The one that I need
Catch me when I'm fallingKira
Foto ini bisa menjadi bukti betapa tampannya dia jika tersenyum. Masih seperti anak smp yang sedang ikut field trip ke pedesaan. Ini pertama kali mas Dirga bermalam bersama keluarga kami di Solo satu tahun lalu, dua minggu setelah aku bertemu dengannya. Mas Dirga datang bersama mama Linda yang kini juga jadi mamaku.
"Nak, itu batagor sama siomay kesukaan Kira di box merah jangan lupa di bawa", mama Linda yang waktu itu masih belum menjadi mertuaku mengingatkan anak kesayangannya.
"Iya, nanti Dirga bawa", masih sibuk menata ini dan itu di jok mobil lalu berusaha membawanya dalam satu kali jalan.
Sayup-sayup aku mendengar perbincangan ibu dan anak itu. Awalnya saat datang mas Dirga dengan muka masamnya, mungkin terlalu lelah bekerja dan mama Linda memaksanya ikut ke Solo untuk menghadiri acara keluarga besarku. Sebenarnya tidak terlalu besar juga. Akikah anak pertama dari anak bungsu eyang, berarti tanteku. Tapi usianya denganku juga tidak terpaut jauh. Hanya sekitar lima tahun. Tante Raras bisa dibilang anak kebobolan. Ya karena memang tiba-tiba eyang putri hamil di usia yang sudah tidak muda lagi.
"Capek ya nak? Kira bantu sana", bunda yang melihat mas Dirga dengan muka masamnya memberi kode ke arahku untuk membantu 'calon suami'. Aku hanya patuh menuju mas Dirga yang memang terlihat kesusahan menenteng banyak sekali barang.
"Berat, aku aja", mas Dirga menepis tanganku lalu berjalan ke arah rumah. Melepas sepatunya dengan kaki satu menginjak kaki yang lainnya. Skill seperti ini sepertinya memang dimiliki semua orang. Aku mengekor saja, bunda masih memberikan kode soalnya.
"Kamu duduk aja sana, panas. Ngehalangin jalan aja", ketus. Iya. Mas Dirga memang ketus. Sebenarnya entah apa yang ada di otakku saat mengiyakan untuk mengenal lebih jauh mas Dirga dan menyetujui saja perjodohan ini. Toh aku sendiri mas Dirga juga sendiri, kami sedang tidak memiliki pasangan. Iya, aku yang saat itu berusia 27 tahun belum pernah memiliki pasangan sejak aku lahir. Tak ada salahnya kan mencoba? eyang kung bilang witing tresno jalaran soko kulino, cinta datang karna terbiasa. Jadi, semoga saja karena terbiasa juga aku bisa mencintai mas Dirga begitupun dia.
Menghindari ketusannya lagi. Aku hanya berdiri memperhatikannya. Tiba - tiba.
"Siomay sama batagor, mamah khusus pesenin ke langganannya di perempatan Dago. Dimakan ya", mas Dirga memberikan box yang tadi dimaksud mama Linda, lalu mengusap kepalaku perlahan. Ada desiran di dada dan entah kenapa senyumku tak berhenti mengembang.
'Kenapa harus ketus sih, mas'
"Kesambet? Senyum sendirian", mas Dirga melewatiku yang masih mengembangkan senyum.
.....
"Dirga tidur sama adek Bintang aja, nanti Kira sama tante Linda", bunda memberitahuku sambil memotong kentang menjadi tipis sekali.
"Iya bun", aku juga masih membantu bunda memotong kentang yang sudah di kupas dan cuci bersih ini. Bunda baru saja ikut les memasak kentang mustafa, jadilah begini. Eksperimen. Karena eyang kung bilang kentang buatan bunda enak, jadi ya begitulah. Padahal kuyakin eyang kung hanya ingin melihat anaknya senang dengan pujian. Tapi bunda menangkap kata - kata kakek dengan maksud lain. Hff
"Mba Kira, mau ikut ke ladang? Bude Tutik katanya jualan es di ladang", Bintang masuk ke dapur. Bunda melirikku.
"Ajak Dirga sekalian", kan.. sudah pasti..
"Adek memang sama Mas Dirga kok bun, ayo mba Kira. Lelet nih," adikku, Bintang. Mungkin Bintang juga hasil dari kebobolan. Kami terpaut jarak tujuh belas tahun, padahal aku dan Mas Randu hanya terpaut dua tahun. Bintang masih SD, wajar saja kadang sifatnya masih kekanakan.
"Sudah sana, mama yang lanjutin", tiba - tiba mama Linda sudah disampingku. Aku mencuci tangan lalu keluar mengekori Bintang.
"Mas beneran bakal jadi mas aku?", bocah kecil satu ini, aku menguping saja dari belakang. Kulihat mas Dirga hanya mengusap kepala Bintang
"Beneran mau sama Mba Kira? Dia galak mas. Tapi baik banget sih. Ya pokoknya kalau Mas Dirga beneran jadi suaminya Mba Kira..", Bintang menjeda. Memberi kode pada mas Dirga untuk sedikit menunduk menyesuaikan dengan tinggi Bintang lalu membisikan sesuatu yang tidak bisa kudengar.
"Oke?", Bintang masih saja...
"Iya, bantu Mas juga ya", entah apa yang mereka bicarakan.
"Mbaaaa buru ih", Bintang memang kadang tidak sabaran. Karena itu juga mungkin dia lahir prematur. Tidak sabar melihat dunia yang terang. Lahir lebih dulu satu bulan dari tanggal yang diperkirakan.
"Iya, pelan - pelan ini sendal mba sakit dipakai", mas Dirga didepan berhenti menungguku. Lalu
"Tukeran?"
"e?", aku bingung
"Sandalnya tukeran?", dia menawarkan lagi. Aku yang masih bingung.
"Lepas yang kanan", mas Dirga melepas sendal kanannya juga, lalu memegangiku. Memintaku untuk bertukar.
"Satu lagi", aku masih bengong.
"Satu lagi Kira", dia sedikit menghentak tanganku yang dipegangnya.
"Oh iya", dasar lelaki tsundere! Seperti tidak peduli tapi sangat peduli.
"Enakan?", aku terhipnotis. Hanya mengangguk saja.
"Belum sah, gak boleh liat - liatan. Zina. Eyang kung bilang gitu", astaga anak piyik ini.
"Budeeee...", Bintang berlarian menuju bude Tatik yang sedang menuangkan air teh ke dalam gelas berisi es batu. Mas Dirga disampingku hanya tertawa saja melihat Bintang berlarian.
Mas Dirga, esmu sudah mencair ya?
....
Dirga Segara Lazuardi
Kirana Bulan Lembayung
-2021-
KAMU SEDANG MEMBACA
That's Ok! Kim Doyoung
FanfictionIt's about two people who ever met before and they already destinated each other Alur akan maju mundur Cast: Kim Doyoung visual of Dirga Segara Lazuardi ((You can imagine)) visual of Kirana Bulan Lembayung Start at phone note : Oct 2020 Publish here...