36

270 25 0
                                    

Suasana semakin mencekam, Nyonya Park kesana kemari  mencari anak-anaknya. Mendengar suara ribut dari luar membuat y/n terbangun dari tidurnya setelah kelelahan menanggis, dengan sigap y/n langsung berdiri membuat Jae Hyuk pun ikut terbangun.

"Ada apa?" Tanya Jae Hyuk.

"Eomma ada disini." Ungkap y/n berbisik.

"Apa yang akan kau lakukan?" Tanya Jae Hyuk yang binggung melihat y/n yang sibuk mencari sesuatu.

"Ketemu." Y/n menemukan sebuah tongkat baseball.

"Ya! Kau mau apa?" Tanya Jae Hyuk sedikit berbisik.

"Menjauhlah." Perintah y/n.

Jae Hyuk hanya menurut saja, dan dengan brutal y/n menghancurkan semua barang-barang yang ada diruangan itu dengan tongkat Baseball. Jae Hyuk hanya bisa terdiam binggung, namun dengan seketika Jae Hyuk mengangkat sebuah kursi dan melemparkan kearah jendela. Kegaduhan didalam ruangan itu membuat Nyonya Park semakin khawatir.

"CEPAT BUKA PINTU ITU! ANAK-ANAKKU DIDALAM." Teriak Nyonya Park sambil menarik kerah baju tuan Yoon dengan panik.

Tanpa perlawanan lagi dengan sigap tuan Yoon segera mengambil kunci, dan berusaha mencocokkan kunci ruangan tersebut. Saat y/n menyadari bahwa pintu sedang berusaha di buka, dengan sigap ia mengambil sebilah pecahan kaca dan langsung menarik Jae Hyuk.

"Ya! Apa kau lakukan?!" Tanya Jae Hyuk yang kaget melihat y/n yang ingin mengoreskan kaca di wajahnya.

"Kemari." Y/n segera membisikkan sesuatu pada Jae Hyuk.

"Itu berbahaya!" Ungkap Jae Hyuk yang tiba-tiba tak setuju.

"Percaya dengan ku, kita tak punya waktu lagi." Ungkap y/n meyakinkan Jae Hyuk.

Dengan sigap Jae Hyuk menanggukan kepala mengerti, dan keduanya mulai melancarkan aksi mereka. Diluar ruangan tuan Yoon tetap berusaha mencocokan kunci, namun dengan tak sabar Jihoon tiba-tiba berlari dan mendobrak pintu dengan tubuhnya. Melihat hal itu Yoshi dan Mashiho segera ikut serta mendobrak pintu, melihat tak ada terjadi sesuatu Jeong Woo pun langsung ikut serta. Hingga akhirnya pintu terbuka, namun yang mereka dapati ada lah jendela yang sudah pecah dan serahan kaca dimana-mana. Tak terlihat y/n dan Jae Hyuk, nyonya Park tampak menjadi panik saat menyadari ada jejak darah menuju jendela.

"Mereka tidak mungkin melompat!" Ungkap Nyonya Park merasa frustasi dan histeris.

Jihoon dan Jeong Woo segera menenangkan Bibi mereka, tuan Yoon pun segera mengecek jejak melalui jendela. Dan tuan Yoon tiba-tiba bergetar dengan tak percaya, hingga kakinya lemas.

"Tidak! Tidak mungkin putraku! JAE HYUK! YOON JAE HYUK!" Mendengar tuan Yoon berteriak, Asahi segera mengecek kembali apa yang baru saja ayahnya lihat.

"Hyeong." Asahi tiba-tiba memberikan tatapan kosong karena syok.

Jihoon akhirnya langsung berlari kearah jendela, betapa terkejutnya dia saat melihat Jae Hyuk dan y/n berlumuran darah sudah tergeletak di tanah begitu saja. Mashiho segera berlari menuju luar, dan diikuti semuanya. Haruto pun segera menghubungi ambulan, namun entah apa lagi yang terjadi nyonya Park semakin frustasi.

"Hyeong! Bukankah tadi Jae Hyuk Hyeong dan y/n Noona terbaring disini?" Tanya Jeong Woo binggung melihat kefuanya menghilang.

"Aaaahhh!!! Jae Hyuk!! Y/n!!!" Teriak tanggis nyonya Park.

Tanpa sengaja Mashiho melihat seperti sesuatu, dengan diam-diam Mashiho meninggalkan yang lain. Dengan segera iya mencari sesuatu yang menjanggal, dan benar saja y/n dan Jae Hyuk berusaha untuk melarikan diri. Tanpa pikir panjang Mashiho segera mencari jalan pintas, hingga akhirnya keduanya tampak terkejut melihat kehadiran Mashiho.

"Kalian baik-baik saja?" Tanya Mashiho khawatir.

"Mashi." Pekik y/n dengan wajah terkejut.

"Urus saja dirimu, tak perlu ikut campur." Ungkap Jae Hyuk yang sebenarnya terkejut juga.

"Kalian terluka?" Tanya Mashiho mendekati keduanya, namun dengan sigap Jae Hyuk segera menyembunyikan y/n dibelakangnya.

"Tak perlu ikut campur. Sebaiknya kau pergi, dan tutup mulut." Ungkap Jae Hyuk dengan tatapan kesal. "Ayo." Dengan segera Jae Hyuk menarik tangan y/n meninggalkan Mashiho.

Y/n hanya diam saja sambil berjalan menjauhi Mashiho yang masih terpaku ditempatnya berpijak, tapi ia tahu tak banyak hal yang bisa ia lakukan. Kini suasana semakin mengerikan ditengah malam yang menunjukan pukul 1 dini hari. Angin kini mulai bertiup dengan cukuo dingin, y/n dan Jae Hyuk baru saja sampai di teras rumah. Keduanya tampak pucat menahan udara dingin.

"Jeong Woo bawa Gomo kekamarnya, aku ingin mengambil ponselku di mobil." Ungkap Jihoon.

"Tidak, aku ingin mencari anak-anakku." Ungkap nyonya Park dengan wajah frustasi.

"Gomo, percayalah mereka baik-baik saja. Lagi pula kita tak bisa mengatakan apa-apa, karena mereka berdua tak ada di lokasi kejadian. Kita tunggu sampai besok," ungkap Jihoon menenangkan nyonya Park.

"Ayo Gomo, aku akan membantumu kekamar." Ungkap Jeong Woo.

Perlahan nyonya Park menuruti semua perkataan keponakan, melihat kondisi nyonya Park seketika membuat Jihoon merasakan kesedihan. Jihoon kini berjalan menuju luar rumah, namun betapa terkejutnya Jihoon mendapati kedua sepupunya terbaring lemas diteras rumah dengan lumuran darah.

"YA! JAE HYUK! Y/N!" Teriak Jihoon panik, membuat Nyonya Park dan Jeong Woo berlari menyusul Jihoon.

"Anak-anakku. Kalian kenapa seperti ini?!" Tanya nyonya Park sambil mengecek keadaan kedua anak kembarnya.

Kini sudah jam 3 pagi, dokter baru saja mengecek keadaan y/n dan Jae Hyuk. Nyonya Park, Jihoon dan Jeong Woo tetap setia menemani.

"Bagaimana keadaan anak-anakku?" Tanya Nyonya Park

"Mereka baik-baik saja tak ada luka serius, hanya goresan kecil. Jujur aku juga terkejut mendengar kabar ini dari kedua putraku." Ungkap dokter wanita tersebut dengan nada prihatin.

"Maaf menganggu anda dijam istirahat ini Nyonya Kim." Ungkap Jihoon membungkuk sopan bersamaan dengan Jeong Woo.

"Maaf merepotkan anda, aku hanya bisa mengucapkan terima kasih." Ungkap Nyonya Park.

"Tidak apa, lagi pula suamiku dan mendiang tuan Park adalah rekan bisnis. Dan juga anak-anak ku dan anak-anak tuan Park adalah sahabat sejak kecil. Jadi bagiku seperti merawat kelurga sendiri." Jelas Nyonya Kim dengan lembut.

"Terima kasih sekali lagi Nyonya Kim." Ungkap Nyonya Park mengenggam tangan Nyonya Kim.

"Kalau begitu aku pamit dulu." Ungkap Nyonya Kim.

"Mari aku antar hingga depan." Tawar Nyonya Park, membuat senyum menerima tawaran dari Nyonya Kim.

"Hyeong, aku tidak heran jika Jun Kyu hyeong dan Doyoung begitu lembut. Ternyata ibu mereka wanita luar biasa." Ungkap Jeong Woo dengan kagum.

"Em Nyonya Kim wanita yang hebat, Jun Kyu dan Doyoung adalah anak-anak beruntung mendapatkan cinta seperti itu." Ungkap Jihoon dengan nada sendu.

Jeong Woo mengetahui maksud kakaknya, namun ia tak banyak bicara hanya bisa terdiam memikirkan nasib mereka yang jauh berbeda.
.
.
.
Bersambung....

My Treasure | Treasure✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang