Selamat Membaca
🍀🍀🍀🍀🍀🍀"Tun??? Kalau kamu ingin tidur sendiri aku bisa tidur di ruang tv, sekalian aku mau nonton bola." Aku beranjak dari kasur yang kurindukan, namun tangan Atun menarik tanganku.
"Tidur denganku ya...." Bisik Atun lirih
***
Jangan harap malam ini kami ena-ena ya Guyyysss.... Kami hanya tidur bersama, minggu sore kami pulang ke rumah kami di Gajah Mungkur.
Sejak Atun bertemu mantannya, dia menjadi lebih pendiam tidak seperti biasanya.
Hari senin hari pertamaku kerja, Atun juga ada jadwal les renang, jadi kemungkinan kami hanya bertemu pas makan malam.
Di tempat kerjaku yang baru Khadijah biro Umroh & Haji, aku langsung bertemu dengan pak Ilham, ternyata aku menjadi asisten pak Ilham, dimana aku harus membantu mengurus ke kantor imigrasi dan Departemen Agama, bukan pekerjaan yang sulit bagiku, karena di Depag ada bapak yang bisa ku ajak konsultasi, sedang di imigrasi sudah ada link untuk kerja sama dengan biro.
Aku berharap dengan pengalamanku mendampingi jamaah aku bisa ikut dalam pendampingan manasik dan syukur bisa mendampingi jama'ah ke tanah suci.
Honor yang diberikan lumayan, karena masih masa training honor yang diberikan masih UMK namun ada tambahan uang transport dan uang makan, jadi Alhamdulillah bisa untuk menafkahi istri.
Saat ini saya mendampingi pak Ilham ke Depag, di perjalanan pak Ilham banyak cerita, dia sangat terbuka bahkan dia sering curhat tentang mantannya yang meninggalkannya karene di jodohkan orang tuanya.
"Arman, kalau kamu jadi aku gimana?? Kalau kekasihmu di jodohkan oleh orang tuanya dengan laki-laki pilihannya??" Pak Ilham yang duduk di kursi penumpang sedang aku yang menyetir mobil kantor duduk di samping pak Ilham.
"Selama belum ada janur kuning melengkung, tandanya masih bisa di tikung pak, hehehhehe" jawabku penuh semangat, aku heran apa kurangnya pak Ilham sampai ada yang menolaknya.
"Sepertinya, aku harus memperjuangkan cinta kami." Pak Ilham terlihat lebih mantap ingin memperjuangkan cintanya.
"Pak, kalau boleh tau, apa orang tua kekasih bapak, sudah pernah bertemu bapak??". Aku jadi penasaran, kenapa si gadis memilih menerima perjodohannya, dan enggan memperjuangkan orang sebaik dan semapan pak Ilham.
"Aku belum pernah bertemu mereka, kata Zahra, hemmm.... nama kekasihku Zahra, dia akan memperkenalkan aku ke orang tuanya bila dia sudah siap menikah, sudah lama aku mengajaknya menikah, tapi selalu saja dia beralasan, dan yang terakhir dia tidak membalas telp atau pesan dariku, kemudian aku datang kerumahnya, dia cerita kalau akan di jodohkan." Pak Ilham tersenyum kecut di akhir ceritanya.
Bodoh sekali gadis bernama Zahra tadi, mungkin banyak orang tua dengan senang hati menerima pak Ilham menjadi menantunya, mungkin kesalahan Zahra tidak segera mengenalkan pak Ilham ke orang tuanya.
"Zahra????Sepertinya kita sama-sama punya pengalaman buruk dengan gadis bernama Zahra pak". Aku tersenyum geli, ternyata kami dua pria yang di campakan gadis bernama Zahra.
"Kamu punya mantan pacar bernama Zahra juga Man??". Pak Ilham ikut tertawa.
"Zahra mantan saya, kami kenal sejak masih sama-sama sekolah di MI, kebetulan dia tetangga, setelah lulus MI saya di mondok ke pesantren di Jombang sedang Zahra melanjutkan sekolah di Semarang, dan dia memilih teman kuliahnya dan mencampakkan saya pak" Paparku lirih.
"Hahhahahha.... Ternyata kita dua pria patahati oleh gadis bernama Zahra." Kami tertawa bersama.
Setelah kelar urusan di Departemen Agama kami bergegas kembali ke kantor, pak Ilham ternyata sudah mengenal bapak, dan pak Ilham memuji kerjaku yang pandai dalam hal loby, ya jelas lah ngeloby nya sama bapak sendiri kan lebih mudah.
***
Jam 18.15 Atun baru pulang, wajahnya terlihat lelah, kali ini makan malam sudah aku siapkan, di meja makan, aku beli capcay kuah yang ku siapkan di mangkuk dan ayam goreng krispi tak lupa ada krupuk menjadi teman makan kami, lama hidup di pondok pesantren membuatku lebih mandiri dan tidak tergantung dengan orang lain, sehingga urusan makan bukan hanya urusan kaum perempuan, bahkan kalau aku sempat, memasakpun aku juga bisa meski tidak jago.
"Gimana bi hari pertama kerja??" Tanya Atun saat kami sama-sama menikmati makan malam.
"Alhamdulillah, lancar dan mendapat atasan yang baik, tadi aku mendampingi pak bos ke kantor imigrasi, habis itu ke kantor Depag, ketemu bapak di sana."
***
Setelah makan malam, kami kembali sibuk dengan kegiatan masing-masing di ruang TV, aku sibuk dengan HP ku sedang Atun dengan google classroom nya.
"Atun... Kalau di rumah kenapa jilbab masih kamu pakai?, kan hanya ada kita berdua di rumah". Untuk memecah keheningan, karena aku sebal kenapa dia masih juga pakai jilbab di depanku, padahal seluruh tubuhnya pernah aku lihat.
"Hemmm.... Iya, kebiasaan sih, dirumah dulu juga tiap hari pakai jilbab, cuman kalau mau tidur aja gak pakai jilbab." Ya bener juga, bapak kan bukan muhrimnya Atun jadi wajar kalau di rumah bapak dia setiap hari berjilbab.
"Pantesan kamu mewarnai rambutmu ya?? Andai ibu tau, habis kamu." Kulirik dia yang melepas jilbab dan membetulkan ikat rambutnya dan menyepol rambutnya asal-asalan membuat dia nampak seksi dengan beberapa anak rambut ikal berwarna tembaga menghiasi leher putihnya.
"Kamu gak suka liat rambutku??" Tanya Atun sambil melirikku yang sedang terpesona melihatnya.
"Hemmm not bad lah... Untung aja kulitmu putih, ya jadi masih enak di liat." Aslinya aku memuja kecantikan dan rambutnya yang indah meski hanya di ceprol asal. Kaos over size berwarna peach dan celana santai model cargo berwarna milo, bikin aku tambah gemessss....
Aku pura-pura kembali menatap layar HP ku, dan Atun dengan muka sebel kembali ke layar laptopnya.
"Tun... Atun, malam ini kamu tidur dimana??". Aku berharap malam ini kami bisa bobok bareng, beribadah bareng. Sebenarnya aku nunggu listrik padam lagi, tapi kali ini jangankan listrik padam, cuaca cerah bintang bertaburan memenuhi angkasa malam kota Semarang, sepertinya harapanku bobok bareng akan sirna.
"Kamu tidur di kamarku ya?? Di sana kasurnya luas, jadi nyaman buat tidur berdua." Duh.... Bakal ada yang tidur di Sabang dan Meroke nih. Tapi tak apa lah penting bobok bareng.
Nyaman, itu perasaan yang ku miliki bersama Atun, dulu aku begitu bucin sama Zahra, namun ketika dekat dengannya aku sama sekali tidak ada rasa gregeet atau jantungku berdesir seperti bersama Atun, rasanya indah banget buat di lihat.
Apakah aku sudah jatuh cinta dengan Atun???
Bersambung
Jangan lupa kasih vote
KAMU SEDANG MEMBACA
KAKAKU = ISTRIKU
General Fiction(End) Aku Arman, Muhammad Arman Hassani, harus terjebak menikah dengan perempuan yang usianya 4 th di atas ku, parahnya lagi, perempuan itu adalah kakak angkatku, karena ketidak sengajaan yang berakibat fatal dalam hidupku, menjungkir balikkan tatan...