Kira
"Morning", mas Dirga dengan celana pendek favoritnya sudah duduk dilantai dan menyapaku. Berdasar forecast suhu terhangat hari ini -2 derajat. Sebelnya pergi kalau musim dingin ya gini, kedinginan. Bisa hidup di Jakarta dengan suhu lebih dari 30 derajat.
Mas Dirga menyusulku kembali ke dalam selimut. Heater di kamar sudah cukup hangat sebenarnya, tapi entah kenapa tadi mas Dirga justru duduk di lantai. Mungkin kurang hangat di kasur. Penghangat ruangan memang biasanya berada di bawah lantai, hanya difungsikan kalau udah masuk musim gugur, biasanya musim udah gugur mulai dingin.
"Mas ngapain tadi di lantai?", kumainkan poninya yang sudah mulai memanjang.
"Anget di lantai tuh. Kita tidur di lantai aja gimana? Pakai alas bedcover", mas Dirga membawa tubuhku semakin mendekat. Benar memang makhluk tropis.
"Ya kalau engga gini aja tidurnya biar anget", tangannya posesif memeluk pinggangku. Tanganku masih sibuk memainkan rambutnya.
"Sempit, nanti Kira sesak nafas gimana", mas Dirga mengecup keningku cukup lama.
"Yuk, angetin badan?", aku mengerti maksud mas Dirga untuk yang satu ini, lagipula dia sudah cukup menahan seminggu ini karena aku haid. Hanya bisa curi curi ciuman tapi gak bisa lebih. Sejak semalam Sean juga pergi ke Busan. Mungkin dia juga mengerti kalau kakaknya yang satu ini juga butuh privacy dirumahnya. Meski kamar kami berseberangan dengan kamar Sean jika melakukannya pasti masih terdengar juga kan tidak kedap suara. Sementara Sean pergi jadi aman melakukannya disini karena kuyakin kamar ini akan penuh dengan teriakan kami berdua.
"Yuk", mas Dirga pun memulai aksinya. Aku hanya bisa mengikuti kemana arah permainan ini akan berlangsung.
.....
"Cuma ada dada ayam sama beberapa frozen food. Mas masakin ayam filet asam manis aja ya?", setelah kami selesai dengan pelepasan masing - masing dan membersihkan diri mas Dirga menawarkan untuk memasak saja. Udara masih dingin diluar. Terlalu malas untuk keluar hanya sekadar untuk membeli makan.
"Oke", aku hanya memperhatikan saja. Mas Dirga masih mencari - cari bumbu. Masakan mas Dirga cukup enak. Mungkin terbiasa hidup sendiri jadi mas Dirga bisa memasak masakan yang bisa dimakan orang lain juga.
"Mas liat sini", kuarahkan kamera ke mas Dirga yang sibuk memotong - motong dada ayam menjadi lebih kecil setelahnya dia merebus beberapa sayuran yang sudah dipotong juga.
"Mama nanya anaknya lagi apa", menjawab kebingungan di wajahnya.
"Bilang mama lagi masakin menantu kesayangannya makan siang", aku senyum sendiri. Gelar menantu kesayangan memang belum bergeser. Ya menantu mama baru aku. Adik mas Dirga belum menikah.
"Mama video call nih", kutekan tombol hijau. Mama disana terlihat sedang di kolam renang.
"Sayang gimana bulan madunya?", lah... bulan madu di tahun kedua pernikahan lebih tepatnya
"Hahaha doain aja mah, jadi ini sih kayanya. Biar jadi anak Korea", mas Dirga yang menjawab sambil memotong - motong bahan lainnya.
"Disana dingin kan ya, bisa lah ya sering - sering cari keringet", mulut mertuaku kadang memang gak ada filternya
"Ya gak sering - sering juga mah, kasian Kiranya capek. Lagian ada Sean di rumah", handphone sudah diambil mas Dirga. Kenapa pembicaraan dua orang ini selalu vulgar ya.
"Bisa lah itu diatur, nanti mama pesenin hotel dari sini. Mana mantu mama yang cantik jelita?", kan benar saja. Mertuaku memang
"Kira disini mam, mama sehat? Siang - siang berenang gini mam?", di Jakarta sudah pasti sedang terang benderang.
"Mama lagi nunggu papa meeting, jadi berenang aja. Kayanya lama sih", terlihat sangat terik, tapi pastinya mama selalu ambil tempat yang kurang kena sinar matahari.
Sambil merebus beberapa sayuran mas Dirga mulai menggoreng ayam filetnya. Mas Dirga sebenernya lebih pintar masak daripada aku, jadi kadang kalau dia ingin sesuatu ya masak sendiri.
"Kalian gak pakai kondom kan? Nanti cucu mama gak jadi - jadi", astaga mertuaku .-.
"Gak pake dong maaaa", mas Dirga yang menjawab sambil memasukkan ayam yang sudah di baluri tepung ke penggorengan. Sumpah aku sudah menikah dengan mas Dirga dua tahun tapi untuk pembahasan seperti ini kenapa masih terasa terlalu vulgar.
Kuarahkan kamera lagi ke mas Dirga biar mama tau kalau anaknya lagi sibuk masak. Mukaku merah.
"Yaudah lanjutin masaknya. Abis masak bisa lah satu ronde lagi", panggilan terputus, aku cuma menganga sementara mas Dirga memberikan kedipan - kedipan manja.
"Lanjut lagi ya abis ini? Mumpung Sean belum pulang"
"Ya!!!!!", Suamiku benar - benar
"Mas rela gak jadi main salju hari ini kalau kita dibawah selimut seharian", dan spatula yang kupegang melayang kearahnya.
.....
Dirga
Setelah adegan lempar spatula kami makan dalam hening. Kira diam saja mungkin efek pembicaraan tadi saat masak.
"Diemin mas mau sampai kapan, Kira?"
"Ya pikir aja sendiri"
"Mas gak bisa mikir kalau didepan mas ada istri cantik kaya Kira"
"Ih mas Dirga!!!!"
Bingung gak sih kalau istri digombalin malah selalu teriak. Kira gak mempan di gombalin. Biasanya kalau aku udah mulai gombalin dia, mulutku dibekep biar gak bersuara.
"Enak gak? Gak kepedesan kan?", Kira menggeleng
"Pas kok, enak", beberapa hari sebelum berangkat Kira periksa ke dokter karena sering sakit di dada kalau abis makan pedes, ternyata asam lambungnya naik jadi sementara dibatasi makan pedesnya. Syukurlah waktu berangkat kondisinya udah membaik.
Aku masuk ke kamar, Kira masih diam saja. Kuambil gelang yang dua hari lalu aku beli di Insadong, Kira ingin gelang itu tapi kubilang untuk apa nanti juga gak kepakai kaya gelang lainnya, alhasil saat dia terlalu sibuk dengan kaligrafi yang dibuat seniman sampai tidak menyadari kalau aku membeli gelang tali yang dimaunya, sepasang. Meski Kira memiliki uang sendiri tapi saat ingin membeli sesuatu masih izin dulu. Katanya terbiasa. Saat sudah bekerja dan punya gaji sendiri pun katanya dia masih minta izin ayah bunda untuk membeli sesuatu.
"Tangannya sini", Kira mengerutkan dahi, bingung
"Sini tangannya mas pinjem", Kira mengulurkan tangan, kurogoh saku celanaku. Memasangkannya di tangan dan tebak apa reaksinya? Matanya berkaca - kaca.
"Mas"
"Iya, sama - sama sayang", belum sempat Kira mengucapkan terima kasih aku sudah menjawabnya. Kira menujuku lalu memelukku erat.
"Jangan nangis dong, kan mas beliin. Pasangin juga dong buat mas", kurogoh lagi saku celanaku. Kira melepas pelukan lalu membantuku mengikat gelangnya. Setelahnya Kira memelukku lagi.
"Makasih ya mas, Kira sayang banget sama mas Dirga", bisiknya
Hal sesederhana ini, barang yang harganya seharga steak di holycow tapi bisa buat Kira bahagia. Kira, bahagia terus ya. Bantu mas biar Kira selalu bahagia. Kukecup keningnya erat.
Salju turun diluar, syukurlah. Malam ini akan hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
That's Ok! Kim Doyoung
Hayran KurguIt's about two people who ever met before and they already destinated each other Alur akan maju mundur Cast: Kim Doyoung visual of Dirga Segara Lazuardi ((You can imagine)) visual of Kirana Bulan Lembayung Start at phone note : Oct 2020 Publish here...