(๑♡⌓♡๑)
Kilau cahaya matahari menyambut Soobin kala ia membuka pelupuk mata. Ia menggeliat pelan guna melemaskan otot-ototnya yang menegang, juga meraup wajahnya dengan satu tangan. Kedua netranya mengerjap seraya melihat sekitar. Pemandangan yang sungguh indah, pancaran sinar matahari yang baru terbit itu terasa hangat ketika menyapu kulit.
Halusnya pasir dan deburan teratur dari ombak di laut lepas. Sambutan alam yang begitu menyilaukan. Soobin bangkit dari duduknya ia menepuk-nepuk celana pendek selutut yang ia kenakan bertujuan agar pasir-pasir yang menempel di celana berguguran.
Sekali lagi ia menggeliat, merentangkan tangan tinggi-tinggi sembari menengadahkan kepala. Hamparan langit biru seketika melambai padanya. Burung-burung camar yang terbang di atas kepala seolah memberi ucapan selamat pagi secara bergantian. Soobin menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan. Alangkah bahagianya dirinya jika bisa melihat pemandangan seperti ini tiap harinya, namun sayang keadaannya tidak...
Oh, sebentar. Bukankah seharusnya ia tak bisa melihat? Soobin mulai panik, ia mengedarkan pandangan ke segala penjuru. Benar, ia bisa melihat semua dengan jelas. Artinya, ia sedang di alam mimpi sekarang. Soobin mengacak rambutnya dengan frustasi. Tidak, ia harus segera bangun atau kalau tidak sebentar lagi ia pasti akan di pertemukan dengan harapan yang menyakitkan.
Lelah, ia sudah jenuh dengan takdir yang selalu mempermainkannya. Apa gunanya mimpi indah jika di kehidupan nyata ia diharuskan menelan bulat-bulat pil pahit seumur hidupnya. Muak, Soobin benar-benar muak.
Ia berlari tak tentu arah, dalam hati Soobin berharap segera dipertemukan dengan pintu kesadaran. Ia ingin keluar dari sini, ia ingin segera bangun.
Brukk....
Entah dari mana datangnya, sesosok lelaki berdiri tepat dihadapannya hingga membuatnya terjatuh karena tak sengaja bertabrakan. Soobin meringis sakit kala ia rasa telapak tangannya tergores sesuatu sampai darah segar mengalir keluar. Bukankah ini tak masuk akal, ia hanya terjatuh pelan tidak parah sama sekali tapi kenapa luka yang ia dapat seolah baru saja mengalami kecelakaan yang fatal.
Tersentak, Soobin dikagetkan dengan uluran tangan yang menyeka lukanya dengan sapu tangan. Perlahan Soobin mengalihkan fokus, ia ingin melihat sosok siapa yang ada dihadapannya itu.
Manik matanya membola, tubuh Soobin gemetar hebat, "Pa-Papa" setetes air bening meluncur tanpa kendali dari pelupuk mata.
"Ey! Anak Papa menangis?" Jungkook tersenyum hangat, "Apa sakit sekali? Makanya jangan berlarian"
Lagi, tangan Jungkook terulur hendak mengusap air mata Soobin, namun Soobin segera menepis kasar tangan Jungkook. Secepat mungkin ia memundurkan badannya menjauh dari jangkuan Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Pending[Spin-Off Half Of Me] [SoobinXArin]
FanfictionDua orang terkasih yang amat sangat berharga baginya dikabarkan menghilang bahkan sempat santer terdengar bahwa mereka sudah tiada, namun baginya selama dua orang itu belum pulang walau hanya berwujud jasad ia menganggap mereka masih hidup dan baik...