Setelah makan malam, bapak menyusul Ibu ke RS, membawakan baju ganti, buat acara besok, karena ibu masih menginap di RS, besok ke KUA sekalian jemput ibu, dan minta do'a restu eyang.
Malam ini lumayan sejuk sisa hujan mahrib tadi, masih menyisakan gerimis lembut. Aku mengajak mbak Lida ngobrol di teras di temani secangkir kopi tubruk hitam kapal api favorit kami.
"Mbak... Malam ini, kalau sesuai rencana adalah malam terakhir kita besetatus lajang, apa rencanamu kedepan bersamaku?". Aku pun berpasrah, aku kalah dengan kesetiaan mbak Lida kepada orang tuaku, pantang membantahnya menjadi hal yang meluluhkan tembok es di hatiku, kami hanya dua orang yang patahati di khianati dan menghianati, aku yang di khianati Zahra, dan mbak Lida yang terpaksa menghianati kekasihnya, atau mungkin berstatus calon suaminya.
"Entahlah, aku orang yang selalu memiliki planing, bahkan dua bulan kedepan biasanya sudah kususun planingnya, namun untuk besok bangun tidur pun aku belum punya bayangan seperti apa". Mbak Lida tertunduk, aku tau mbak Lida terlihat putus asa.
"Mbak, pernikahan impianmu seperti apa??". Pertanyaan yang kurasa cukup konyol ketika aku yakin pernikahan impian mbak Lida tidak denganku dan tentunya ada konsep matang, mengingat mbak Lida yang perfeksionis.
"Soal konsep impianku, cukup aku yang tau, tapi pernikahan bagiku sekali seumur hidup." Jawab mbak Lida penuh kepastian.
Kami terdiam sesaat, kemudian mbak Lida menatap ke arahku yang duduk di sebelah kanannya, namun ada meja bundar di antara kami.
"Kalau kamu pernikahan impianmu seperti apa??". Mbak Lida balas bertanya.
"Untuk pernikahaan, di otakku hanya ada 1 perempuan yaitu Zahra, namun sepertinya Allah punya jalan lain, Zahra menghianatiku, sedang saat ini aku di jodohkan denganmu, jadi bisa di bilang, aku sudah tidak punya impian dalam pernikahan." Jawabku jujur.
"Alasan kita menikah hanya karena bakti kita kepada orang tua kita, kamu maukan menjalani pernikahan yang normal bersamaku?? bisakah kamu belajar menerima ku sebagai istrimu??" Pertanyaan absurd mbak Lida membuat jantungku hampir lepas dari ragaku. Memang pendidikan kesetaraan gender mbak Lida di atas rata-rata, tapi ini di luar nalarku mbak Lida menawarkan konsep masa depan yang biasanya di tawarkan oleh laki-laki ke pada pacarnya.
"Mbak??? Serius?" Aku membulatkan mataku menatap mbak Lida.
"Bagiku menikah hanya sekali, kalau kau ingin main-main dengan pernikahan, silahkan malam ini kabur dari rumah, dari pada kita menikah untuk bercerai". Aku tertawa dengan tawaran mbak Lida.
"Mbak... Tidak ada kata perceraian di konsep hidupku. Oke lah... Kalau memang besok kita harus menikah, aku siap, aku terima tawaranmu mbak." Ku terima tantangan mbak Lida, masak aku kalah sama mbak Lida yang perempuan, dia aja berani berkomitmen, masa aku enggak.
"Kita terbiasa kakak beradik, aku biasa panggil kamu dhek, trus kalau kamu jadi suamiku masak, aku panggil kamu dhek, trus kamu panggil aku mbak? Yakin dech itu gak 'in' banget". Iya juga ya masak manggil bini sendiri dengan mbak.
"Lah kamu pinginnya ku panggil apa? Sayang?? Wakakkakakka" sumpah aku geli banget manggil mbak Lida dengan panggilan sayang.
Pletak
Sebuah jitakan mendarat mulus di kepalaku"Dosa tau jitak kepala calon suami". Ku elus kepalaku sisa jitakan mbak Lida.
"Kamu malam ini masih adikku, sah-sah saja jitak kepala adik". Entah kenapa aku rindu suasana seperti ini, aku dan mbak Lida sudah tidak ada rasa canggung lagi.
"Puas-puasin mendzolimi adikmu, ingat besok nih punggung tangan kalau kamu cium pahalanya seperti mencium hajar aswat. Trus kamu mau panggil aku apa?? Masak sama suami panggil dhek?? Kan gak seru." Ku praktekkan mencium tanganku sendiri
"Gimana kalau kamu panggil aku Zawjatun yang artinya istri, sedang aku memanggilmu Hubby, gimana??" Sepertinya boleh juga, gak mungkin kan aku biasa manggil ,'mbak Lida' besok nya aku panggil 'dhek Lida'.
"Kalau Hubby sih setuju, tapi... kalau....Zawjatun hemmm... Kepanjangan dheh, gimana kalau di persingkat menjadi atun?? Gimana hihihii". Tiba-tiba mbak Lida melirikku dengan tatapan horor dan jemarinya siap menjitakku.
"Eiitttt.... Calon suami... Gak boleh main jitak lagi ya tun... Atun....". Apa ini yang di namakan kencan sebelum menikah, duh geli sendiri aku membayangkan besok menikah dengan kakaku.
"Seraaah kamu... Tau gak? Kamu orang paling nyebelin yang tumbuh di muka bumi. Rasanya ingin menenggelamkan kamu di rawa-rawa." Mbak Lida pergi meninggalkanku yang masih tertawa di teras depan rumah.
"Ya Allah yang maha membolak balikkan hati, kalau memang mbak Lida jodohku, kuatkan perasaanku, berikanlah keikhlasan kepadaku, kepada mbak Lida untuk menerima takdir dariMu ya Allah...
Ya Allah ya Rohman ya Rokhim Ya Allah, aku memohon kepadaMu jiwa yang merasa tenang kepadaMu, yang yakin akan bertemu denganMu, yang ridho dengan ketetapanMu, dan yang merasa cukup dengan pemberianMu."Maaf di part ini sangat pendek ya, namun disini ada sebuah pesan bahwa, jodoh itu rahasia Allah, kadang kita pacaran lama dengan seseorang bisa jadi menikahnya dengan seseorang yang baru kita temui.
Duh jadi curhat ni... Aku pacaran lama eh nikahnya sama teman sendiri, dan aku juga yang nembak duluan.
Bagi yang belum bertemu jodoh, semoga Allah segera mempertemukan jodohmu dalm waktu dekat.
Yang sudah menikah semoga samawa ya....
T
B
CJangan lupa vote ya....
KAMU SEDANG MEMBACA
KAKAKU = ISTRIKU
General Fiction(End) Aku Arman, Muhammad Arman Hassani, harus terjebak menikah dengan perempuan yang usianya 4 th di atas ku, parahnya lagi, perempuan itu adalah kakak angkatku, karena ketidak sengajaan yang berakibat fatal dalam hidupku, menjungkir balikkan tatan...