Suzy sangat mencintai Alan Lee, begitupula sebaliknya.
Namun, cinta saja tak cukup untuk menjalin sebuah hubungan yang kuat. Pria yang ia cintai pergi meninggalkannya dengan alasan yang tidak jelas.
Mau tidak mau, suka tidak suka, Suzy harus meneri...
Sehun melangkah lesu memasuki apartemennya. Ia langsung duduk di sofa sambil memijat keningnya, kepalanya tiba-tiba pusing memikirkan apa yang harus ia lakukan sekarang? Jalannya tidak mudah. Apalagi Mark begitu tidak ingin kehilangan puterinya.
Ya, ini ide gila memang! Meski ia tahu Mark takkan menerima, tapi ia tetap nekat melamar Suzy.
Ini bukan obsesi, Ia benar-benar telah jatuh sedalam -dalamnya pada pesona Suzy. Jantungnya selalu berdetak dengan cepat ketika mengingat Suzy, ketika melihat senyum gadis itu, meski senyum itu bukan untuknya. ketika melihat gadis itu tertawa bahagia. Sehun semakin ingin menjadikan Suzy miliknya. Hanya miliknya.
Tiba-tiba ponsel Sehun berbunyi nyaring. Ada apa gerangan nyonya hye kyo menelpon?
"Halo Mom."
"Tae Hyung baru saja telepon." Ucap suara diseberang sana "Apa benar kamu dan Suzy bermesraan dikantor? Jadi progres nya udah nggak selambat siput lagi?."
Sehun menggeram pelan, merutuki mulut ember sahabatnya itu "Progres nya masih lambat, Mom."
"Tapi Suzy nya mau? ."
"Kalau definisi maunya Suzy dengan gerutuan, iya."
"Sehun, sesuatu yang dipaksain itu nggak baik, Loh."
"Dalam kasus Suzy, kadang paksaan lebih efektif, Mom."
"Perempuan itu nggak suka dipaksa, hun. Maunya dirayu, diluluhkan, dimengerti."
"Sehun keburu tua kalau kasih Suzy waktu. "
Hye gyo tertawa "Asyik juga dengerin anak mommy kelimpungan gini." Sehun menghembuskan napas "Satu hal yang harus kau ingat, Mommy mendidikmu untuk menghargai peremuan dengan menikahi, bukan mengikat dia dalam status tanpa kejelasan."
"Sehun juga maunya begitu, Mom."
"Cinta punya jalan sendiri untuk terus bertahan dan diperjuangkan, Hun. Kamu harus percaya itu."
"Iya, Mom, Tapi, Suzy sedikit susah."
"Kalau begitu, untuk sekarang kamu yang berjuang. Nanti, saat Suzy sudah mengulurkan tangannya secara sukarela, kamu akan tahu nikmatnya berjuang bersama."
"Sehun usaha, Mommy bantu doa, ya."
"Selalu, nak. Mommy selalu berdoa yang terbaik untuk kamu."
Sehun tersenyum sembari bersyukur. Ia sungguh beruntung karena memiliki ibu seperti Hye Kyo. Saat terpuruk atau sedih Hye Kyo selalu menenangkan dirinya. Begitu juga setiap kesulitan, ibunya selalu bisa memberikan solusi. teriakan seseorang, membuat Sehun terkejut dan membuyarkan lamunannya
"Sehun!." Sehun menjauhkan ponselnya dari telinga karena teriakan suara dari seberang sana. Lalu setelah beberapa detik dia tempelkan lagi ponselnya di telinga.
"Iya, Dad."
"Awas kalau sampe Daddy gagal dapet mantu Suzy, kamu Daddy coret dari kartu keluarga." Sambungan telepon langsung terputus dari seberang sana.
"Aku beruntung tidak mewarisi sikap dingin Dady." Ucap Sehun yang selalu lupa bercermin setiap mengatakan itu.
Perut Sehun keroncongan, dia menyambar dompet di meja dan mengambil jaket jeansnya di lemari, bersiap keluar untuk mencari makan malam. Keningnya mengernyit, saat melihat seseorang yang dikenalnya berdiri di depan pintu apartement nya dengan tangan terlipat di depan dada. Tampak menyunggingkan senyum menjengkelkan di mata Sehun.
