LIDA

305 21 2
                                    

Di part ini aku aku menulis dari sudut Lida, tapi di bagian berkembang biak aja ya.

Selamat membaca
💖💖💖💖💖💖

"Tun... Atun... Jilbabnya gak ingin di lepas?? Masak mau tidur pakai jilbab?? Gak takut apa itu jarum pentul nusuk leher." Kata-kata Arman membuatku kaget, sebenarny aku masih malu membuka jilbabku di depan orang, bahkan saat dirumah bersama ibu pun aku memakai jilbabku, karena tidak ada yang tau kalau rambuku ku highlight red brown

"Hemmmmm iiiiyaaaa...." aku agak ragu, tapi ya memang seharusnya mahkota di kepalaku aku tunjukkan kepada suamiku. Aku bangkit dan melepaskan jilbabku, Arman terpaku menatapku, dia pasti heran dengan keberanianku merubah warna rambutku, toh hanya aku yang menikmatinya, untuk kepuasanku sendiri bukan untuk pamer, pasti Arman tidak akan mempermasalahkannya, kulepas ikat rambut yang terbuat dari kain dan sedikit kusisir rambutku dengan jari biar lebih rapi, aku sangat beruntung di permudah dengan rambut ikal, jadi disisir pakai sisir atau pakai jari akan sama saja. rambut ikal se punggung, dengan model shagy . Melihatku seperti melihat orang asing dia meneliti setiap centi di rambut dan wajahku.

Tiba-tiba tangannya menyentuh rambut ikalku tanganya dan kulihat tangannya sedikit bergetar Tangannya masih menyusuri rambutku dan pindah ke pipiku, tangannya terasa dingin saat menyentuh bibirku yang hangat, entah ada gelenjar aneh dalam diriku, hatiku berdesir, kupejamkan mataku, jantungku terasa ingin lompat dari tubuhku

Aku takut kalau Arman meminta haknya malam ini, nafasku memburu, aku belum siap, tapi dosa kalau menolak suami.

"Atun..... Bolehkah.... Hemmm bolehkah aku???" Mataku masih terpejam, dan sepertinya benar Arman akan meminta haknya, aku belum siap. 

Tiba-tiba lampu menyala, dan memotong ucapan Arman yang terbata-bata, terimakasih PLN, akhirnya detak jantungku bisa kembali normal

"Alhamdulillah.... Listriknya sudah menyala." Aku sangat lega, dan aku akan kembali tidur di kamarku

"Eh... Iya, kamu mau tidur di sini atau kembali ke kamarmu?." Tanyanya dengan sedikit kecewa dan menggaruk tengkuknya, dan wajahnya terlihat merah dan dia terlihat sedikit gelisah

"Aku tidur di kamarku saja, met malam Bi, jangan mimpi Indah ya, dia kan tetangga sebelah, gak baik mimpi in istri orang, hehehheh." Kulipat jilbab yang tadi kulepas dan siap untuk kembali ke kamarku yang paling nyaman.

"Udah aku tak mimpiin kamu aja yang halal di mimpiin". Wajah Arman nampak kecewa dan dia kembali tidur.

Deggg... Hatiku seperti di tusuk ribuan belati, aku wanita halal suamiku, namun aku menolak beribadah dengan suamiku yang jelas halal dan mendapat ganti pahala, aku sudah berbuat dosa ya Allah.

Duaaaarrrrrrrr
Suara petir yang sangat keras di lanjutkan dengan listrik yang kembali padam.

"Aaaaaa...... Kok gelap lagi sih" aku yang baru berdiri akan kembali kekamarku,  kembali terduduk di tempat tidurku.

Sepertinya Allah memberi petunjuk untuk aku menjalankan kwajibanku kepada suamiku

"Udah sini tidur disini aja", Arman menarik lenganku dan tanpa persiapan aku limbung di kasurku. Dan dia memposisikan tubuhnya miring ke arahku, Arman kembali bergairah dan aku hampir tidak bisa mengenali adikku Arman, ku kulihat saat ini suamiku pria dewasa yang sedang mencumbuku

Aku masih terlentang di atas tempat tidur, dia meraih tubuhku agar miring ke arahnya, tangannya kembali menyusuri kepala, kemudian pipiku, hatiku berperang, akankan aku menyerahkan mahkotaku tanpa cinta kepada pria yang dari kecil ku sebut adik, tapi dia kini suamiku, aku harus bisa. Kupejamkan mataku ku sugerti diriku pria yang sedang menyentuhku ini suamiku, aku melakukan kewajibaku karena Allah, aku merasa geli ketika dia menyusuri pipiku kugigit bibir bawahku, menahan desahanku.

Arman menyentuh bibirku dengan ibu jarinya dan dia bisikkan di telingaku "bibirnya jangan di gigit, nanti sakit."

Bibirnya yang hangat dan basah kembali menyentuh bibirku, melumat dan menghisap seperti tadi siang, namun kali ini terasa berbeda, mungkin aku lebih bis rileks tidak mendadak seperti tadi siang.

Dari bibirku, dia melanjutkan ke leherku, dia menghisap nya di beberapa tempat aku yakini saat ini leherku banyak tanda merah darinya. Aku hanya mampu menggeliat dan  berdesis menahan rasa geli yang menjalar ke seluruh tubuhku, aku belum pernah berciuman apalagi kegiatan sintim ini, rasa yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.

"Atun... Aku ingin meminta hakku sebagai suamimu." Tanpa menunggu jawaban dariku Arman memberi kecupan di pucuk kepala ku sambil  membisikkan do'a

"Bismillah, allahumma jannibnas-syaithaan wa jannibis-syaithaana maa razaq-tanaa. yang artinya Dengan menyebut nama Allah, ya Allah jauhkanlah kami dari gangguan setan dan jauhkanlah setan dari rezeki yang Engkau anugerahkan kepada kami.” dia meminta haknya, dan aku tidak boleh menolaknya

"Aamiin...." Kata itu yang sanggup aku keluarkan ketika Arman selesai membaca do'a, aku menganggukkan kepalaku tanda aku setuju berjima dengannya

Skiiiipppp

Hujan masih turun meski tak sederas tadi namun listrik masih padam, dan beberapa lilin sudah mati, meninggalkan pencahayaan remang-remang.
"Maaf kalau aku menyakitimu. Terimakasih kamu sudah memberikan hakku." Kami masih dengan keadaan tanpa busana dan tertutup selimut, kami saling berhadapan, namun aku masih malu menatapnya ku sembunyikan wajahku di dadanya dan lengan kirinya kujadikan bantalan kepalaku,  tangan kanannya membelai rambutku, sesaat kami terdiam dengan pikiran kami masing-masing.

"Masih sakit??" Tanyanya sambil menghapus sisa air mataku, bagian intiku terasa sangat sakit, sebenarnya hal wajar saat pertama kali seorang perempuan selaput darany di terobos oleh benda asing, namun yang paling menyakitkan aku belum bisa berdamai dengan hatiku hal ini jauh dari ekspektasi ku, bercinta dengan laki-laki yang tidak ku cintai, aku berusaha untuk ikhlas, namun kenapa hatiku terasa sakit.

"Sedikit perih." Bisikku menutupi perasaanku yang hancur. Mungkin pasangan lain akan bahagia ketika melakukan malam pertama dengan pasangannya, namun kami seperti merasa berdosa menghianati perasaan kami masing-masing.

"Maaf ya, mungkin aku terlalu kasar, aku sama sekali tidak punya pengalaman, jadi mungkin kamu belum nyaman." Dia kembali mengecup pucuk kepala ku, dan aku merasa sangat nyaman ketika dia kembali memelukku, aku merasa tidak berjuang sendiri, dan aku tidak merubah posisi tidurku aku masih nyaman sembunyi di dada bidangnya.

"Gak papa...kita sama-sama baru pertama melakukan seperti tadi, jadi hal wajar kalau kurang nyaman." Jawabku, aku tau dia merasa bersalah padaku.

"Kamu menyesal melakukannya denganku? Tanpa cinta??" Tanyanya penuh selidik dan berusaha melihat mata ku yang masih sibuk memperhatikan dadanya.

"Enggak, meski kita sama-sama melakukan tanpa cinta, mau sekarang atau besok, kita tetap harus melakukannya kan??bagiku menikah itu bukan main-main, dan sekali seumur hidupku." Jawaban ini adalah dari lubuk hatiku paling dalam, dia suamiku suatu keniscayaan bagi kami untuk melakukan hubungan suami istri.

"Kamu bisa membaca pikiranku ternyata ya?? Aku juga sama, hal seperti tadi mau tidak mau, siap tidak siap pasti kita lakukan, dan aku maunya melakukannya hanya denganmu, karena kamu istriku, di keluarga kita tidak ada istilah poligami atau perceraian." Ternyata diapun sama, melakukan dengan terpaksa.

"Ibu bilang Eyang memberi ultimatum sama kamu, maksimal tiga bulan lagi aku harus hamil kan?." Ibu tadi sempat cerita padaku soal kemarahan eyang ke Arman, dari dulu eyang sangat menyayangiku dibanding cucunya yang lain.

"Hemmm iya.... Semoga Allah segera memberikan keturunan kepada kita, dan Atun, belajarlah menerimaku, aku yakin kamu belum bisa menerimaku di hatimu kan?? Aku bukan mahluk susah untuk di cintai, belajarlah menerimakku dan mencintaiku, aku juga akan belajar mencintaimu, dan menerimamu lahir batin." Kata-katanya membuatku menangis, aku harus bis amove on dari mas Ilham dia hanya masa laluku, pria inilah masa depanku dan akheratku.

"Jangan nangis ya... Semoga hanya ada bahagia di pernikahan kita."

Bersambung

Jangan lupa vote & coment ya

KAKAKU = ISTRIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang