𝓒𝓱𝓪𝓹𝓽𝓮𝓻 ⁴⁰

1.1K 136 25
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote + comment ya! ✨🌼
___________________________________

 

     
















    

 
"Nomornya tidak bisa dihubungi."

Winter melangkahkan kakinya dengan gusar menghampiri Sungchan yang juga tengah sibuk berkutat dengan ponsel miliknya, berusaha untuk menghubungi Jaemin.

"Apa kau lelah, sayang?" Sungchan mengusap puncak kepala Winter dan menatapnya cemas, sedangkan Winter membalas perlakuan Sungchan dengan tatapan ketus.

"Jangan memanggilku 'sayang' disaat situasi seperti ini." Ujar Winter lalu dengan cepat menyingkirkan tangan Sungchan dari puncak kepalanya.

Sungchan terkekeh, "Maaf, tapi aku takut kau kelelahan jika harus berlarian kesana-kemari dengan memakai benda itu di kakimu." Sahut Sungchan.

Winter mengikuti kemana arah pandangan Sungchan yang mengarah ke kakinya, "Ck! Cepatlah, sebelum Heejin benar-benar pergi meninggalkan Korea Selatan. Tapi kenapa kau malah mengomentari penampilanku?" Winter menarik paksa tangan Sungchan agar kembali berpencar untuk mencari keberadaan Heejin beserta sang adik.

"Kenapa wanita selalu menyiksa diri demi penampilan?" Gumam Sungchan, menyempatkan diri untuk kembali melirik tumit Winter yang telah lecet akibat memakai sepatu tinggi itu.

"Kau sudah memberitahu Jaemin dimana keberadaan Heejin?" Tanya Winter pada Sungchan sembari pandangannya menyapu ke sekelilingnya.

"Aku tidak bisa menghubunginya, ponselnya mati total setelah dia selesai menghubungi ku tadi."

"Aku rasa." Jawab Sungchan.

Winter tidak menyerah begitu saja, dirinya tetap sibuk berusaha menelpon Heejin.

"Tunggu." Sungchan menahan lengan Winter lalu tangannya menunjuk sosok seorang wanita di kejauhan sana.

Wanita itu duduk di kursi tunggu bersebelahan dengan seorang remaja perempuan yang mengenakan pakaian hangat, wanita itu sibuk membaca sebuah kertas putih ditangannya sedangkan sang remaja perempuan disampingnya terlihat memejamkan matanya dengan kepala bersandar di bahu wanita tersebut.

"Apakah itu Heejin dan adiknya yang bernama Jihan?" Tanya Sungchan.

"Benar! Itu mereka! Bagaimana bisa kita tidak mengetahui kalau dia dan adiknya sedari tadi duduk bersama di sana?!"

"Ayo hampiri mereka!"

***

Karina merasa lega karena berkat bantuan beberapa tamu undangan yang hendak menghadiri acara pernikahan Lia dan Soobin dengan sukarela membantu Jeno untuk membawa Karina ke rumah sakit milik keluarga Kim untuk melakukan persalinan.

Setelah melakukan persalinan yang cukup menegangkan akhirnya bayi Karina dapat lahir dengan selamat dan sehat.

Karina merasa kecewa karena ketika ia melakukan persalinan Jeno tidak ada disampingnya untuk mendukungnya, namun melihat wajah bayi yang ia kandung selama sembilan bulan telah terlahir di dunia dapat membuat Karina merasa sangat bahagia melebihi apapun. Toh, Karina harus terbiasa dengan tidak adanya kehadiran Jeno bukan?

"Wajahnya mirip sekali denganmu. Manis dan menggemaskan." Ujar Nyonya Kim pada Karina.

Karina hanya tersenyum sembari mengelus pelan pipi gembul sang bayi yang tengah tertidur di gendongnya.

Bayi itu memiliki wajah sangat menggemaskan dengan paras Karina yang lebih mendominasi dibandingkan dengan paras Jeno, dua perpaduan yang sangat sempurna sebenarnya.

Amor Fati ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang