Selamat Membaca😘😘😘😘"Bi... Jujur aku belum siap kita tidur sekamar, sepertinya, kamu juga kan? Jadi kita jangan memaksakan keadaan dulu ya, kita lern by doing ya??" Pinta Atun dengan senyum manisnya, dan aku pun mengangguk meng iyakan ucapnnya.
***
"Bi, ini uang buat pegangan ya." Sebelum berangkat Atun menyodorkan kepadaku beberapa lembar uang seratus ribuan. Kalau dulu aku dengan senang hati menerima uang dari dia, namun kalau sekarang harga diriku rasanya seperti di injak-injak sebagai lelaki.
"Enggak makasih, aku masih ada uang, kamu bawa saja, seharusnya aku yang memberi nafkah ke kamu." Aku masih berusaha menyembunyikan ke jengkelanku.
"Udah bawa aja, aku masih ada uang kok". Atun meraih tangan ku dan memaksa aku menerima uang darinya, spontan ku tarik tanganku, dan ini benar-benar memantik emosiku dan jiwa laki-lakiku berontak.
"Atun, cukup ya kamu menghinaku, kamu pikir cuman kamu yang punya uang, aku masih ada, bahkan untuk menafkahi kamu aku masih mampu, jangan kau pikir kamu yang kerja terus menghina aku yang belum kerja." Aku keluar rumah duluan tanpa membalikkan badanku ke arah Atun yang jelas saat ini di sedang menangis, karena saat ku bentak matanya sudah berkaca-kaca.
Kupesan ojol di taman dekat rumahku, sembari menunggu ojol pesananku datang aku duduk di bangku taman, ku usap kasar mukaku dengan kedua tanganku, kenapa aku sekacau ini, aku berfikir bisa lebih dewasa dan menerima keadaan pernikahan kami yang timpang dari segi usia dan kemampuan finansial, tapi lagi-lagi aku kalah dengan ego dan gengsiku.
Derrrttt .....
Hpku bergetar, ternyata Atun mengirim chat WA ke hp ku, ku buka dan mulai ku baca pesan dari dia
atun
Bi... Maaf, bukan aku merendahkanmu sebagai suami, tapi mohon lihat dari niat baikku, aku hanya ingin membantumu, misal kamu tidak mau terima, minimal hargai aku, aku juga punya perasaan, aku tau kita saat ini sama-sama belum siap dengan kondisi kita, ku mohon kamu bisa bersabar menghadapiku, sekali lagi aku minta maaf , semoga beruntung mendapatkan pekerjaan yang kamu harapkan. Aku kerja dulu ya, maaf tadi belum sempat pamit.Aku membaca pesan dari Atun dan merutuki kebodohanku, kenapa seolah-olah hanya aku yang terbebani dengan pernikahan ini, padahal jelas kami sama-sama menderita.
Me
Aku juga minta maaf, aku yang berlebihan, aku juga minta maaf belum bisa menjadi suami yang baik buat kamu
Me
Kamu hati-hati di jalan yaDari kejauhan aku melihat mobil Atun melaju ke arah jalan utama, dan tak lama ojol pesananku datang.
"Mas Arman?" Tanya Ojol padaku
"Iya mas, antar sesuai aplikasi" jawabku sambil memakai helm hijau yang di sodorkan sama si mas Ojol.
"Siap mas, jalan Seroja ya? " Tanya dia memastikan kembali sambil menatap gawainya. Dan ku jawab dengan anggukan. Motorpun melaju menuju jalan Seroja rumah orang tuaku.
Sesampainya di rumah, kubayar mas ojol dan aku langsung masuk ke halaman rumah, dan kulihat ibu yang sedang menimang-nimang bunga anggrek bulan kesayangannya.
"Assalamualaikum ibu, kok di rumah tidak ke sekolah bu?" Sapaku sambil memcium punggung tangan ibu dan agak sedikit heran kenapa ibu di rumah di jam ibu mengajar
"Sekolah ibu buat lomba, jadi nanti ibu ke sekolah agak siang, kamu dianter Lida?" Tanya ibu sambil clingak-clinguk memcari keberadaan Atun.
"Enggak bu, Arman naik ojol, hari ini ada wawancara di Khadijah Haji & Umroh, dan ini Arman mau ambil Vespa Arman bu." Jawabku kemudian berlalu menuju garasi dan mulai menyalakan vespa merah kesayanganku.
"Alhamdulillah.... Ibu seneng dengarnya Man, semoga jadi rejeki pengantin baru." Ibu terlihat bahagia mendengarnya padahal baru wawancara.
"Ya semoga Arman lolos ya bu." Jawabku dengan masih sibuk mengelap motorku yang beberapa hari tidak ku jamah.
"Aamiin, Man kamu sudah sarapan? Lida tadi masak apa?" Deg ...... Ya Allah, aku sampai tidak menyentuh sarapan yang di buat Atun, karena aku kesal dan pergi sebelum sarapan, dan bahkan dia masak apa saja aku tidak tau.
"Hemmm..... Belum bu, tadi takut telat makanya keburu jadi gak sempet sarapan." Jawabku sambil garuk kepalaku yang tidak gatal, tapi sepertinya ibu bisa melihat kebohonganku.
"Arman... Lihat Ibu, kalian bertengkar?" Ibu memfokuskan tatapannya ke arahku, dan aku yang ketahuan bohongnya, hanya bisa menunduk dan mengangguk pasrah.
"Man... Man.... Baru kemarin kalian menikah, sekarang sudah bertengkar, apa kalian lupa, pertengkaran di rumah tangga menjauhkan rejeki?? Apapun alasannya Man... Kamu bukan lagi adiknya Lida, kamu suaminya, harusnya kamu bisa lebih dewasa dalam menghadapi permasalahan, bukan ngambeg trus pergi gak sarapan, kamu udah gak jaman Man bersikap ke kanak-kanakan." Ibu sangat bijak, dan sepertinya beliau sangat paham dengan sifat anaknya, tanpa harus aku cerita panjang lebar ibu sudah bisa menebak masalah ku dan Atun.
"Kalian bertengkar??" Duh... Kali ini gantian Eyang muncul, dan pasti wejangannya akan samapi nanti habis dzuhur.
"Hemm... Hanya salah paham sedikit aja Yang" jawabku sambil meraih tangan eyang untuk ku ajak salaman.
"Arman, aku tidak rela cucu peremuanku kamu sakiti. Siapa kamu baru sehari menikahi cucu kesayangan Eyang, kamu sudah menyakiti dia. Segera minta maaf sama Lida, pokoknya tiga bulan dari sekarang harus sudah mendengar kabar kalau Lida hamil." Setalah eyang memuntahkan amarahnya padaku, dan yang paling bikin aku shyoooookkkk berat yaitu ultimatum dari Eyang untuk bisa membuat mbak Lida cucu kesayangan Eyang yang sudah menjadi istriku dan sekarang ku panggil dengan Atun untuk segera hamil dalam waktu tiga bulan.
***
Aku berangkat ke tempat wawancara dengan pikiran lebih berat lagi, membayangkan tidur dengan Atun saja bikin aku pusing apalagi untuk membayangkan berkembang biak bersama, Ya Allah beri hambaMu ini petunjuk.
Bersambung
Jangan lupa ya, itu tanda bintang di pojokan di pencet....
Makasih udah kasi vote
KAMU SEDANG MEMBACA
KAKAKU = ISTRIKU
General Fiction(End) Aku Arman, Muhammad Arman Hassani, harus terjebak menikah dengan perempuan yang usianya 4 th di atas ku, parahnya lagi, perempuan itu adalah kakak angkatku, karena ketidak sengajaan yang berakibat fatal dalam hidupku, menjungkir balikkan tatan...