, aku malu dan aku takut." Tangis y/n dalam pelukan orang tersebut.
"Tenangkan dirimu dulu," Ungkap orang tersebut sambil mengelus kepala y/n agar dia tenang.
"Mashiho, aku ingin pergi jauh untuk menghindarinya." Tangis y/n yang masih tak henti.
"Bagaimana dengan aku? Kau harus menenangkan pikiranmu dulu, aku akan mengantarmu pulang." Ungkap Mashiho.
Y/n hanya menurut saja dengan perkataan Mashiho, sesampai didepan gedung Kos-kosan y/n langsung masuk tanpa sepatah katapun.
.
.Di rumah Jae Hyuk....
Jae Hyuk tiba di rumah dengan di antar oleh Yedam dan Jung Hwan, namun pemandangan dengan tatapan penuh kejutan terjadi saat mereka masuk. Jung Hwan tampak terkejut saat melihat Yoshi, Haruto, dan Asahi sedang berada diruang Tv.
"Yedam Hyeong apa kita salah masuk rumah?" Tanya Jung Hwan ditengah tatapan kosong Jae Hyuk.
"Ya~ kita bawa Jae Hyuk ke kamarnya dulu." Ungkap Yedam, dan Jung Hwan hanya bisa menurut.
Tak lama setelah Yedam dan Jung Hwan membawa Jae Hyuk kedalam kamar, Mashiho pun datang dengan raut wajah tertunduk. Ketiga saudaranya hanya bisa saling melempar pandang, bingung melihat sikap Mashiho yang tak biasa.
"Apa yang terjadi?" Tanya Asahi pada Mashiho yang duduk di sampingnya.
"Pikiran ku kacau, akan ku ceritakan nanti." Ungkap Mashiho lalu berjalan menuju kamarnya.
Dikamar Jae Hyuk masih dengan tatapan kosong, Yedam dan Jung Hwan tak bisa berbuat banyak. Mereka hanya bisa diam, keheningan menyelimuti kamar Jae Hyuk.
"Jae Hyuk, kau harus istirahat. Tenangkan pikiranmu dulu, besok kita bertemu dengan y/n mungkin dia punya alasan. Kalau begitu aku dan Jung Hwan pulang dulu, sampai ketemu besok." Ungkap Yedam sambil menepuk bahu Jae Hyuk namun tak ada balasan.
"Hyeong, besok kami akan menjemput mu, kami akan menemani mu bertemu y/n besok." Ungkap Jung Hwan.
Saat keduanya keluar dari kamar Jae Hyuk, tanpa diduga seorang wanita paruh baya menghampiri mereka berdua.
"Ada apa dengan Jae Hyuk?" Tanya wanita itu.
Namun...
"Ahjumma, kami berdua pamit dulu. Jae Hyuk hanya sedang kelelahan saja, kami permisi." Ungkap Yedam dengan sopan lalu pergi begitu saja bersama Jung Hwan.
Haruto tampak tak senang dengan sikap Yedam, namun Yoshi menahan emosi Haruto. Sedangkan mata Haruto dan Jung Hwan saling bertautan dengan tajam, namun Yedam langsung menarik tangan Jung Hwan untuk segera keluar.
"Hyeong kenapa...." Belum sempat Jung Hwan melanjutkan pertanyaannya dengan sigap Yedam membungkam mulut Jung Hwan.
"Sttt.... Aku akan menjelaskannya sambil berjalan, tapi berjanji padaku untuk menyimpannya sendiri." Ungkap Yedam.
Dengan tingkah polosnya Jung Hwan, mengisyaratkan untuk mengunci mulutnya.
"Seperti yang kita tahu kalau orangtua Jae Hyuk berpisah sejak mereka kecil, dan ayah Jae Hyuk memilih untuk menikah lagi dengan orangtua Yoshi, Asahi dan Mashiho. Haruto adalah anak dari ibu tiri Jae Hyuk dan ayah Jae Hyuk. Karena kondisi seperti itu, membuat Jae Hyuk tidak bisa menerima kehadiran mereka. Bagi Jae Hyuk keluarganya hanya Yoon y/n, itu harta satu-satunya bagi Jae Hyuk." Jelas Yedam panjang lebar pada Jung Hwan.
"Lalu apa kita bukan harta milik Jae Hyuk Hyeong? Lalu kenapa Jae Hyuk Hyeong tak pernah cerita padaku?" Tanya Jung Hwan dengan manyun.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung.....🌼
KAMU SEDANG MEMBACA
My Treasure | Treasure✅
FanfictionHai. Namaku Yoon y/n gadis berumur 20 tahun, aku memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikan keperguruan tinggi. Aku memilih untuk bekerja sebagai penjaga kasir di swalayan kecil, sejak Ibuku memilih untuk menikah lagi dan menetap di luar negeri b...