𝓒𝓱𝓪𝓹𝓽𝓮𝓻 ⁴⁴

1.2K 134 46
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote + comment ya! ✨🌼
___________________________________

 

 

 





 

   

   
 

"Kau sudah memikirkan nama untuknya?" Tanya Karina pada Jeno yang tengah memandangi anak mereka yang tertidur pulas di dalam box bayi.

Karina menyadarkan bahunya pada sandaran tempat tidurnya, menatap dari jauh ke arah Jeno dengan tersenyum. Karina baru selesai memberikan asi pada anak mereka dan membiarkannya tertidur, namun Jeno yang baru saja kembali setelah mengambil makan siang sudah tidak sabar menanti putrinya bangun.

"Lee Jimin." Jawab Jeno sembari mengelus pipi tembam putrinya.

"Nama yang bagus, aku suka." Sahut Karina senang.

Karena tidak ingin mengusik Jimin yang sedang tertidur pulas, Jeno pun memilih menghampiri Karina lalu duduk disisi tempat tidur Karina. "Kau sudah menghabiskan makan siangmu?" Tanya Jeno.

"Kau sendiri sudah makan?" Bukannya menjawab pertanyaan Jeno, Karina malah melontarkan pertanyaan padanya.

Jeno menggelengkan kepalanya, "Setelah aku mengganti pakaianku di apartemen kita aku langsung menuju kediaman keluarga Kim untuk mengambil makan siang yang telah dimasak oleh Nyonya Kim." Jawab Jeno.

"Kalau begitu kita makan bersama-sama." Karina mengambil kotak makan berisi makan siang yang diletakkan di atas nakas.

"Tidak, kau harus menghabiskan makan siang itu sendirian agar kau bisa cepat pulih. Aku akan mencari makan siang diluar saja nanti." Karina menggelengkan kepalanya lalu menyodorkan sesuap makan siang yang dimasak oleh Nyonya Kim di depan mulut Jeno.

"Kau tahu kan kalau masakan Eomma-ku tidak ada duanya? Makanlah, aku tidak ingin kau sakit karena sibuk mengurusi aku. Lihat kantung matamu yang sudah seperti panda itu, menghitam akibat kurang tidur." Cerocos Karina, mau tak mau Jeno pun menerima suapan itu dari Karina.

"Masakan Eomma-ku enak bukan?" Tanya Karina dan Jeno pun mengangguk membenarkan, jika ditanya masakan siapa yang paling enak antara masakan Nyonya Kim dan Nyonya Lee? Maka Jeno tidak bisa memilih satu diantara keduanya, karena baik masakan Nyonya Kim dan Nyonya Lee keduanya sama-sama enak.

"Kau juga harus makan." Jeno meraih sendok dari tangan Karina, kali ini Jeno lah yang menyuapi Karina dengan teliti.

"Oh iya, setelah ini kau harus pulang untuk beristirahat. Sudah beberapa hari ini kau kurang tidur." Ujar Karina dengan mulut penuh, tangannya terangkat dan mengusap puncak kepala Jeno penuh perhatian.

"Baiklah." Balas Jeno.

Jeno tersenyum melihat Karina yang masih sibuk memperhatikan dirinya yang memang terlihat kurang tidur, pipi berisi Karina semakin menggemaskan saja setelah ia menerima suapan ke dua dari Jeno. Suapan yang jauh lebih banyak dari suapan pertama, Karina tidak mempermasalahkannya toh masakan Nyonya Kim adalah kesukaannya. Namun Jeno justru merasa sangat gemas melihat Karina.

"Aku tidak mengerti, bahkan disaat-saat terakhir kami akan berpisah aku masih mempedulikannya."

"Apakah aku harus menunjukkan padanya bahwa aku benar-benar mencintainya dan tidak ingin berpisah darinya? Mungkin... memang harus aku tunjukkan padanya."

"Jeno ponselmu." Karina menunjuk ponsel Jeno yang tadi ia letakkan di atas nakas bergetar dan menampilkan nama Nyonya Lee.

"Ya ampun, mengapa Eomma harus menelepon aku setiap tiga puluh menit sekali hanya untuk menanyakan keadaanmu dan anak kita?" Heran Jeno menatap layar ponselnya dengan jengah.

Amor Fati ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang