Melamar

349 25 0
                                    

Selamat Membaca
💝💖💞💓❣️💗

Lida

Senja di Jabal Rahmah sangat mengesankan warna langit jingga dan lalu lalang para peziarah dengan warna pakaian berdominasi hitam dan putih menghiasi bukit berbatu di timur padang Arafah ini, kami ber empat bersama Om Jhoni, setelah selesai bermunajat aku bangkit dari dudukku memejamkan matakku, menikmati udara yang hangat di sisi tugu Jabal Rahmah, entah kenapa jantungku berdetak lebih cepat, mungkin aku terlalu bahagia berada di sini, aku akan bertemu dengan ayah dari calon anakku, besok aku akan di antar Om Jhoni ke mess tempat Arman tinggal, di Madinah.

Karena lelah menatap matahari dari balik lensa kacamata hitamku  aku berbalik menghadap ketimur, dan waktu seolah terhenti ketika fokus netraku terhenti pada seorang laki-laki yang ada di samping bapak, laki-laki yang mematung menatapku, laki-laki yang telah membawa lari hatiku, seorang laki-laki yang membuatku sakau dan seorang laki-laki yang ikut andil dalam keberadaan janin di dalam rahimku.

Mungkin dia tidak begitu jelas melihatku karena aku membelakangi matahari yang akan tenggelam. Dari jauh aku melihat ayah berkata sesuatu dan memegang pundak Arman seolah menyampaikan sesuatu dan meyakinkan kalau yang dilihat itu benar-benar aku, Lida mantan istrinya.

Arman berlari mendekatiku, dengan wajah bahagianya, kalau di film-film pasti akan di shoot dengan mode slow motion

"Arm...man...." bisiku pelan, aku juga tak percaya dia ada di hadapnku saat ini Aku bahagia melihat pria yang aku mimpikan setiap malam.

"Mbak... Kamu... Sampai sini, kenapa gak kasih kabar??" Dia berhenti tepat di hadapanku, ibu mendekati kami dan berdiri di sebelahku.

Arman mencium tangan ibu dan ibu memeluknya, mencium Arman seperti ibu yang menciumi anaknya yang masih TK, ternyata bukan aku saja yang merindukan Arman, kedua orang tuaku juga, meski ibu sempat mendiamkannya berhari-hari, ibu tetaplah ibu yang cintanya sepanjang masa.

"Ya Allah, ibu dan bapak, mbak Lida, kapan samapi sini?? Kenapa kalian tidak ada yang memberi kabar padaku, pasti akan Arman jemput dan siapkan hotel" Berulang kali Arman ingin menyentuhku, tapi di urungakan karena memang kami tak lagi halal untuk bersentuhan.

Aku hanya mampu diam tersipu dan menundukkan kepalaku, aku sudah tidak sabar ingin mencium aroma Arman, bahkan sampai ingin menangis karena anakku sangat ingin di peluk ayahnya, mungkin ini hukuman untukku yang menyia-nyiakan laki-laki seperti Arman.

"Bapak, cuman nganter orang yang lagi nyidam, katanya calon anaknya ingin di peluk ayahnya, sedangkan ayahnya bekerja di sini." Bapak, memang paling pandai membuat orang tersipu malu.

Arman yang tidak paham dengan kata-kata bapak hanya clingak-clinguk mencari orang yang di maksud bapak.

"Kamu nyari siapa Man?" Kini gantian ibu yang bersuara.

"Lah mana orangnya pak? Kasian sekali, istri lagi hamil di tinggal pergi jauh." Sepertinya Arman memang butuh kaca yang besar buat di taruh di hadapannya.

Ibu menarik tangan kanan Arman dan di sentuhkan ke perutku yang tertutup jilbab lebar, jantungku berdesir seolah-olah ribuan kupu terbang dari perutku.

"Kamu memang bodoh Man, wanita itu ada di depanmu". Aku yakin saat ini pipiku pasti merah karena kuping samapai pipiku terasa panas.

"Ada yang bisa jelaskan ke Arman???."

Wajah Arman terlihat bingung, dan aku menjadi takut kalau akan ada penolakan dari Arman, aku mulai kehilangan kepercayaan diri. Hormon oh hormon kenapa kamu bikin aku sensitif dan kau buat air mataku meluncur begitu saja.

POV End

***

Arman POV

Aku takut berimajinasi lagi, ketika Aku melihat siluet wanita yang ada di sebrang tugu yang membuat imajinasiku travelling ke Semarang.

"Apa kau kurang yakin dengan apa yang kau lihat Man??" Suara laki-laki yang sangat aku kenal dan aku rindukan berada di sebrangku

"Bapak???". Aku menyalami tangan bapak, dan rasanya tak percaya bapak ada di hadapanku, dan siluet wanita itu, berarti benar mbak Lida, aku menatap bapak, dan beliau mengangguk seolah-olah tau isi hatiku.

Aku berlari kearah wanita yang selama ini mengganggu pikiranku, wanita yang ku lihat di dekat Ka'bah tadi siang memang benar mbak Lida.

Kerinduanku begitu membuncah, namun tidak mungkin aku memeluk atau menyentuh mbak Lida, dia bukan lagi istriku, dulu waktu aku menjadi adiknya nya hal biasa aku mencium tangannya, tapi saat ini aku bingung apa yang harus ku lakukan.

Aku masih tidak percaya dan hanya tersenyum bahagia beberapa kali ku usap rambutku karena aku salah tingkah, dan mbak Lida hanya tersenyum dan menunduk, wajahnya yang merona bikin aku semakin gemas melihatnya.

POV End

***

Author POV

Arman terlihat bingung, dan begitu sulit mencerna apa yang di sampaikan ibu, dan ibunya menarik tangannya ke perut Lida.

Wajah Lida yang awalnya bahagia berubah menjadi sendu melihat wajah bingung Arman.

"Cepat katakan Lida, Arman berhak tau". Bapak memberi kekuatan kepada Lida untuk menyampaikan kondisinya saat ini kepada Arman.

"Man.... Kamu masih ingat?". Lida terhenti karena ingus memenuhi hidungnya dan air mata sudah meluncur tanpa ijin di pipi bak pualam milik Lida.

Arman masih bengong menunggu kalimat lain dari mulut Lida.

"Malam sebelum kamu menalakku?? Kita melakukan...." Lida menunduk tangannya meremas sisi abaya yang dikenakan dia merasa malu mengatakan hal itu di depan kedua orang tuanya.

Arman masih diam menunggu dan mencerna ucapan Lida.

"Melakukan.... Yah... Aku ingat" Arman mulai paham apa yang di katakan Lida, dia tidak ingin Lida semakin malu mengingatkan kejadian malam indah sebelum penalakan itu terjadi.

"Dan, hasilnya sekarang ada amanah yang hidup di Rahimku." Lida tertunduk dan siap mendengar penolakan dari Arman.

Arman melepas tangannya dari perut Lida, dia bersujud di lantai menghadap arah kiblat, dia menangis di sujudnya.
"Terimakasih ya Allah... Termikasih atas anugrah yang Engkau berikan pada hamba".

Lida menutup mulutnya dan menagis haru dan bahagia, ternyata Arman begitu bisa menerima anaknya yang ada di kandungannya.

Keberania Lida tumbuh lagi, kali ini dia tidak akan menyianyiakan kesempatan yang ada, demi dirinya dan juga anaknya.
"Muhammad Arman Hassani, disini di Jabal Rahmah" Lida berucap dan berhenti sesaat untuk meaup oksigen melalui mulutnya, dan mengumpulkan keberanian untuk berucap lagi
" aku Maulida Zahrotul Fadhilah memintamu menikahiku, dan menjadikanku istrimu untuk selama-lamanya, aku tak sanggup berpisah darimu." Lida berujar di depan Arman dan kedua orang tuanya, dan mereka tercengang dengan keberanian Lida meminang Arman.

Lida menunduk dan menangis, Arman mendekat dan menatap Lida kemudian mengankat dagu Lida agar menatap Arman yang ada di depannya.

Bersambung ya......

Jangan lupa vote

KAKAKU = ISTRIKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang