37

274 27 0
                                    

Pagi tak terasa sudah menyapa, tuan Yoon masih terduduk diruang kerjanya. Tatapannya kosong, pikirannya tampak melayan pergi kemana. Sekilas ia teringat perkataan mantan istrinya atas kejadian tadi malam.

.

"Aku tidak akan memaafkan mu jika putra dan putriku terluka. Aku tidak tahu trik apa yang sedang kau gunakan, aku akan mencari putra putriku. Jika aku ingin, aku akan mengabulkan perkataanmu yaitu membawa mereka pergi menjauhimu." Ungkap nyonya Park dengan emosi mengebu-gebu, Jihoon dan Jeong Woo hanya bisa menenangkan Bibi mereka seadaanya.

"Mereka juga anak-anakku! Aku berhak atas mereka, karena aku adalah Ayah mereka!" Ungkap tuan Yoon tak mau kalah.

"Hah! Jika kau adalah sosok ayah, bagaimana mungkin kau membuat Jae Hyuk terpuruk di tengah keluarga barumu? Dan bagaimana mungkin kau tak mengenali putrimu saat dia menjalin hubungan sepasang kekasih dengan anak tirimu? Apa kau pantas mereka panggil Ayah?" Pertanyaan Nyonya Park membuat semua terdiam, terutama Mashiho yang baru saja muncul entah darimana.

"Apa maksudmu? Jae Hyuk lah yang menjauhkan dirinya, bukan aku yang mendorongnya pergi." Tegas tuan Yoon dengan emosi.

"Cukup! Kau tak tahu, aku adalah wanita yang melahirkan mereka. Jadi aku tahu betapa pedihnya mereka. Aku akan terus mencari mereka, apapun keadaannya ingat itu. Ayo anak-anak sebaiknya kita pulang." Ungkap Nyonya Park, dengan sigap Jihoon dan Jeong Woo segera menuntun Bibi mereka pergi dari situ.

.

"ARRRGGGHHH!!!"

Tuan Yoon tiba-tiba menghambur meja kerjanya dengan frustasi, membuat Yoshi berlari masuk kedalam ruang kerjanya. Yoshi yang melihat hal itu perlahan memberanikan diri untuk mendekati Tuan Yoon.

"Abeoji." Sapa Yoshi dengan nada bergetar, membuat tuan Yoon segera membalikkan tubuhnya.

"Oo. Yoshi, kau tidak kesekolah?" Tanya tuan Yoon berusaha untuk tenang.

"Ehm, sebentar lagi. Aku sedang menunggu Haruto." Ungkap Yoshi. "Abeoji baik-baik saja? Sepertinya anda belum tidur." Ungkap Yoshi dengan keberanian.

"Aku baik-baik saja, kalau gitu aku ingin membersihkan dulu." Tuan Yoon segera berjalan keluar meninggalkan Yoshi.

Yoshi hanya bisa diam dengan sikap ayah tirinya, dia tahu apa yang terjadi semalam adalah misteri yang membuat frustasi. Perlahan Yoshi pun memilih untuk meninggalkan ruang kerja tuan Yoon, dan berjalan keluar. Mashiho yang melihat Yoshi tertunduk lesu segera menghampiri kakaknya, dengan lembut Mashiho menepuk bahu Yoshi. Membuat Yoshi seketika melirik kearah tepukkan bahunya, belum sempat ia menoleh dengan segera ia sudah ditarik kesuatu tempat.

"Mashi?!" Yoshi yang mendadak binggung.

"Hyeong, y/n dan Jae Hyuk baik-baik saja." Ungkap Mashiho berbisik.

"Hah?! Bagaimana?" Yoshi masih tampak binggung. "Apa Jihoon memberitahumu? Atau Jeong Woo memberitahu Ruto? Atau yang...." Belum sempat Yoshi selesai bertanya dengan sigap Mashiho memberi kode untuk tenang.

"Hyeong, aku melihatnya sendiri. Sebaiknya kita diam dulu, aku tak ingin Abeoji dan nyonya Park bertengkar itu akan membuat Eomma frustasi." Ungkap Mashiho, seketika Yoshi hanya bisa menganggukan kepalanya.

"Ya~ Kalian belum kemobil?" Tanya Asahi yang tiba-tiba datang membuat Yoshi dan Mashiho sedikit terkejut.

"Hyeong, apa yang kalian lakukan?" Tanya Haruto yang tiba-tiba juga datang.

"Sudah berapa lama kau disitu?" Tanya Mashiho pada Asahi.

"Baru saja, bersamaan dengan pertanyaanku tadi." Ungkap Asahi dengan wajah datar lalu pergi masuk kedalam mobil.

"Ada apa Hyeong?" Tanya Haruto penasaran.

"Tidak ada apa-apa, ayo nanti kita terlambat." Ungkap Yoshi mengalihkan suasana.

Hingga akhirnya Haruto hanya bisa menurut saja, dan akhirnya mobil pun mulai melaju.

Suasana kelas Yoshi tampak mendadak canggung, tampak Jun Kyu dan Hyun Suk hanya terdiam dikursi mereka. Yoshi mengamati setiap ruang, dan langaung peka melihat Jun Kyu yang tampak memandangi kursi Jihoon dengan hampa, namun dia hanya bisa terdiam untuk mencerna suasana. Mengetahui hal itu Hyun Suk segera keluar kelas, dengan sigap Yoshi mengejar Hyun Suk.

"Ada apa?" Tanya Yoshi penasaran membuat Hyun Suk menghentikan langkahnya.

"Jihoon dan Jeong Woo akan pindah besok lusa keluar negeri bersama Gomo mereka," ungkap Hyun Suk dengan nada sedih.

"Hah? Jae Hyuk? Y/n?" Tanya Yoshi penasaran.

"Mereka menghilang, entah kemana. Gomo mereka mendadak ada urusan bisnis di Canada, jadi mereka harus segera kesana. Setelah itu Gomo mereka akan mengurus semuanya disini," jelas Hyun Suk.

Yoahi hanya terdiam mendengar hal itu, dan seketika ada perasaan sakit didadanya. Seketika ia mengacak-acak rambutnya karena frustasi.

Suasana yang sama kini juga terjadi di kelas, Jeong Woo yang tampak asing saat Haruto masuk. Tampak Doyoung dan Jung Hwan hanya bisa diam dengan wajah lesu, dengan berani Haruto menanyakan kepada rekan didepan kursinya.

"Ya- ada apa dengan mereka?" Tanya Haruto dengan seorang siswa yang duduk didepannya sambil menunjuk kearah Jung Hwan dan Doyoung.

"Aahh.. itu kau belum dengar? Jeong Woo akan pindah sekolah besok lusa ke Canada." Ungkap temannya.

"Hah?! Kenapa mendadak? Itu artinya...." Dengan sigap Haruto segera berlari keluar kelas, dan dengan nafas tersengal-sengal Haruto memanggil kedua kakak kembarnnya dengan kode.

"Ada apa Ruto?" Tanya Mashiho yang langsung peka.

"Aku dengar Jeong Woo dan keluarganya akan pindah ke Canada, itu artinya Jae Hyuk hyeong dan Y/n juga akan ke Canada?" Ungkap Haruto dengan wajah panik

Seketika Mashiho hanya terdiam terpaku begitu saja, namun suasana hening mendadak pecah begitu saja.

"Sampai berapa lama kalian berdiri disitu?!" Ungkap seseorang dengan kesal.

"Jeong Woo dimana Jae Hyuk hyeong dan y/n Noona?" Tanya Haruto dengan tiba-tiba.

"Aku yang seharusnya bertanya seperti itu, dimana Abeoji mu menyembunyikan mereka?" Ungkap Jeong Woo dengan nada kesal lalu menerobos begitu saja.

"Kalian kemana?" Batin Mashiho yang mencemaskan keberadaan Jae Hyuk dan y/n.

Y/n masih terduduk diam di pinggir kasur menatap kearah jendela, entah apa isi pikirannya. Seketika dirinya melihat ke cermin, tampak perban di pipinya akibat luka gores yang ia lakukan semalam. Dengan segera ia melihat Jae Hyuk di kamar sebelah. Tampak Jae Hyuk menatap cermin sambil perlahan menyentuh perban diwajahnya, dikepalanya masih jelas teringat kejadian semalam dimana ia dan y/n membuat aksi nekad melukai diri sendiri. Perlahan Jae Hyuk memejamkan matanya berharap ingatan itu sirna, perlahan y/n mendekatinya dan menepuk bahu Jae Hyuk.

"Maaf, Oppa." Ungkap Y/n dengan mata berkaca-kaca.

"Hm aku baik-baik saja, sudah jangan menanggis lagi." Ungkap Jae Hyuk sembari menyeka airmata y/n yang mulai jatuh.

"Aku sudah menyakitimu." Tanggis Y/n seketika pecah begitu saja.

"Itu lebih baik, dari pada kita harus dikurung dan berdiam diri." Jae Hyuk dengan sigap menenangkan y/n dalam pelukannya.

Seketika y/n pun berhenti menanggis, hal itu membuat Jae Hyuk tersenyum tipis. Ia tahu kembarannya masih mengkhawatirkan dirinya, namun sekali lagi Jae Hyuk memberikan pelukan hangatnya.

.
.
.
.
.
.
Bersambung.....

My Treasure | Treasure✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang