18 Kimchi making

6 2 0
                                    

Dirga
Satu - satunya agenda yang Kira rencanain di Seoul cuma satu. Bikin kimchi. Kira suka banget makan kimchi, entah berapa banyak merk dia coba dan entah berapa yang akhirnya aku yang kebagian habisin karena kata dia "ini asem banget mas" atau "ini banyak gasnya kayanya ya" atau "mas kok pait ya" dan juga "mas coba deh, enak. Kira yang abisin ya" ini kalau rasa kimchinya enak. Dia suka gak bagi - bagi. Jadinya beliin lagi di shopee.

"Udah siap?", Kira memoleskan sedikit pelembab bibir. Musim dingin gini bibir cepet kering mungkin karena udaranya juga kering.

"Udah. Sini dulu bentar"

Kira mengoleskan juga sedikit lipbalm di bibirku.

"Mas tau jalannya?"

"Ada mbah naver, tenang", Kira mengerutkan kening sambil membawa tasnya keluar kamar.

"Naver Kira, naver. Googlenya Korea", istriku kenapa kadang lemotnya kambuh sih.

"Oh iya haha, lupa"

"Jalan sekarang? Sorry ya gak bisa anter, ada meeting jam 10 juga di Yongsan", Sean udah di meja makan sama Esti. Menu sarapan hari ini roti lapis strawberry, Esti yang bawa. Katanya cuma ada pas musim dingin. Mungkin karena strawberry banyak kali ya.

"Dari sana mau kemana?"

"Paling ke Gwanghamun atau ke alun - alun mau main ice skeating", enak ya roti lapisnya. Kayanya bisa buat menu di KI•RA•GA. Selain blueberry akan ada strawberry gini.

"Gue nyusul malem kali ya? Deket Gwanghamun ada resto jual sup. Enak", Sean merencanakan. Biasanya Sean memang tau tempat makan yang mungkin hanya orang tertentu saja yang tahu.

"Tapi, itu kan sup buat penghar Sean", Esti memberi tahu

"Ya gapapa, mereka berdua kan tiap hari mabuk. Mabuk asmara", Kira melongo, aku pun juga. Sementara Esti hanya tersenyum, sudah biasa dengan celetukan Sean.

"Ya kalau enggak nanti kita pikirin deh kemana, jam 6 udah bisa ketemu di daerah Gwanghamun", Sean melanjutkan makan roti lapisnya. Lucu banget Sean tuh. Masih kaya adik yang harus di bantu waktu makan soalnya kadang masih belepotan.

"Aku nanti jemput ke galeri ya", bukan pertanyaan tapi pernyataan. Belum Esti sempat jawab.

"Aku ga minta persetujuan, jam 5 aku udah tunggu di galeri", dan begitulah Sean. Esti cuma bisa manggut - manggut.

"Sean sama ya kaya mas Dirga. Kalau mau ya harus", tiba - tiba Kira disebelahku bicara

"Sabar ya Esti", lanjutnya

Aku dan Sean hanya saling melirik. Mungkin memang begini gen keluarga. Niatnya peka tapi kelihatannya kaya otoriter.

....

📍Kimchi Academy
Myeongdong

Kira
"Hi, morning", ada satu staff yang menyapa begitu kita masuk ke studio tempat bikin Kimchi. Studionya keliatan gak terlalu luas, pantes sekali reservasi cuma bisa untuk sekitar 20 orang.

"Morning"

"May I see your reservation?", staffnya ramah, aksen inggrisnya juga lumayan bagus. Mungkin memang banyak orang asing yang dateng.

"Here", kutunjukkan email reservasi

"Two people, Kimchi making, hanbook", staffnya sambil baca sambil mencocokkan lagi di komputernya untuk reservasi.

Kita dateng memang agak kecepetan, kelas baru mulai jam sepuluh sementara ini masih setengah sepuluh, jadi pasti akan tunggu dulu. Beberapa tempat di Korea memang bukanya siang. Jarang yang buka dari pagi banget. Paling yang bisa ditemui kalau pagi convinienstore yang buka 24 jam.

"Here for you miss and this for your..", staffnya agak bingung mau nyapa mas Dirga as apa.

"My husband", lanjutku menjawab kebingungannya. Tapi justru keliatan makin bingung.

"Sorry I think you two, brother and sister, you look so young", pujian. Tap staffnya memang beneran kaget.

"She still like a kid, right? But this beautiful lady is my wife", mas Dirga memeluk pinggangku posesif, staffnya ikut senyum - senyum.

Staffnya sempat tanya mau pakai hanbook modern atau yang tradisional. Kita pilih yang tradisional aja. Habis dari sini sebenernya mau ke Gyeongbokgung juga, foto - foto. Mas Dirga udah sempet reservasi fotografer segala. Orang Indonesia yang tinggal di Korea memang. Lihat portofolionya di instagram bagus, banyak foto waktu bunga sakura mekar di sana, tapi ini kan musim dingin. Jadi ya kita lihat saja nanti gimana hasilnya. Biasanya daun-daun masih gugur dari tangkai.

Aku memoleskan lagi lipbalm, bibir cepet banget kering apalagi suamiku yang kelakuannya suka minus itu, mas Dirga di tempat kaya gini masih sempat - sempatnya curi kecupan waktu tadi kita ganti baju. Heran sama manusia satu itu memang.

"Sini dulu mukanya", mas Dirga mendekatkan wajahnya lalu menutup mata. Kuoleskan lagi lipbalm di bibirnya.

"Ih kok ini semriwing sih, Kira"

"Aku pakein mas yang burtsbee mint haha", sekali - kali kerjain mas Dirga. Biar dia gak iseng terus.

Kelas pagi ini kita bareng sama beberapa foreigner juga. Mr & Mrs Arashi dari Jepang, usia pertengahan empat puluh, ada Mr & Mrs Kim dari Jonju, Mr & Mrs Tachanok dari Thailand, Ada juga sepasang suami istri dari Indonesia. Mba Ayu sama Mas Febri. Mereka ternyata memang tinggal di Korea, tapi di Daegu. Lagi liburan ke Seoul sekalian babymoon katanya. Mba Ayu lagi hamil lima bulan. Baby bumpnya udah keliatan. Dulu si kakak belum sampai keliatan, mereka baru dua bulan di perut tapi duaduanya gak kuat. Mas Dirga kayanya sadar dari tadi aku liatin perut mba Ayu terus selama kelas. Mereka ada diseberang kita, jadi memang akan keliatan. Meja di Academy gak terlalu tinggi, jadi bisa keliatan perutnya mba Ayu.

Mas Dirga langsung peluk aku begitu kita masuk ke ruang ganti baju. Kelas membuat kimchinya udah selesai, kimchi yang kita buat lagi di pack sama staff dan bisa dibawa pulang sementara kita ganti baju.

"Kenapa mas?", setahun belakangan ini mas Dirga sering banget peluk tiba - tiba memang. Bukannya jawab dia malah kecup kening aku erat.

"I love you", dia kecup bibirku singkat terus langsung puter badanku buat bantuin lepas iketan apron. Sebelum mas Dirga balik badannya untuk aku lepasin talinya juga, aku peluk dia balik. Mas Dirga keliatan banget kaget.

"Kira gapapa mas, I love you too", aku sedikit berjinjit lalu kukecup juga bibirnya sekilas. Tanpa membalikkan badan mas Dirga aku melepas ikatan apron sambil memeluknya.

Setelah drama peluk pelukan di changingroom, kita keluar untuk foto bareng. Bareng sama kimchi yang udah di pack sama staff.

"Semoga ada hasil setelah pulang ya, Kira", balasan dari doaku biar persalinannya lancar mba Ayu mendoakan aku sambil memeluk. Padahal aku gak bilang apa - apa juga, gak bilang kalau ke Korea itu buat semi honeymoon. Aminkan doa-doa baik, kita gak ada yang tau doa siapa yang dikabulin Tuhan kan.

"Kalau ke Daegu kabari, nanti mampir ke rumah kita ya", mas Febri yang kayanya udah banyak ngobrol sama mas Dirga dari tadi juga ikut menawarkan diri. Bahkan kayanya mereka udah tukeran kartu nama juga.

Seoul kembali sepi. Suara riuh di kelas tadi satu persatu mulai menghilang. Mas Dirga masih duduk ngobrol sama staff. Aku masih keliling ruangan liat pajangan, beberapa plakat juga sertifikat dan foto ada di ruangan itu.

"Yuk", mas Dirga tiba - tiba udah dibelakangku, dengan tangan udah melingkar di pinggang.

"Udah ngobrolnya?"

"Udah, ternyata Mr. Kim pernah ke Indonesia beberapa kali, dia ke ....", mas Dirga kalau into to something, dia bakal ceritain itu dari a sampai z. Sampai kita pamitan pun di jalan menuju tempat ketemu sama Sean masih dibahas soal Mr. Kim yang pernah beberapa kali ke Indonesia itu.

Mas mas.. gemes banget sih

That's Ok! Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang