𝓒𝓱𝓪𝓹𝓽𝓮𝓻 ²²

986 149 13
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote + comment ya! ✨🌼
_____________________________________
   
  

      

   
   
   
   

  
 
 

 
    

     
  

  

Diluar udaranya cukup dingin, tapi Karina tidak peduli.

Karina hanya berdiri diam di balkon kamarnya sembari mendongakkan kepalanya melihat ke atas langit malam, sudah hampir setengah jam ia berusaha meredam emosinya akibat perkataan Yeji. Dan Karina bersyukur pada udara malam yang terasa dingin karena itu dapat mengurangi sedikit api amarahnya.

Tubuh Karina menegang saat ia merasakan ada seseorang yang memakaikannya jaket tebal nan hangat dari belakang kemudian disusul oleh pelukan dari orang itu, siapa lagi kalau bukan ulah Jeno.

"Kau sengaja ingin sakit?"

Karina hanya diam enggan menggubris Jeno, bahkan ia berusaha menyingkirkan tangan Jeno yang memeluknya dari belakang.

"Disini dingin. Kalau sampai terjadi sesuatu padamu? Pada anak kita? Bagaimana?"

Tangan Jeno yang semula memeluk Karina dari belakang sukses terlepas, Karina lalu mengambil jarak dua langkah menjauh dari posisi Jeno.

"Mengapa hari ini kau tidak meminum vitamin dan susu kehamilanmu?"

Karina lagi-lagi tidak menjawab basa-basi yang dilontarkan oleh Jeno itu, justru hal yang dilakukan Jeno itu semakin membuat Karina jengah.

Jangan menyangka kalau Jeno tidak menyadari apa kesalahannya, tentu saja Jeno tahu dan menyadari dimana kesalahannya! Karina sedang marah padanya dan tentu saja akibat perkataan pedas Yeji.

"Aku ingin meminta maaf padamu atas ucapan pedas Yeji yang mungkin telah menyakiti perasaanmu." Ujar Jeno pada akhirnya.

Jeno tetap tidak menyerah untuk tetap mendekati Karina, namun yang dilakukannya hanya mendekat tidak dengan merengkuh tubuh mungil Karina apalagi menyentuhnya.

"Untuk apa kau meminta maaf atas apa yang tidak kau lakukan?" Tanya Karina dengan kembali mendongakkan kepalanya, berusaha agar air matanya tidak jatuh dan diketahui oleh Jeno.

Tes.

Nyatanya menahan tangis hanya akan membuat tenggorokan Karina terasa tercekat hingga pada akhirnya ia pun sukses menangis, susah payah dirinya untuk meredam emosi akibat ucapan pedas Yeji nyatanya gagal. Kehadiran Jeno dan mendengarnya meminta maaf atas perkataan Yeji membuat Karina goyah akan pendiriannya untuk tidak menggubris apa yang ia rasakan, dan Karina berpikir kalau Jeno begitu mempedulikan Yeji sampai-sampai rela meminta maaf atas kesalahan wanita itu.

"Jangan menangis, aku mohon." Pinta Jeno.

Dengan cepat Karina mengusap kasar wajahnya yang sudah basah akibat air matanya.

Karina menepis tangan Jeno yang dengan berani menarik tangannya, "Katakan padanya Jeno, katakan pada Yeji kalau aku hanya hadir didalam hidupmu untuk sementara. Setelah anak ini lahir aku benar-benar akan menyerahkanmu kembali pada Yeji. Aku akan pergi menjauhi kalian. Jadi, selama aku masih ada disini tolong jangan buat aku terpojokkan hanya karena aku tidak bisa melakukan semuanya dengan baik." Ujar Karina menatap mata Jeno yang dipenuhi oleh rasa bersalah.

"Apa kau tahu, Jeno? Aku membenci diriku sendiri karena tidak bisa melakukan segalanya sesempurna apa yang dilakukan oleh Yeji." Tangan Karina mengepal kuat, bahunya bergetar hebat, dan tangisannya semakin menjadi.

Amor Fati ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang