𝓒𝓱𝓪𝓹𝓽𝓮𝓻 ¹⁵

1.1K 165 11
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote + comment ya! ✨🌼
_______________________________














Dua bulan kemudian.

"Maaf baru mengunjungimu sekarang, aku harap kau tidak marah padaku." Menatap sebuah makam dengan sendu, Winter lantas meletakkan bunga yang ia bawa ke atas makam tersebut.

"Aku tidak bermaksud benar-benar meninggalkanmu saat itu, sungguh. Andai saja saat itu aku tidak pergi mungkin aku masih bisa melihatmu, namun saat itu aku merasa bahwa dia butuh waktu untuk berbicara berdua saja hanya denganmu." Winter menjeda kalimatnya sejenak karena tenggorokannya terasa seperti tercekat, bersusah payah agar dirinya tidak menangis.

"Maaf." Lanjutnya, Winter menyelipkan helaian rambutnya ke belakang telinga akibat terhempas oleh hembusan angin.

Tes.

Winter mendongakkan kepalanya, ternyata pertahanannya untuk tidak menangis gagal.

***Flashback

"Apa pria sepertimu tidak mempunyai rasa peduli pada wanita yang nekat pergi menerjang hujan deras diluar sana sendirian?!" Dalam keadaan basah kuyup Jeongin masuk ke dalam ruangan tempat dimana Yuri masih setia berbaring lemah tidak sadarkan diri, dan saat itu pula Jeongin langsung meluapkan emosinya pada Sungchan dengan mencaci-makinya.

Sungchan sama sekali tidak menggubris kehadiran Jeongin, ia tetap fokus menatap wajah pucat pasi Yuri sembari menggenggam dan mengecup punggung tangan wanita yang sangat ia cintai itu. Berharap agar wanitanya segera membuka mata.

"Aku berbicara padamu, brengsek!" Jeongin mencengkram kerah baju Sungchan hingga fokus pria itu berhasil teralihkan.

"Mengapa kau biarkan Winter pergi?!" Tanya Jeongin masih dengan mencengkram kerah baju Sungchan, nada bicaranya pun tetap meninggi.

"Dia bukan siapa-siapa bagiku! Dia telah membohongiku akan keberadaan Yuri selama ini, untuk apa aku harus pedulikan wanita yang telah mempermainkanku. Lebih baik kau urusi saja wanita itu jika kau mau!" Nada bicara Sungchan ikut meninggi, ia lalu menepis cengkraman tangan Jeongin pada kerah depan bajunya secara sarkas.

"Kau yang telah membawanya ke Jepang! Dia adalah tanggung jawabmu!"

"Jangan sok jadi pahlawan dengan memaksaku untuk mempedulikan wanita itu." Sahut Sungchan dingin.

Bugh!

Satu pukulan yang di layangkan oleh Jeongin berhasil mendarat sempurna di wajah rupawan Sungchan, pukulan amarah Jeongin yang sukses membuat Sungchan tersungkur.

"Aku harap kau tidak menyesal akan ucapanmu tadi!"

Jeongin keluar dari dalam ruangan tersebut dan langsung mencari Winter dengan mengendarai mobilnya. Setelah hampir satu jam menyusuri jalanan di sekitar daerah rumah sakit namun tetap saja Jeongin tak juga kunjung menemukan keberadaan Winter, meskipun pencariannya belum membuahkan hasil Jeongin tetap tidak kehilangan asa.

Jeongin harus menemukan Winter bagaimana pun caranya.

Hingga pandangan Jeongin menangkap segerombolan orang-orang dengan payung guna melindungi tubuh mereka dari hantaman air hujan, mereka tengah mengerumuni sesuatu yang menjadi objek mereka untuk menghentikan langkah kaki mereka dan mencari tahu apa yang terjadi. Tidak hanya pejalan kaki ada juga beberapa pengendara mobil ikut keluar dan bergabung dengan kerumunan tersebut.

Karena penasaran Jeongin langsung keluar dari dalam mobilnya dan ikut mendekati kerumunan orang-orang itu.

"Oh tidak! Pria itu bisa mati tertabrak mobil jika berlari tanpa memperhatikan kendaraan yang tengah melaju dengan cepat!" Seseorang meneriaki Jeongin namun ia tidak menggubrisnya.

Amor Fati ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang