When you feel alone, believe me, you're not
there's some one who look at you from far away...
Dirga"Bunda.... mba Kira pulang", hari itu, Jumat terakhir di bulan Juni. Tumben sepi. Padahal sudah jam 7 malam.
"Bundaaaa....", meski sudah 27 tahun tetap saja, pulang ke rumah yang dicari bunda.
"Mba Kira berisik, bunda lagi ngaji", adik kecilku, Bintang, keluar dari kamarnya lengkap dengan sarung baju koko juga kopiah.
"Mau kemana, Bintang?"
"Ke mesjid lah, laki - laki kan wajib solat di masjid mba", pintar sekali bukan dia.
"Sama Mas Randu?", tapi dari tadi belum liat mas Randu, mobilnya juga gak ada di garasi.
"Mas Randu duluan ke mesjid, sama mas Dirga", siapa lagi Dirga?
"Yaudah Bintang berangkat dulu nanti keburu azan", Bintang pamit lalu menyalamiku dan memelukku sekilas.
"Mba jangan lupa mandi, tadi adek udah nyalain lilin wanginya mba Kira. Kayanya kamar udah wangi", lelaki kecilku, cuek tapi sayang sekali sama mba Kiranya.
"Oke bos kecil, besok kita makan mie ayam ya"
"Yes!! Thank you bosque", Bintang menghilang di balik pintu secepat kilat. Aku bergegas menuju kamar. Benar saja, wangi lilin aromaterapi sudah semerbak di kamar. Vanila.
Tadi siang bunda bilang ada yang mau dibicarakan, apa ya? Penting kah? Entahlah.
Terdengar pintu diketuk, aku masih merilekskan diri dalam bath tube dengan air hangat.
"Bunda masuk ya", bersyukur Bunda dan Ayah sangat menjaga privacy anak - anaknya. Sebelum masuk kamar pasti izin dulu.
"Jangan kelamaan, itu bibir kamu mulai biru", kulirik kaca kecil disebelah. Benar saja. Ah sudah 20 menit aku berendam.
"Sini balik badannya, bunda bantu gosok punggung Kira", kebiasaan bunda. Masih suka begini.
"Tadi siang bunda bilang ada yang mau dibicarain?", kurasakan gosokan bunda berhenti di punggungku
"Iya, nanti habis pakai baju kita bicara ya nak", sepertinya serius.
"Selesai, cepat bilas. Bunda siapkan baju ganti", bunda keluar kamar mandi meninggalkanku dengan berbagai pertanyaan.
.....
Aku anak perempuan satu - satunya di rumah ini. Benar - benar seperti putri. Sekarang bunda membantuku mengeringkan rambut dengan hairdryer biru besar hadiah dari mas Randu. Dia bilang itu hasil undian doorprize dari kantornya.
"Udah panjang ya rambutnya", bunda masih menyisir dan memblow rambutku
"Kira mau potong rambut ya bun, sedikit aja biar rapih. Udah mulai agak rontok soalnya mungkin akarnya gak kuat", kulihat ekspresi bunda dari kaca didepanku.
"Iya, bilang ayah juga ya. Biar gak kaget. Takut ayah mikir kamu stress sampai potong rambut"
"Haha iya bun. Gak lagi - lagi. Padahal waktu itu aku potong juga karna rambutnya kusut kena permen karet yang gak sengaja itu", iya, jadi saat aku ulang tahun di kelas 3 SMA entah bagaimana ada permen karet nyangkut di rambut. Alhasil pulang sekolah langsung ke salon dan potong rambut tanpa bilang ayah juga bunda. Sampai rumah ayah syok. Ayah pikir aku stress karena pusing memikirkan soal ujian bulan depan. Maklum, satu bulan lagi ujian akhir sekolah. Sekarang meski sudah cukup dewasa, tapi sebelum menikah aku masih milik mereka. Jadi sekecil apapun yang akan kulakukan harus dengan izin mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
That's Ok! Kim Doyoung
FanfictionIt's about two people who ever met before and they already destinated each other Alur akan maju mundur Cast: Kim Doyoung visual of Dirga Segara Lazuardi ((You can imagine)) visual of Kirana Bulan Lembayung Start at phone note : Oct 2020 Publish here...