"Jika 'penyesalan' itu selalu datang di akhir,
maka yang perlu kau lakukan hanya 'sadar'. Perbaiki dirimu sesegera mungkin agar 'penyesalan' itu tak pernah ada kesempatan untuk hadir"
**********
Ketukan teratur yang dihasilkan oleh pantofel hitam milik Yoongi menggema memenuhi rumah luas nan megah itu. Dari gelagatnya yang terburu, jelas terlihat bahwa ia telah digelayuti perasaan was-was yang berlebihan. Satu demi satu anak tangga ia pijak dengan cepat dan tegas, kedua netranya tertuju lurus pada ruangan bernuansa mauve yang berada di sudut lantai dua.
Bantingan pada pintu pun tak terhindarkan ketika Yoongi tiba di tempat tujuan. Napas yang terengah akibat berlari kini mulai mengalun tenang karena ia mendapati ketakutannya sama sekali tak terjadi. Langkah yang cepat itu kini melambat berayun tepat pada sosok muda yang duduk seraya tertunduk dalam.
Melepas jas dan membuangnya ke sembarang arah, Yoongi mengambil tempat di sisi sang keponakan. Dasi yang terasa mencekik pun ia longgarkan, memberi ruang bagi dirinya untuk bernapas lega hingga satu helaan napas dalam bisa dengan mudah ia lepaskan.
Mulut Yoongi nyaris terbuka hendak melontarkan pertanyaan yang sudah berotasi di pikirannya, namun urung ia lakukan. Melihat keadaan Soobin yang baik-baik saja sudah cukup baginya. Yoongi tipikal orang yang tak mau repot untuk sekedar pemborosan kata.
Tangan Yoongi terulur mengusap surai pekat Soobin yang masih sedikit basah, pun ia bangkit dari duduknya lantas meraih hair dryer yang diletakkan di nakas. Dengan telaten Yoongi mengeringkan rambut basah Soobin. Kalau tidak dikeringkan dengan benar keponakan tersayangnya itu bisa terkena flu, dan Yoongi tak ingin itu terjadi.
Sikap Soobin yang lebih memilih bungkam entah kenapa tak mengganggu Yoongi sama sekali. Begini labih baik, pikirnya. Kalau sampai Soobin membahas hal yang tak ingin Yoongi dengar bisa-bisa ia tak akan berhenti buang air besar karena stres. Tak hanya satu kali ini Soobin seperti ini, berkali-kali anak ini ingin pergi.
Pergi, ketempat yang tak bisa Yoongi jangkau. Ke alam yang tak bisa Yoongi datangi sesuka hati. Hilangnya Jungkook dan Jieun memang pukulan terberat untuk anak yang masih sangat membutuhkan perhatian dari orang tua. Akan tetapi, apa Soobin tak merasakan bahwa Yoongi juga menderita sama seperti dirinya? Entahlah Yoongi terlalu takut untuk memulai topik sensisitif itu.
Benar kan! Yoongi benci perasaan ini, perasaan sesak yang selalu muncul tiba-tiba ketika ia mengingat Jieun. Jika waktu itu Yoongi berhasil mencegah Jieun untuk tidak pergi, apa adiknya itu masih ada di sini? Jika waktu itu Jungkook tak sekarat, apa dia juga masih ada di sini? Jika waktu itu Soobin tak mengalami kecelakaan, apa senyum ceria di wajahnya masih terus menghiasi? Ah tidak, bukan itu letak kesalahannya. Lantas apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Pending[Spin-Off Half Of Me] [SoobinXArin]
FanfictionDua orang terkasih yang amat sangat berharga baginya dikabarkan menghilang bahkan sempat santer terdengar bahwa mereka sudah tiada, namun baginya selama dua orang itu belum pulang walau hanya berwujud jasad ia menganggap mereka masih hidup dan baik...