𝓒𝓱𝓪𝓹𝓽𝓮𝓻 ²⁹

842 130 15
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote + comment ya! ✨🌼
___________________________________

  
   
   
   

  






  

 

"Jika saja aku tidak membiarkannya pergi sendirian, ini semua tidak akan terjadi!"

"Yeonjun..."

"Ini semua tidak akan terjadi, Jeno!"

"Yeji tidak akan mengalami kecelakaan akibat nekat pergi sendirian!"

"Yeonjun hentikan."

"Ini semua tidak akan terjadi jika aku menyusulnya dengan cepat ataupun mencegahnya dengan paksaan agar dia tidak pergi sendirian!"

"Apa kau lihat kondisi Yeji di sana? Dia terkulai lemas tidak berdaya, Jeno!"

"Choi Yeonjun!!! Hentikan ini! Kumohon tenanglah!" Jeno ikut menaikan suaranya, mengguncang-guncang bahu Yeonjun yang sejak satu jam lalu tidak juga bisa mengontrol dirinya.

"Aku tidak bisa setenang dirimu, Jeno! Yeji memerlukan bantuan secepatnya juga!"

Yeonjun menggeleng mantap lalu menepis tangan Jeno di bahunya dengan kasar, hendak berlari masuk ke dalam ruangan dimana Yeji terkulai lemas tidak berdaya dengan alat bantu pernafasan di hidungnya dan juga beberapa dokter yang menanganinya.

Cairan kental berwarna merah pekat menghiasi wajah cantik Yeji juga di sekujur tubuhnya, pakaiannya yang semula berwarna putih kini telah terdapat banyak sekali bercak darah merembes di sana sini.

"Jangan halangi aku, Jeno!" Yeonjun terus melakukan pemberontakan pada Jeno yang mencoba menahannya agar tidak masuk ke dalam ruangan tersebut.

Bugh!!!

"Itu akan membuatmu sadar." Yeonjun sukses terdiam, memegangi wajahnya yang telah diberi pukulan kuat oleh Jeno agar bisa membuatnya sadar.

"Mereka tengah melakukan segalanya untuk menolong kondisi Yeji sekarang, cobalah untuk tenang dan tidak membuat keributan disini." Ujar Jeno dengan wajah dingin, matanya memerah seolah ingin meneteskan air matanya seperti yang dilakukan oleh Yeonjun namun dengan kuat Jeno menahannya.

"Sebaiknya kau bersihkan dirimu dahulu lalu pulanglah untuk beristirahat." Jeno menunjuk kedua lengan Yeonjun yang terdapat banyak bercak darah Yeji.

Jeno memilih untuk duduk di kursi tunggu yang ada di koridor depan ruangan tersebut, ia mencoba untuk tidak lagi mempedulikan keberadaan Yeonjun.

"Kau barusan menyuruhku untuk pulang dan beristirahat? Kau sudah kehilangan akal, Jeno." Yeonjun menoleh pada Jeno lalu mencengkram kuat kerah baju Jeno hingga membuatnya terbangun dari posisi duduknya.

"Lepaskan, Yeonjun! Mengapa kau menjadi seperti ini padaku?!"

"Bagaimana bisa aku meninggalkan wanita yang sangat aku cintai dalam kondisi kritis seperti itu?!"

"Apa?!" Dunia Jeno terasa seperti terhenti.

"Yeonjun.. kau benar mencintai Yeji?" Mata Jeno terbelalak hebat tidak percaya mendengarnya.

"Aku pikir karena kita sudah lama bersahabat kau sudah sangat memahamiku. Tapi sepertinya tidak, aku kecewa, Jeno. Ternyata selama ini kita berteman kau tidak juga bisa memahami perasaanku terhadap Yeji."

"Aku mencoba menahan keinginanku untuk tidak menyatakan perasaanku pada Yeji hanya karena aku tidak ingin membuatmu sakit hati. Aku tahu betul Yeji mencintaimu dan kau juga sebaliknya."

Amor Fati ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang