9 - sate lilit

11 4 0
                                    

cintaku seperti sate lilit
makin besar makin mahal
Dirga

Dirga

Seminggu Kira di rumah, seminggu juga dia masih sering menghindar. Baru mendekat kalau waktunya tidur, buat apa? Buat dipeluk sampai pagi. Beberapa hari kemarin Salira ngehubungi lagi, sialnya Salira chat waktu Kira lagi pegang handphoneku. Sejak itu Kira makin diem. Berhubung masih diminta istirahat jadi gak ada jadwal ke kafe, cuma di rumah aja. Pagi bangun dia udah di dapur siapin sarapan, setelahnya makan dan minum susu hamilnya. Selesai dia balik lagi ke kamar gak nemenin aku sarapan dan antar berangkat ke kantor.

Tiap aku berangkat dia selalu tidur, entah beneran tidur atau cuma pura - pura aja. Kira di rumah tapi cuma raganya aja, jiwanya entah nyangkut kemana.

"Mas pergi dulu ya, anak papa baik - baik di rumah sama mama ya", kukecup kening juga perutnya. Kira sedikit terusik dari tidurnya.

Sampai kapan Kira ngambeknya. Mas kangen Kira yang suka nempel - nempel.

.....

Kira

Rasanya semua serba salah. Salah. Mencoba untuk gak kepo juga melupakan soal mba Salira juga gak bisa. Udah seminggu disini tapi masih ngawang.

Tingtong..

Tumben jam segini ada yang mencet bel. Mas Dirga baru dua jam lagi pulang.

"Menantu mama yang paling cantik"

Mama Linda datang langsung memelukku erat, seingetku mama harusnya dua hari lagi baru pulang dari Bali. Papa dua minggu belakangan ada pelatihan di Bali dan mama ikut. Katanya sekalian honeymoon kedua.

"Gimana? Udah enakan? Ini mama bawa pie susu juga sate lilit. Katanya Kira lagi pengen sate lilit ya", beberapa hari ini emang sering liatin sate lilit Bali, tapi belum sempet bilang ke mas Dirga kan masih ngambek ceritanya.

"Dirga bilang ke mama katanya cucu mama pengen makan sate lilit", mama masih sibuk keluarin makanan satu persatu dari tas ajaibnya. Banyak banget. Kaya porsi buat sepuluh orang.

"Mama angetin dulu ya, dari bandara mama langsung kesini loh. Papa biarin ditinggal aja disana hehe", dengan cekatan mama cari piring lalu pindahin satenya dan masukin ke microwave untuk di hangatkan.

"Gimana? Ada mual - mual?", rasanya ingin menangis. Mama sebaik ini, mas Dirga sepeka ini.

"Yah kok nangis ini mantu mama yang cantik", kupeluk lagi mama erat. Mama sama nyamannya kaya bunda waktu di peluk.

"Gapapa ma, Kira terharu aja. Makasih ya ma", hanya itu jawaban yang bisa kuucapkan.

"Dirga pulang ya sebentar lagi?", kulirik jam di dinding. Hanya anggukan sebagai jawaban.

"Gak papa, Kira makan dulu. Nanti waktu Dirga pulang kita makan lagi ya. Mama mau masak mi rebus pake telor ya, kangen banget dua minggu gak bisa makan itu", ajaib, mungkin mas Dirga ajaib juga nurun dari mama Linda.

"Tapi Kira cuma punya stok mi sedikit ma, semoga masih ada ya, jarang makan mi instan. Mau Kira pesen dulu di gomart minya?", sambil melihat storage. Sisa mi rasa kaldu ayam. Dirga pernah bilang mama suka banget mi soto. Seminggu sekali mama pasti makan mi soto.

"Gak papa, mama makan yang ada. Jadi bingung ini yang hamil siapa yang ngidam siapa hehe", mama langsung memanaskan air di panci, menyiapkan alat tempur. Syukurlah telur di kulkas juga beberapa sayuran ada.

Aku menunggu mama di meja makan, mama bilang mau masak sendiri aja. Dua minggu di Bali gak bisa masak soalnya. Papa selalu ajak makan di luar padahal di kamarnya ada portable stove, kan harusnya bisa makan mi instan sambil nikmatin sunset dari jendela kamar.

That's Ok! Kim DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang