Panik || SS2

3.1K 297 26
                                    

Happy reading :)

◦ ◦ ◦

"Iyaa mom semua udah Echan masukkin"

"Yaudah kamu hati-hati yaa. Mommy ga sabar ketemu kamu"

"Echan tutup dulu ya telfonnya, ini mau berangkat"

"Iya sayang. See you"

"See you mommy"

Telfon tertutup. Haechan memperhatikan seluruh penjuru kamar.

"Sayang udah?"

Haechan menoleh ke pintu kamar, dia mengangguk dengan senyum kecil terpatri di wajahnya. Haechan menarik kopernya menghampiri Mark.

Mark merengkuh pinggang Haechan mesra, mengambil alih koper dari tangan Haechan. Setelah menutup pintu mereka turun menuju ruang tengah.

Lalu mereka semua pergi dari sana menuju bandara.

.

"Hati-hati ya manis! Nanti kalo udah lahiran foto babynya kasih gue" ucap Mina

"Buat?"

"Jual ke situs gelap"

"Bangsat"

Mina tertawa kecil, "Bercanda, buat di pamerin gua punya ponakan lucu"

Haechan mengangguk.

"Kita balik dulu ya, ada acara" pamit Albi

"Yoi, tiati bawa mobilnya."

Albi dan Mina mengangguk lalu berjalan menjauh. Mark dan Haechan pergi ke ruang tunggu. Baru saja Haechan mendudukkan diri, tiba-tiba ada anak kecil menghampirinya. Dia menatap perut besar Haechan lama membuat kedua orang itu kebingungan.

"Kenapa dek?"

"Disini isinya apa? Besar banget" tanyanya polos menatap Mark

"Disini ada baby lucu"

"Serius kak?"

Haechan mengangguk

"Aku boleh liat?"

"Belum bisa, kan belum keluar babynya"

"Jadi harus nunggu?"

"Iyaa, tapi kamu bisa rasain dia. Mau coba?" tanya Mark

Si anak kecil itu mengangguk antusias. Mark mengambil tangannya lalu di tempelkan pada perut Haechan. Tangan itu diam merasakan pergerakan dalam perut Haechan.

"Woahh, bergerak!!"

Tangan itu bergerak mengelus pelan perut si manis.

"Sehat-sehat ya adee, bye-bye"

"Aku duluan ya kak"

"Makasih ya jagoan"

Mark mengelus surai si bocah lalu mengajaknya ber-high five. Lalu anak itu pergi, tak lama pengumuman keberangkatan pesawat yang akan dinaiki Mark dan Haechan terdengar.

"Ayo sayang"

Mark membantu Haechan berdiri, lalu pergi dari sana.

Esoknya...

"Pelan-pelan Chan"

"Aku juga udah pelan-pelan! Masa iya harus kaya kura-kura?!"

Mark terkekeh, dia menuntun Haechan berjalan.

"Pulang ke rumah bunda kak?"

"Iya sayang"

"Naik taksi?"

"Iyaa, gapapa kan?"

"Gapapa, biar subret"

"Surprise"

"Sama aja sie, kok protes!?"

"Engga, cuma benerin"

Saat ini mereka sedang menunggu taksi. Haechan mengipasi dirinya sendiri, karena cuaca sangat panas. Lalu ada bapak-bapak menghampiri mereka berdua.

"Mas, taksi?"

"Iya mas"

"Mari.."

Mark tersenyum, "C'mon"

Saat taksi sudah ada di depan mereka, Mark membuka pintu mobil dan menyuruh Haechan masuk. Lalu ia memasukkan barang ke bagasi dan ikut masuk ke dalam mobil.

"Tujuannya mas?"

"Ke jalan Xxxx"

"Baik.."

Haechan melihat ke arah luar, memandangi gedung pencakar langit. Tidak begitu banyak perubahan. Sedangkan Mark, dia sibuk bermain dengan rambut Haechan.

"Kak pinjem hape dong, punyaku habis baterai"

Mark menyerahkan ponselnya, "Mau ngabarin mommy?"

Diangguki Haechan.

Tuut tutt..

"Halo Mark?"

"Mom ini Echan"

"Eh kenapa hape kamu?"

"Mati"

"Oh gitu, yaudah gimana sayang?"

"Aku sama kak Mark udah sampe, ini—"

"Kok ga bilang? Mommy sama daddy jemput ya?"

"Ga perlu mom, aku sama kak Mark udah naik taksi. Ini mau ke rumah bunda dulu"

"Oww gitu, yaudah deh. Kamu sih ga bilang! Kan bisa mom jemput"

"Gapapa mom, biar surpris-AAAAAAA"

"Chan? Halo? Chan jawab, ada apa? HAECHAN!"

Lalu telfon terputus.

.
.
.

Segini dulu 😭🙏🏻

-sτrᥲᥕᑲᥱrrу mіᥣk- [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang